ARCA pov 11

276 29 1
                                    

Happy reading :)










Dua tahun yang lalu ...

Seorang anak perempuan dan laki-laki dengan seragam putih biru sedang asik mengobrol sambil menikmati makanan yang mereka pesan disebuah kafe tak jauh dari sekolah mereka.

"Ca kamu yakin mau ikut seleksi itu?" tanya Haikal.

"Yakinlah, kamu kan tau itu yang dari dulu aku pengen banget, melihat bintang-bintang." balas Ica sambil tersenyum manis.

"Tapi kan Ca ---" sahut Haikal dan langsung dipotong oeh Ica.

"Iya tau seleksinya ada pelajaran Sejarah kan, tenang aja aku bakalan berusaha keras buat dapetin apa yang aku mau!" tegas Ica.

"Kalo gitu Ica balik duluan ya, dahhhh Haikal makasih traktirannya." sambung Ica sambil meninggalkan Haikal yang terus memandang punggung kecil Ica yang perlahan menghilang.

Sekolah mereka sedang mengadakan seleksi untuk seluruh murid, bagi yang lulus seleksi tersebut maka mereka akan terpilih sebagai perwakilan sekolah untuk kunjungan ke Palomar Observatory, California.

Haikal tau kalo itu memang impian lama Ica namun disisi lain Haikal khawatir karena Ica kurang dalam pelajaran Sejarah.

Bagi Ica Sejarah adalah pelajaran yang tidak akan ada akhirnya namun Ica terus berusaha untuk bisa memahami Sejarah itu sendiri meski kepalanya sering merasakan pusing yang luar biasa.





Tiga hari sebelum seleksi ...







"Lo yakin ini bisa buat nolongin dia?" tanya Haikal pada seorang perempuan berambut pendek di depannya.

Perempuan tersebut tersenyum kecut ke arah Haikal, "lo lupa bokap gue siapa? lo ngeraguin bokap gue hah!" bentak perempuan itu.

"Gue tau bokap lo kepala sekolah di sekolah tapi gimana mungkin lo bisa dapetin ini?" tanya Haikal bingung.

Perempuan berambut pendek tersebut mengambil paksa kertas dari tangan Haikal, "kalo lo gak percaya, ya udah gak usah, asal lo tau aja buat lolos seleksi itu gak mudah!"

Namun Haikal mencekal tangan perempuan itu saat akan pergi dari sana, "oke-oke gue mau."

Perempuan itu duduk kembali ke kursinya dan memberikan kertas itu kepada Haikal, "lo harus tepatin janji lo karna gue berhasil dapetin apa yang lo mau." sambil menikmati minuman yang mereka pesan.

Haikal hanya diam dan mentap kosong ke arah perempuan itu, "semua gue lakuin demi lo Ca." batin Haikal.


Ica kini sedang sibuk dengan beberapa tumpukan buku yanga ada di perpustakaan.





" Kamu gak mau ngundurin diri aja dari seleksi itu?" tanya Haikal sambi memandang wajah Ica.

Ica memandang balik Haikal dengan ekspresi kesal, "aku kan udah bilang aku mau ikut titik."

Haikal tau Ica tipe orang yang keras kepala, percuma saja dia memohon sampai kapan pun Ica tidak akan mendengarkannya.

Haikal mengeluarkan kertas dari saku bajunya, "nih buat kamu, pokoknya kamu harus bisa lolos seleksi itu." sambil memberikannya pada Ica.

"Ini kertas apa, haaah kisi-kisi Sejarah!" sahut Ica sambil menutup mulutnya dengan tangan.

"Kamu dapet dari mana? Gak ah gak mau ini tuh namanya curang tau gak sih." sahut Ica lagi sambil memberikan kertasnya pada Haikal.

"Caaa, disini tuh gak ada yang fair dan kamu gak perlu tau aku dapet dari mana yang penting kamu bisa lolos dalam seleksi itu." ujar Haikal.

Ica hanya diam sambil memandangi kertas yang berisi kisi-kisi Sejarah tersebut, "aku bakal lakuin apa pun Ca buat kamu, asal kamu bahagia." ujar Haikal sambil memegangi tangan mungil Ica.

Ica sempat mengingat dimana kejadian Haikal mengungkap kan perasaan padanya namun Ica tolak karena Ica tidak memiliki perasaan apapun pada Haikal dan sekarang Ica merasa menjadi orang paling jahat.

Tak terasa air mata Ica turun begitu saja membasahi kedua pipinya.

"Makasih ya Haikal, kamu selalu ada buat aku, hiks .. hiks .. hiks" ucap Ica sambil menangis.

"Iya sama-sama, udah jangan nangis, ayok semangat belajarnya besokkan seleksinya?" sambil menghapus air mata dipipi Ica.

"Heem hiks ... hiks" sahut Ica sambil membuka buku yang ada didepannya.

Haikal tersenyum saat melihat Ica menangis karena bahagia.

Meskipun Haikal dulu sempat merasa sedih saat mengungkapkan perasaannya namun berujung di tolak oleh Ica karena Haikal hanya di anggap sahabat oleh Ica tidak lebih. Tapi Haikal tidak menjauhi Ica dia malah terus berada di samping Ica apa pun kondisinya.











Keesokan harinya Ica sedang berada di dalam ruang kelas yang di jadikan sebagai ruangan untuk melaksanakan seleksi tersebut.









Lembar soal mulai di bagikan dan masing-masing peserta sudah mendapatkannya.

Soal-soalnya terdiri dari beberapa mata pelajaran termasuk Sejarah yang ternyata memiliki bobot nilai yang besar hampir sama dengan mata pelajaran Geografi.

Tiba-tiba Ica merasakan panas dingin di tubuhnya dan keringat mulai bercucuran membasahi tubuhnya sekarang waktu Ica membaca satu per satu soal dari mata pelajaran Sejarah.

Ica meremas ujung seragamnya, "apa ini cara kamu buat balas dendam ke aku." gumam Ica sambil meneteskan air mata.

Sekarang kepala Ica merasakan pusing dan perlahan penglihatannya mulai kabur, dia juga hanya mendengar sayup-sayup suara yang memanggil-manggil namanya.









BRAKKK!!












To be continue

ARCA pov  [End]Where stories live. Discover now