44. Manipulatif [2]

2.2K 271 58
                                    

Didedikasikan untuk SitiNajwa558

♥♥

Sinar mentari di keesokkan harinya terasa begitu hangat. Sehangat perasaan Pangeran Leonard yang tengah berbaring miring ke kiri, menopang pipinya dengan satu tangan sambil menatap wajah cantik sang istri yang tengah tertidur lelap dengan memuja. Mengagumi setiap yang ada padanya seperti semalam.

Mengingat semalam ... senyuman lebar kembali menghiasi wajah tampannya. Istrinya cepat tanggap dalam belajar suatu hal baru, termasuk keintiman. Namun setiap geraknya masih kaku dan malu-malu. Apakah semua dara sepemalu istrinya? Seingatnya para istrinya yang lain, tak sepemalu itu.

Meski tanpa penyatuan, ia sangat bahagia.

Pangeran Leonard mengecup kening Dewi Harnum dalam. Tak pernah menyangka kewarasan dan kebahagiaannya akan bergantung pada sosok serapuhnya sebelum beranjak dari ranjang untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Saat ia kembali dengan jirah bangsawannya, Dewi Harnum masih terlelap damai.

Ia mendekat, duduk di sisi ranjang untuk mengecup dan mengusap wajahnya lembut. Istrinya pasti sangat kelelahan usai belajar dengannya semalaman, pikirnya. Mengingat ada sesuatu yang perlu diurus, ia mengecup bibir sang istri mesra sebelum berlalu meninggalkannya dalam lelap.

Kakinya melangkah menuju paviliun Selir Ofamur berada. Memasuki kamarnya yang berantakkan, ia melihat Jenderal Alac telah rapi dan bersiap pergi sebelum terkejut melihat kedatangannya. Ia segera pergi dari sana usai Pangeran Leonard mengusirnya melalui isyarat tangan.

Melihat tidur Selir Ofamur tampak damai, matanya tak sengaja menemukan noda darah di sisi ranjang berantakan yang kosong. Pangeran Leonard merasa puas. Meski bukan dirinya yang mengambil selaput daranya, setidaknya para istrinya sangat terhormat karena mampu menjaga kegadisannya, kecuali istri termudanya, Dewi Harnum.

Dan, ia tak sabar memastikannya sendiri. Meski ia mengetahui dengan jelas jawabannya; istri termudanya masih seorang dara.

Enggan berlama-lama di ruangan tersebut, Pangeran Leonard memutar tubuh untuk membuka tirai jendela agar sinar mentari mengganggu tidur Selir Ofamur. Ia menyeringai saat mendengar lenguhan protes perempuan itu.

"Tutup kembali tirainya, Sayang. Aku masih ingin tidur."

"Dengarkan saya bicara."

"Tak bisakah kita bicara nanti saja? Aku butuh istirahat usai meladenimu semalaman."

Pangeran Leonard mendengkus, menatapnya tampilannya yang berantakkan tanpa riak. Ia membuang muka saat selimut yang membungkus tubuh polos Selir Ofamur sedikit menurun.

"Saya 'kan menemui Kaalillya. Bagaimanapun juga ia berhak mendapatkan haknya sebagai istri saya."

"Tak cukup puaskah semalaman bersamaku, Sayang?"

"Saya pergi," ujar Pangeran Leonard dingin dan berlalu begitu saja.

Meninggalkan Selir Ofamur yang misuh-misuh sendiri karena merasa diabaikan usai didapatkan.

***

Kelopak Dewi Harnum terbuka perlahan. Ia tak menemukan keberadaan Pangeran Leonard di sisinya. Wajahnya terasa panas saat teringat kembali akan kegiatan semalam, terlebih tubuhnya masih polos di dalam selimut hingga kini. Ia mencoba bangkit untuk bersandar pada kepala ranjang sambil memegangi selimut yang membungkus tubuh polosnya.

Wajahnya kian merona saat merasakan sesuatu mengalir dari dalam kewanitaannya begitu ia duduk. Tanpa harus dipastikan, ia mengetahuinya dengan jelas. Itu adalah cairan cinta suaminya. Meski tanpa penyatuan, milik lelaki itu memasuki kewanitaannya sedikit dan membuang bukti gairahnya di dalam sana begitu mendekati puncak kenikmatannya.

Permaisuriku~ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang