ARCA pov 6

316 29 1
                                    

Happy reading :)





Pagi ini mama, papa dan Arya akan sarapan bersama. Semalam Arya belum bertemu dengan mama papanya karena waktu pulang ke rumah mereka sudah tidur.

"Pagi sayang" sapa mama saat Arya keluar dari kamar lengkap dengan seragam sekolahnya.

"Pagi ma, pa." sahut Arya sambil menarik kursi untuk duduk.

Papa hanya mengangguk sambil memperhatikan wajah Arya, "muka kamu kenapa Ar, kok biru-biru gtu?" tanya papa.

"Hah biru mana-mana? kamu kenapa Ar?" tanya mama panik.

Arya memegangi sudut bibirnya, "oh ini gak papa kok cuma lebam dikit doang."

"Kamu berantem?" tanya papa

"Arya kemaren ada pelajaran Olahraga bela diri, gak sengaja kena tonjok sama lawan." sahut Arya bohong sambil memakan sarapannya.

"Lain kali hati-hati dong Ar, mama khawatir takut kamu kenapa-napa." kata mama menatap iba pada putranya.

Arya hanya menganggukkan kepalanya saja toh sedikit lebam ini tidak mengubah wajah tampan Arya sedikitpun. Arya kemudian melanjutkan sarapannya tanpa bersuara.


Bangku paling pojok di kantin adalah tempat favorit Arya dan teman temannya karena dari pojok mereka bisa melihat jelas semua orang yang ada disana.




"Liat temen lo buat tato gak ngajak-ngajak." tunjuk Izar pada muka Arya yang lebam.

"Berantem sama siapa lo?" tanya Orca santai.

"Jangan bilang lo nyamperin geng motor yang gangguan Groves kemaren sendirian ya Ar?" tanya Hamal sambil menatap Arya serius.

Izar medorong muka Hamal menggunakan tangannya, "Muka lo biasa jing, sopan gak kayak gitu tanya sana sama guru lo."

Namun Arya malah menatap Ica yang baru saja datang ke kantin bersama puspa.

"Gue bantuin Ica yang digangguin preman di halte kemaren." jawab Arya singkat sambil meminum es-nya.

"Ica, siapa sih?" tanya Hamal pada Orca namun Orca hanya mengangkat bahu nya tanda tak tau.

"Ck bodoh lo gak ilang-ilang ya mal, Ica temen sekalas gue sama Arya yang ngasih obat ke lo waktu di UKS." jelas Izar

Orca ingat saat Arya memperhatikan Ica di uks, "lo suka sama dia ya Ar?" tanya Orca sambil melihat ke arah Ica.

Belum sempat Arya menjawab, tiba-tiba Aura and the genk datang menghampiri meja Arya.

"Hai Arya, lama ya kita gak pernah ketemu mana sekarang beda kelas lagi." keluh Aura pada Arya.

Waktu kelas 10 Arya dan teman-temannya serta Aura and the genknya satu kelas. Namun setelah memilih jurusan Aura memilih Ipa sedangkan Arya Ips.

Seperti biasa Arya malas meladeni tingkah Aura ini. Padahal Arya sudah jelas menolak tapi Aura masih aja dekat-dekat dengannya. Alhasil Arya pergi begitu saja dari kantin tanpa berbicara apa-apa.

"Kan gue udah pernah bilang jangan ganggu Arya lagi, liat baksonya aja belum dimakan tapi dia main pergi aja." ujar Hamal, "mubazir nanti, mending gue makan aja." sambil memasukan bakso kedalam mulutnya.

"Udah lo sama gue aja, gue juga ganteng kali." kata Izar sambil menaik turunkan alisnya.

"Ogah mending gue jomblo seumur hidup." ujar Aura sambil mengajak temannya pergi dari kantin.

"AWAS LO OMONGAN DOA!" teriak Izar pada Aura.

Orca dan Hamal hanya menepuk-nepuk pundak Izar sambil menutup wajah mereka dengan tangan karena malu.




Arya sedang duduk sambil menelungkupkan wajahnya di meja yang ada di perpus.

Arya memang pergi ke perpustkan saat tadi pergi dari kantin, baginya tempat ternyaman di sekolah adalah perpustakaan yang sunyi.


"Nih gue bawain buat lo." Ica menaruh sebungkus roti di depan Arya.

"Ngapain?" tanya Arya masih dengan posisi yang sama.

"G--gue mau ngucapin makasih sama lo soal kemarin lo udah nolongin gue dari preman-preman itu." ucap Ica terbata-bata sambil jarinya mengetuk-ngetuk meja.

Arya mengangkat kepalanya menatap Ica lalu tangannya menindih tangan Ica yang mengetuk-ngetuk meja. "Diperpus dilarang berisik dan dilarang membawa makanan."

Ica kaget saat tangannya bertemu dengan tangan Arya, "ya--yaudah makanya cepet makan biar gak ketahuan dan gue gak kena marah, gue tau di kantin tadi lo belum makan apa-apa kan!" jawab Ica sambil menarik tangannya dari atas meja.

Akhirnya Ica memutuskan untuk pergi dari perpus dan kembali ke kelas sambil memikirkan kenapa sampai dia gugup dan terbata-bata berbicara di depan Arya tidak seperti biasanya.

Arya yang melihat Ica dari jendela perpus hanya tersenyum sambil memakan roti yang Ica sengaja bawakan untuknya.








Dikelas 11 Ips 2 sedang ada pelajaran Geografi. Bu Mei selaku guru Geografi berdiri didepan sambil menjelaskan tentang apa saja bagian dari peta.

"Ica sama Arya tolong ambilkan buku latihan kalian di meja ibu ya. Ibu kemaren belum selesai kasih nilainya. Ibu tadi mau bawa gak bisa susah." pinta bu Mei.

"Oh iya bu." jawab Ica sambil melihat ke arah Arya.

Memang kelas 11 Ips 2 berada di paling pojok bangunan sekolah jadi jarak antara ruang guru dan kelas mereka lumayan jauh.

Ica dan Arya berjalan karena kejadian di perpus tadi, Ica merasa tak nyaman berjalan di samping Arya tapi sebaliknya Arya biasa aja kayak gak pernah terjadi apa-apa.

"Makasih." ucap Arya

"Hah makasih? buat apa?" tanya Ica sambil melihat ke arah Arya.

"Roti." jawab Arya singkat.

Ica hanya mengangguk. Mereka pun sampai di ruang guru dan mengambil tumpukan buku yang ada di meja bu Mei.





Namun saat Ica melewati ruang kepala sekolah Ica melihat seseorang tak asing disana.







"Haikal?" gumam Ica sambil menggelengkan kepalanya.













To be continue

ARCA pov  [End]Where stories live. Discover now