ARCA pov 58

188 18 2
                                    

Haiii, apa kabar??

Jangan lupa vote dan komen :)

Part ini pokoknya skjhksjjajshshgvs!

Happy reading :)

.
.
.




Saat ini Shaula sedang duduk berdua dengan Haikal di sebuah kafe atas saran dari Shaula.

Shaula menyodorkan secarik kertas diatas meja mereka, "Kertas apa ini Sha?" tanya Haikal.

"Kamu bisa baca sendiri" ujar Shaula sambil mengambil gelas minuman miliknya.

Haikal langsung mengambil dan membacanya, "Sha! Kan aku udah pernah bilang! Perjanjian yang kita buat cuma aku yang bisa batalin" jelas Haikal dengan wajah menahan emosi.

Kertas itu memang berisi penyataan bahwa antara Shaula dan Haikal tidak lagi terikat dengan perjanjian yang mereka buat dulu.

"Kal! Aku juga punya hak!"

"Iya. Kamu punya hak! Tapi hak itu dapat berlaku kalau kamu bisa lunasin semua hutang kamu sama aku, Sha"

Shaula mengeluarkan cek dari dalam tas kecilnya, "Dan sekarang aku bisa gunain hak aku!" ujar Shaula sambil memberikkannya pada Haikal.

"Sha--"

"Menurut aku nominal di cek itu sesuai dengan jumlah hutang-hutang aku sama kamu" ucap Shaula. "Jadi sekarang kamu bisa tanda tangan disini" ujarnya sambil menunjuk kertas dengan tempelan matrai disana.

Haial menggelengkan kepalanya, "Kamu dapet uang dari mana?".

"Udah, kamu gak perlu tau. Yang penting sekarang kita gak perlu pura-pura pacaran lagi. Dan kamu bisa bebas sekarang"

"Maksud kamu?"

"Aku tau Kal. Ica udah tau kan yang sebenarnya?! Jadi ini saatnya buat kamu perjuangin Ica. Kamu udah lama kan nunggu momen ini?"

Haikal menatap Shaula tak percaya, "Pikirin keadaan ibu, Sha".

"Ibu baik-baik aja, Lagian ibu juga udah tau semuanya" balas Shaula.

"Oke, kalo ini keputusan kamu. Aku terima" ujar Haikal sambil meraih pulpen untuk menandatangani surat tersebut.

"Makasih ya Kal. Kamu ada saat aku bener-bener butuh batuan, saat aku butuh semangat waktu ibu sakit. Kamu selalu nguatin aku, kalo semua bakal baik-baik aja" ujar Shaula dengan mata berkaca-kaca.

"Dan ternyata bener kata orang-orang, kita gak bisa memaksakan diri untuk bertahan saat kita gak ada alasan untuk bertahan" lanjut Shaula tanpa sengaja air matanya jatuh, "Eh, maaf-maaf" sambil menghapus air matanya.

Haikal sempat terdiam, seperti berat untuk menggerakkan pena yang ada di genggamannya saat melihat Shaula meneteskan air mata. "Kalo kamu butuh apapun, kamu masih bisa hubungin aku" ujar Haikal.

Shula menatap manik mata Haikal, tulus itu yang Shaula lihat. "Aku udah tanda tangan" ucap Haikal sambil menyodorkan surat tersebut.

ARCA pov  [End]Where stories live. Discover now