Night Phone Call

22.7K 4.3K 933
                                    

Hangat sinar matahari yang memayungi area belakang rumah Karina, tidak mengurungkan minatnya untuk duduk di sebuah kursi santai yang terletak di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hangat sinar matahari yang memayungi area belakang rumah Karina, tidak mengurungkan minatnya untuk duduk di sebuah kursi santai yang terletak di sana.

Matanya menatap ke arah kolam renang, kemudian senyum tipis terulas di wajah polosnya ketika kenangan yang tersimpan di tempat ini pelan pelan memasuki kepala.

Dulu, hari minggu adalah hari yang Karina kecil sangat nantikan. Karena akhir pekan adalah waktu untuk berlatih melakukan kegiatan di dalam air yang paling ia suka. Seorang instruktur didatangkan untuk melatih mereka, dan Mamanya kemudian akan menyediakan kue-kue kesukaan mereka di pinggir kolam renang.

Tiba-tiba gelombang rindu yang sangat besar menerpa, hingga memberi efek sesak saat di ingatannya menari-nari bayangan dua anak perempuan saling melempar tawa sambil menyipratkan air ke wajah masing-masing.

Ia merindukan Jane, Kakak perempuannya. Sosok yang selalu ia kagumi, pula sosok yang membuatnya menanam rasa iri. Tapi rasa iri itu kini lenyap sudah.

Karina menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ada rasa lega yang muncul di dadanya, karena kini ia bisa memutar memori-memori masa kecilnya tanpa rasa sakit lagi.

Mungkin ini saatnya untuk berdamai dengan dirinya sendiri, yang berarti mencoba untuk memaafkan Mamanya. Karina benar-benar hanya ingin ketenangan untuk saat ini. Setelah semua riuh badai yang membawanya ke dalam pusaran dan hampir menenggelamkannya.

"Karina?" Lamunan Karina tersentak saat mendengar namanya disebut oleh suara lembut yang sangat dikenalnya.

Saat menoleh ke belakang, retina matanya menangkap sosok Tisha yang berdiri tidak jauh dari dirinya. Tisha menatapnya dengan sorot mata yang seolah tak percaya mendapati anak satu-satunya berada di rumah.

"Ma," balas Karina dengan bergumam pelan.

Tanpa babibu lagi, Tisha berjalan mendekat dengan langkah-langkah besar. Begitu jarak antara Ibu dan Anak itu semakin tipis, Tisha menatap wajah putrinya dengan cairan bening yang sudah menumpuk di ujung mata. Jari-jarinya mengelus pipi mulus Karina yang masih hanya diam.

Perlahan, Tisha mendekap putrinya dari samping. Tak henti-hentinya ia beri kecupan di ujung pelipis Karina.

"Maafin Mama ya, Karina. Maafin, Mama." Ucap Tisha dengan suara serak. Hanya itu kalimat yang mampu ia katakan saat ini.

Karina hanya menangguk pelan dalam dekapan Mamanya. Cairan bening itu turun melewati pipi saat ia memejamkan mata, menikmati pelukan hangat dari Mamanya dengan khimat.

Saat ia kembali membuka kelopak mata, Karina menemukan sosok Seno berdiri di ambang pintu memperhatikan mereka. Senyum muncul di wajahnya yang penuh wibawa, lalu kepalanya memberi anggukan kecil pada Karina.

The Second You SleepWhere stories live. Discover now