ARCA pov 18

231 24 1
                                    

Happy reading :)

Jangan lupa dengerin mulmednya ya :⬆️⬆️











Area kantin di SMA Trinity memang berdekatan dengan parkiran, jadi setiap siswa yang akan pergi ke kantin pasti melewati area parkiran.

Langkah mereka terhenti saat melihat dua orang siswa dan siswi yang sepertinya sedang duduk berdua di bangku kantin.

"Ra kenapa berhenti? Kantin masih didepan kali" ujar vela saat melihat Aura beehenti melangkahkan kakinya.

Aura hanya diam tidak menjawab, Lyra mengikuti arah tatapan Aura, "bukannya itu si Arya, tumben dia mau berurusan sama cewek." ujar Lyra.

"Itu bukannya cewek yang bolos waktu kita kasih kue ke Arya bukan sih?" tanya Vela.

"Iya. Dan gak lama dari situ si Arya juga pergikan. Jangan-jangan mereka punya hubungan lagi." beo Lyra tanpa sadar membuat Aura kesal setengah mati.

"Eh Ra tunggu, kenapa sih dia?" tanya Lyra.

"Ah lo sih ngomongnya aneh-aneh, udah ayo cepet ikutin." balas Vela sambil menarik tangan Lyra.

Aura kembali melangkahkan kakinya menuju kantin dan langsung memesan semangkuk bakso. Namun saat Aura membawa baksonya.






Byurrrr

Tiba-tiba kuah bakso yang Aura bawa tumpah mengenai baju Ica.

"Awwhh panass" rintih Ica sambil mengkibas-kibaskan tangan di bajunya yang basah.

"Eh eh sorry, gue gak sengaja." ucap Aura sambil menampilkan muka sedihnya.

"Aura, apa-apain sih lo!" bentak Arya.

"Sorry Ar, beneran gue gak sengaja." ujar Aura sambil menundukan kepalanya.

"Lo kok malah bentak Aura sih Ar? Kan dia udah bilang maaf, lagian kantin tuh rame jadi pasti tadi Aura juga gak sengaja didorong orang lain." bela Vela sedangkan Aura hanya menundukan kepalanya.

Semua siswa dan siswi yang ada di kantin mengalihkan pandangan mereka pada kejadian itu. Tak sedikit yang ikut berkomentar.


"Lebay amat sih, kan cuma sedikit doang basahnya." ujar siswi yang sedang makan batagor dipojok kantin.

"Iya lagian kan kak Aura udah minta maaf."

"Jugaan kantin lagi rame gini pasti pada pengen cepet-cepet terus gak sengaja senggolan."



Aura tersenyum puas saat mendengar anak-anak yang ada di kantin membelanya.

Ica yang mendengar itu langsung pergi dari kantin karena tak ingin memikirkan hal yang menurutnya tidak penting.

"Loh Ca, kamu mau kemana?" tanya Puspa saat berpapasan dengan Ica di
parkiran.

Ica hanya melihat sekilas ke arah Puspa sambil melanjutkan langkahnya untuk menuju toilet.

"Ar Ica kenapa?" tanya Puspa lagi saat melihat Arya mengikuti Ica dengan jarak lumayan jauh dari Ica.

Arya tidak menjawab pertanyaan dari Puspa, dia melewatinya begitu saja. "Pada kenapa sih, kejar Ica atau lanjut kantin ya?" pikir Puspa sambil memegangi perutnya.

"Kantin dulu deh nanti baru kejar Ica. Ekonomi tadi buat laper" sambil melangkahkan kaki nya menuju kantin.








"Hamal, bang Orcaaa" panggil Izar saat berada di kelas 11 Ipa 3.








"Berisik bego!" bentak Izar sambil melempar Izar dengan bukunya.

"Ini bukan kelas lo" sambung Orca.

Izar menangkap buku yang di lempar oleh Hamal, "Wihh selow geh, lagian ini jam istirahat juga." balas Izar.

"Lah lo sendiri, Arya mana?" tanya Orca sambil melihat ke arah Izar.

"Tadi tuh si Arya dipanggil guru BK, tapi sampe sekarang gak balik-balik ke kelas makanya gue kesini." jelas Izar.

"Pantesan lo nyamperin kita" ucap Hamal.

"Sebenernya gue sekalian mau liat anak baru itu sih, tapi mana anaknya woi?" tanya Izar sambil celingak-celinguk.

"Kantin kali." jawab Orca cuek.

Izar menganggukkan kepalanya, "Oh ..  kantin juga yuk, laper gue." ajak Izar.

Hamal dan Orca mengangguk, kemudian Izar berada ditengah Hamal dan Orca sambil merangkul bahu mereka, sambil keluar kelas menuju kantin.

"Nah itu si Arya?" tunjuk Hamal saat melihat Arya yang sedang berdiri seperti orang bingung.

"Arya!" panggil Izar. Mereka pun menghampiri Arya.

"Kita bertiga mau ke kantin, yok ikut." ajak Hamal.

"Lo orang duluan aja gue udah tadi"

"Lo liat Ica gak?" tanya Arya pada Hamal, Orca dan Izar.

Merek hanya menggelengkan kepala sebagai jawabannya, "Bukannya tadi dia dipanggil ke BK sama lo, masa lo gak tau dia dimana." tanya Izar.

"Aduh, perut gue udah bunyi, yok gece ke kantin keburu waktunya abis." ajak Izar sambil menarik Hamal dan meninggalkan Arya dan Orca.

"Kenapa?" tanya Orca sambil melihat ke arah Arya.

"Nanti gue jelasin, gue mau cari Ica dulu." lalu pergi meninggalkan Orca.

"Dasar gede gengsi" gumam Orca sambil melangkah menyusul Hamal dan Izar di kantin.







Sedangkan Ica saat ini sedang membersihkan seragam nya di toilet. "Ah elah kotorkan, bau lagi. Mana masih lama lagi pulang!" keluh Ica sambil mengelap seragamnya menggunkan tisu.

Akhirnya Ica keluar dari toilet, namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat ada orang yang menghadang jalannya.

"Minggir!" bentak Ica saat melihat orang itu ada Haikal.

"Ca please, kasih waktu aku buat jelasin semuanya." pinta Haikal dengan memohon.

"Gak ada yang perlu dijelasin, gue udah tau semuanya." ujar Ica sambil menatap mata Haikal.

"Kamu salah paham Ca, Rena bohong! Yang Rena bilang ke lo dulu semuanya bohong Ca." jelas Haikal.

"Lo pacaran sama Rena juga bohong?"
tanya Ica.

Haikal hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari Ica, "hah! Gak bisa jawabkan lo, lo juga yang ngasih gue kisi-kisi sejarah palsu, sampe gue ngalamin trauma. Gue berharap itu semua bohong tapi apa itu nyata." ujar Ica lemah matanya menahan cairan bening itu agar tidak lolos.

"Dulu lo hancurin mimpi gue, sekarang lo datang tiba-tiba, lo mau apa? Mau liat gue hancur iya? Oh iya hahaha .. gue lupa lo kan belum liat kondisi gue waktu itu ya." ucap Ica dengan tawa yang dipaksakan. 

"Stopppp Caa!!!" bentak Haikal.

"Ca, kamu salah paham" ucap Haikal lemah bahkan dia terduduk lemas dilantai.

Ica benci suasana seperti ini, "anggap kita gak pernah kenal!" pinta Ica sambil pergi meninggalkan Haikal.

Haikal menggelengkan kepalanya sambil menatap punggu Ica yang perlahan menghilang. Semua kata yang keluar dari mulut Ica membuat dada Haikal merasa sesak. Haikal tidak tahu jika Ica sampai mengalami trauma.

Sedangkan Ica terus berjalan tak tentu arah, pikirannya kacau, air mata yang sejak tadi dia tahan perlahan mulai membasahi pipinya.

Tiba-tiba tangan Ica ditarik oleh seseorang dan Ica tidak memberontak  Ica malah memeluk orang tersebut karena dia merasa membutuhkan sandaraan disaat seperti ini.





"Nangis aja gak usah ditahan." ujar orang tersebut.

















To be continue

ARCA pov  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang