17. Kaalillya (Nama yang Terlarang)

3K 345 12
                                    

Didedikasikan untuk fajrina02

***

Usai memastikan jika keadaan Selir Kemuliaan Anye jauh lebih baik, Putri Carrissa mengajak Dewi Harnum ke sebuah ruang kamar yang akan menjadi tempatnya beristirahat selama berada di Kekaisaran Alaska.

Saat pintu dibukakan oleh pengawal yang berjaga di sisi ruang kamar, Dewi Harnum melangkah masuk dan tertegun. Kamar tersebut terlalu layak untuk pelayan sepertinya. Lagi dan lagi … ia diperlakukan dengan sangat berlebihan.

“Silakan beristirahat, Kaalillya.”

“Ini terlalu berlebihan, Tuan Putri.”

“Ini tak sebanding dengan kebaikan yang telah Anda lakukan,” ujar Putri Carrissa, merujuk pada pertolongan yang Dewi Harnum lakukan pada Selir Kemuliaan Anye.

“Manusia memang harus tolong-menolong.”

“Jangan menolak, Kaalillya. Saya membawa Anda kemari pun atas izin Baginda Kaisar.”

“Baik. Terima kasih, Tuan Putri.” Meski enggan, Dewi Harnum tak memiliki pilihan selain menerimanya. “Anda yang telah mengundang saya kemari, saya akan sangat menyesal dan pergi jika saya kehilangan nama di Kekaisaran Alaska, Tuan Putri.”

“Mengapa Anda berujar demikian, Kaalillya?”

Dewi Harnum tertegun. Ia sendiri tak mengerti mengapa mengucapkannya.

“Ah, aku mengerti.” Putri Carrissa menjentikkan jarinya saat teringat akan sesuatu yang penting. “Nama Anda … Anda takut masyarakat menghina nama Anda karena Kaalillya adalah nama terlarang Dewi Aprodhite. Apakah aku benar?”

Dewi Harnum terbelalak. Jika benar, mengapa ia memilih nama itu secara spontan?

“Jangan risau, Kaalillya. Akan saya pastikan kehormatan Anda tetap terjaga selama berada di sini.” Karena saya masih membutuhkan Anda untuk kepentingan saya sendiri. Putri Carrissa menahan senyum. “Sebaiknya Anda beristirahat dan tak perlu risaukan sesuatu yang takkan terjadi. Saya permisi.”

Usai kepergian Putri Carrissa, Dewi Harnum berjalan ke arah meja rias, duduk di depan cermin dan meletakkan patung Dewi Dione di meja sebelum membuka selendangnya. Alangkah terkejutnya ia saat melihat pantulan dirinya berubah menjadi sosok cantik yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Dewi Harnum syok bukan main. “Si-siapakah Anda?! Mengapa wajah kita sangat mirip?!”

Bahkan terlalu mirip, hanya warna mata dan rambut yang membedakan.

“Namaku adalah Dewi Hanum. Kita adalah satu namun belum utuh. Kau adalah reinkarnasiku.”

Dewi Harnum tertawa sumbang. “Dunia ini adalah kehidupan nyata. Bukan cerita dongeng kanak-kanak yang terdapat reinkarnasi atau keajaiban lainnya.”

“Tidak, Harnum. Dunia ini adalah permainan dan tipuan takdir. Sayangnya, takdir yang benar telah berubah salah karena kutukan hingga dunia ini terasa nyata. Ini memang rumit. Tetapi kau tak bisa mengelak takdir. Kau adalah reinkarnasiku. Kau harus mempercayainya.”

Dewi Harnum menggigit bibirnya resah. Ia masih enggan percaya namun ia teringat akan ucapan Alcmena padanya.

“Terimalah jati dirimu yang sesungguhnya dan jagalah kehormatanmu agar tetap utuh.”

“Rasanya aku masih sulit untuk percaya,” aku Dewi Harnum jujur. Ia menghela napas panjang sebelum memutuskan. “Namun jika demikian adalah takdirku … aku menerimanya.”

Dewi Hanum tersenyum lembut. Ia menghadirkan kelopak bunga mawar basah di atas meja rias. Dewi Harnum pun mengambilnya.

Aku selalu bersamamu. Kelopak bunga mawar basah adalah kemuliaan kita. Simpan itu di bawah bantal dan jangan biarkan siapapun mengetahui dirimu yang sebenarnya, Harnum.”

“Dimengerti.”

“Bila waktunya tiba, kau akan segera mengetahui segalanya. Dan, ya … kau bisa memanggilku Kaalillya. Itu adalah nama kesayanganku.”

Dewi Harnum mengerjap lambat. Kaalillya adalah nama samaran yang ia pilih secara asal. Sungguh sebuah kebetulan yang mengejutkan.

***

Permaisuriku~ (END)Where stories live. Discover now