Truth be told

27.7K 5K 2.6K
                                    

Dehaman dari Seno membuat sepasang insan itu menguraikan dekapan mereka, tersadar mereka bukan satu-satunya yang berada di ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dehaman dari Seno membuat sepasang insan itu menguraikan dekapan mereka, tersadar mereka bukan satu-satunya yang berada di ruangan itu. Karina mendongak menatap Yoga memperlihatkan wajahnya yang basah, mata dan hidungnya pun memerah.

Keadaan Yoga pula tidak jauh berbeda darinya. Yoga membalas mata Karina dengan tatapan teduh, disertai senyum kecil yang menenangkan.

Yang dilakukan Yoga selanjutnya benar-benar di luar dugaan. Semua terkesiap saat Yoga menjatuhkan kedua lututnya di lantai, bersujud tepat di depan Tisha dan Seno. Karina pun masih diam membeku, sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri.

Keheningan menyelimuti mereka, semua mengantisipasi apa yang akan Yoga lakukan saat pria itu belum mengucapkan sepatah katapun. Yoga mengepalkan kedua tangannya yang bergetar, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum memulai narasi panjangnya perihal sesuatu yang selalu menghantui hidupnya.

"Om, Tante, saya minta maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang sudah saya lakukan pada Karina. Melakukan hal yang paling hina yang dilakukan oleh manusia. Sebagai seorang Ayah sekarang saya mengerti perasaan ingin menjaga anak sepenuh hati, tapi justru saya sendiri pernah menjadi malapetaka untuk seorang anak perempuan milik Ayah Ibunya.

Maaf sudah membuat Om dan Tante merasa gagal menjaga Karina. Maaf karena sudah tidak menghormati Karina sebagai wanita, melakukan sesuatu tanpa persetujuannya. Sekali lagi saya minta maaf, walaupun saya tahu sekedar maaf nggak akan pernah cukup untuk menembus apa yang pernah saya lakukan. Nggak akan pernah sebanding dengan apa yang Karina lalui. Apapun hal yang Om dan Tante ingin lakukan untuk saya sebagai balasan atas perbuatan saya, saya siap menerimanya."

Suasana ruangan tersebut masih tidak berubah sama sekali ketika Yoga menyudahi kalimat panjangnya. Tidak ada yang membuka suara. Ketiga teman Yoga menunduk menatap lantai, tidak mempunyai nyali untuk melihat ekspresi dua orang paruh baya yang berada di depan Yoga, kecuali Oji.

Namun ia sama sekali tidak dapat menangkap apapun dari raut wajah yang tenang itu. Tidak ada emosi yang tersirat di sana, bisa jadi ia menyimpan bom dibalik sikap tenangnya. Oji tidak bisa menduga seperti apa respon dari Ayah Karina.

"Tanpa kamu ketahui kamu sekarang sedang menjalani balasan atas apa yang kamu perbuat, tanpa saya perlu melakukan apa-apa. Menjadi seorang Ayah adalah hukuman untuk kamu, karena kamu setiap harinya akan dibayang-bayangi rasa bersalah serta ketakutan. Takut apa yang pernah kamu perbuat pada wanita lain, akan terjadi pada anakmu. Tidak ada yang lebih mengerikan dari pada menjalani hari-hari yang dipenuhi rasa ketakutan kan?"

Seno membalas ucapan Yoga dengan tenang, namun nada suaranya tajam. Tatapan matanya sama sekali tidak lepas dari pria yang masih berlutut di hadapannya.

Yoga mendadak kesulitan meneguk salivanya, dadanya bergerak tidak beraturan, berusaha memompa pasokan udara untuk masuk ke dalam ketika sesak itu kian menjadi. Suara rengekkan kecil dari Biru membuat rasa nyeri merajalela di dadanya.

The Second You SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang