Prologue

2.3K 212 5
                                    

⎯⎯ ୨ 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝟏𝟗𝟖𝟎 ୧ ⎯⎯

☆゜・。。・゜゜・。。・゜★

❝𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐤 𝐢𝐭'𝐬 𝐟𝐮𝐧𝐧𝐲? 𝐖𝐡𝐞𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐫𝐞𝐚𝐥 𝐦𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐛𝐞𝐜𝐚𝐦𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭𝐦𝐚𝐫𝐞 𝐟𝐨𝐫 𝐭𝐡𝐞 𝐜𝐡𝐢𝐥𝐝 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐥𝐞 𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭.❞

☆゜・。。・゜゜・。。・゜★

Pada pagi di tanggal 5 Juni 1980, seperti biasa Narcissa bangun dan mencium pipi Lucius

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pada pagi di tanggal 5 Juni 1980, seperti biasa Narcissa bangun dan mencium pipi Lucius. Berusaha untuk membangunkan suaminya. Lucius pun tersenyum lebar melihat sang istri sudah bangun. Dan berusaha menganggu waktu tidurnya. "Hey, Love." Ucap Lucius sambil tersenyum.

"Hi, My Moon." Cissy mencium bibir Lucius dengan lembut. Tetapi dalam hitungan detik, Cissa menarik bibirnya dan menutup matanya. Serta meremas bantal. Lucius yang melihat Istrinya dalam kesakitan pun langsung panik. "Cissa?! Is it the babies?" Tanya Lucius hampir ingin loncat dari tempat tidur.

"Emm, nope. It's just false labor..." Ucap Narcissa, mencoba untuk relax dan mengendalikan nafasnya. " Kamu yakin?" Tanya Lucius sambil menggosok pelan punggung Narcissa. " Yeah, jangan khawatir. Aku akan ke kamar Daenerys sekarang untuk memberikannya susu. Dan terkhusus untuk mu.." kemudian Narcissa mencubit pipi Lucius "Pergilah mandi karena kau harus sarapan dan pergi bersama ayahmu ke sebuah tempat."

Lucius dari yang memiliki raut wajah yang sumeringah menjadi sedikit jengkel karena Cissa membahas tentang Abraxas. "Apakah aku benar - benar harus pergi dan meninggalkanmu, Dany dan si kembar??" Lucius sebenarnya memiliki firasat yang buruk, ia berpikiran pasti ini akan berhubungan dengan You Know Who.

"Kau tau persis sifat ayahmu jika kau tak menurutinya, Ia dan Annete sekarang ada di ruang tamu, menunggumu, love." Ucap Cissa perlahan.

"Baiklah, tapi selanjutnya. Aku benar - benar tidak ingin meninggalkan mu dan anak - anak sendirian. Aku akan mencari alasan agar kita bisa keluar dari rumah terkutuk ini." Ucap Lucius kesal dan cemberut di akhir.

Narcissa pun memberikan kecupan di pipi Lucius dan meninggalkan tempat tidur. Lalu ia berkata "Hanya sebentar bukan? Seharusnya akan cepat pulang jika kau cepat pergi in the first place."

Lucius hanya bedecak kesal karena Istrinya tidak ingin mendukung pendapatnya. Ia sangat kesal untuk pergi dengan Abraxas dan Anette ke sebuah tempat yang bahkan jauh dari rumah. Dengan langkah yang malas, Lucius pun ke kamar mandi untuk bersiap - siap.

Sementara itu Narcissa masuk ke kamar putri sulungnya, Daenerys. Putrinya ternyata juga sudah terbangun dan menangis di tempat tidur, ia menggendong Dany untuk menenangkan Dany yang rewel, dan membuatkan susu untuknya.

Setelah susunya sudah habis, Narcissa meletakkan putrinya kembali ke baby crib, dan kemudian ia terdiam. Kram perut tiba - tiba datang dan membuat ia menjatuhkan kedua lututnya ke lantai, ia mengerang. "Tidak, tidak. Merlin, aku mohon. Ini belum waktunya." Narcissa menangis. Tapi ternyata kram perutnya tidak berhenti dan darah pun mulai keluar dari selangkangan kaki Narcissa. Ia menangis dan kemudian berteriak, memanggil Lucius.

Sampai Lucius mendengar teriakan Narcissa dari Kamar Daenerys. Lucius yang tadinya sedang menikmati air panas di kamar mandi pun langsung keluar dan hanya memakai bathrobe berlari ke kamar Daenerys.

"CISSA?!" Ucap Lucius kaget melihat kondisi istrinya. Narcissa terduduk dilantai dengan darah yang membasahi dress putih hingga lantai kayu Malfoy Manor.

"Darah!! Lucius!! It's too soon. Please.." Ucap Narcissa sambil menangis dan menahan rasa sakit. Daenerys yang berada di baby crib juga menangis dengan kencang dalam horor.

"Tidak, aku mohon. Lakukan sesuatu, Luce. I can't lose them both." Ucap Narcissa dengan nafas yang terpotong - potong. Ia mengambil tangan Lucius dan meremas saat kontraksi datang.

"Calm down honey, breathe. Jangan panik. Aku akan memanggil Ibu. Seben.." Ucap Lucius tapi langsung di potong oleh Narcissa " No, no. Don't go. Stay. Stay with me. PLEASE!" dan di akhir kata ia berteriak sekencang - kencangnya. Kontraksinya menjadi semakin terlalu dekat jaraknya.

"Okay Cissy, Iam not going anywhere. Let's get you to bed first, love." Lucius mengangkat tubuh Narcissa dengan perlahan dan meninggalkan kamar Daenerys. Dan Daenerys pun ditinggal sendiri didalam kamar. Ada sebuah cahaya hijau yang menyinari kamar tersebut.

Daenerys berhenti menangis dan melihat ada orang yang masuk ke kamarnya, seseorang yang memakai tudung hitam. Wajahnya tidak terlihat. Ia mendekat ke arah Daenerys, dan mengeluarkan tongkat sihirnya. Dan kemudian orang itu berkata "Obliviate."

- - -

5 Juni 1987, Paris.

"Erys?! Chèri?! Bangun sayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Erys?! Chèri?! Bangun sayang.." ucap Caroline membangunkan Daenerys yang berteriak di tengah malam.

"Maman?" Ucap Daenerys dengan pelan lalu kemudian menangis . Caroline pun memeluk Daenerys dengan erat. Seisi rumah Hill terbangun karena mendengar tangisan Daenerys. Andrew yang tadinya tertidur langsung ke kamar Daenerys.

Melihat Caroline sudah berada di kamar Daenerys, Andrew tersenyum. Caroline berhasil menenangkan Daenerys. Dan Andrew perlahan berjalan menuju tepat tidur Daenerys dan berkata "Mon amour ce qui ne va pas?"

"Mauvais rêve encore, papa." Ucap Daenerys dengan kecil. Ketakutan.

"Bermimpi apa sayang? Orang yang bertudung hitam lagi?" Tanya Andrew dengan perlahan dan Daenerys pun mengangguk.

Andrew dan Caroline pun saling bertatapan. Khawatir. Daenerys sudah bermimpi tentang mimpi yang sama sejak ia berumur 5 tahun. Mimpinya selalu sama, tidak kurang dan tidak lebih. Mereka sudah bertanya kepada teman sesama penyihir di Prancis tetapi tidak ada yang bisa memberitahu mereka siapa orang yang memakai tudung hitam itu.

To be continue ...


𝐓𝐡𝐞 𝐌𝐚𝐥𝐟𝐨𝐲 : 𝐓𝐡𝐞 𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐨𝐟 𝐔𝐬Where stories live. Discover now