A Change

21.8K 4.3K 817
                                    

Pagi-pagi bu Atun dibuat panik ketika merasakan suhu tubuh Yoga yang sangat panas, belum lagi pria itu mengeluarkan seluruh isi perutnya

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Pagi-pagi bu Atun dibuat panik ketika merasakan suhu tubuh Yoga yang sangat panas, belum lagi pria itu mengeluarkan seluruh isi perutnya.

"Yang kamu rasakne sekarang itu apa? Badanmu panas tenan iki." Bu Atun mengurut leher Yoga dengan panik.

Yang ditanya hanya bergumam tidak jelas merespon pertanyaan bu Atun. Ia sendiri dapat merasakan panas suhu tubuhnya dari hembusan napas. Kepalanya pun terasa sangat berat dan pusing luar biasa. Sekujur tubuhnya lemas. Pandangannya bahkan tak jelas, berkunang-kunang.

"Kamu ada jajan sembarangan?" Bu Atun masih terus bertanya. Rasa paniknya tidak bisa ia tahan, Yoga memang jarang sakit tapi biasanya ketika jatuh sakit kondisinya benar-benar mencemaskan.

"Nggak, bu." Jawab Yoga lemah setelah membilas muka. Lalu dibantu oleh bu Atun, Yoga berjalan menuju ranjangnya dengan langkah goyah.

Keriuhan pagi hari itu tidak luput dari perhatian Karina yang baru saja keluar dari kamar. Saat melintasi kamar Yoga yang pintunya terbuka lebar, Matanya menangkap sosok Yoga terlihat sangat lemas dibantu oleh bu Atun untuk berbaring di ranjangnya. Dengan langkah pelan yang penuh keraguan, Karina masuk ke dalam.

"Kenapa, bu?" Tanya Karina, tersirat setitik kekhawatiran dari nada suaranya.

"Tadi waktu ibu mau bangunin subuhan kok susah banget dibangunin diketok ndak nyaut, ndak kayak biasanya. Pas ibu masuk ke dalem ternyata badannya panas banget, tadi juga muntah-muntah." Jelas bu Atun.

Karina melirik ke arah Yoga sekilas. Pria itu kini sudah berbaring dengan mata yang terpejam. Namun, terdapat kerutan di dahinya. Terlihat jelas ia sedang menahan rasa pusing yang menyerang. "Nggak di bawa ke rumah sakit? Karina masih bisa nyetir."

Bu Atun mengibas kedua tangannya. "Jangan! Jangan kamu yang nyetir toh nduk! Bahaya! Ibu mau coba kompres pake air hangat sama buatkan teh hangat dan bubur dulu. Kalau sampai nanti siang belum turun, ibu telfon Oji minta tolong ke sini."

Karina mengangguk tipis, lalu memperhatikan gerakan bu Atun yang sedang mengambil sesuatu dari lemari Yoga. Sebuah selendang berwarna hitam dengan motif merak. Kedua alis Karina terangkat tanpa ia sadari. Untuk apa selendang itu? Kenapa terdapat di lemari Yoga? Tidak mungkin itu milik Yoga, kan?

"Ini punya Almarhumah Mamanya Yoga, dari dulu kalau Yoga sakit harus diselimutin sama selendang Mamanya. Alhamdulillah mendingan." Seakan membaca isi kepala Karina, bu Atun menjelaskan tentang benda yang barusan diambilnya.

Karina menelan ludah. Entah kenapa ia merasa hatinya sedikit tercubit, menciptakan sekelebat rasa pedih. Pria itu sama sekali tidak pernah menjelaskan apa-apa tentang keluarganya, disaat ia sudah tahu bagaimana kacaunya latar belakang keluarga Karina. Sebenarnya apa yang ia coba sembunyikan?

The Second You SleepTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon