01. Tidak jadi?

13.5K 415 6
                                    

Aku melihatnya dari kejauhan senyumku terbit tanpa diminta dia orang yang selalu aku sebut dalam doa, namun aku sadar diri perbedaan jauh membuatku mengubur dalam-dalam perasaanku.

Kalian ingin mengenalku? Baiklah akan aku kenalkan siapa diriku. Aku hanya wanita biasa yang terlahir dari keluarga sederhana yang hanya mempunyai satu saudara, Evi Rosita adalah namaku aku hidup hanya dengan ibu yang bernama Ririn dia ibu yang hebat dan dia adalah orang tuaku satu-satunya yang ada. Ayahku? Oh dia sudah meninggal pada saat aku kelas 9 SMP. Saudaraku yang bernama Eva Rosita kini sudah menikah dan sudah dikaruniani anak laki-laki yang tampan dan imut menurun dari gen ayahnya Muhammad Fabian Alfarizki dan anaknya yang bernama Kevano Alfarizi Mahendra yang masih berumur tujuh bulan.

Kakakku beruntung bisa menikah dengan orang yang dia cintai dan cintanya yang terbalas oleh kak Abi, sungguh sempurnah kisah cintanya yang berakhir dengan pernikahan yang mewah. Mungkin bagi tetanggaku kak Eva adalah anak yang pendiam dan jarang keluar rumah tampa diminta. Tapi tidak di depanku, dia wanita yang humoris dan selalu menjadi orang yang sepemikiran denganku, dulu aku dan kakakku sering diejek karena jelek dan miskin namun kini kita membuktikan bahwa setiap orang bisa berubah, buktinya aku dan kak Eva yang barhasil berubah dari fisik dan finansial.

Fisik? Jangan ditanya, bukan aku sombong namun apa yang aku katakan benar-benar terjadi dalam hidupku dan kakaku, kita berdua tumbuh dan merubah menajadi lebih baik dan orang bilang aku dan kakakku cantik-cantik, itu benar kakaku berubah menjadi wanita cantik sedangkan aku berubah menjadi gadis manis kata orang, kakak menikah dengan orang kota yang berhasil sedikit-sedikit memcapai impiannya sedangkan aku masih satu persatu aku gapai, namun aku bersyukur aku yang tak pernah tau rasanya bersekolah SMA kini bisa menjadi sukses. Aku mempunyai toko baju yang alhamdulillah sukses dan berhasil membuatku membeli barang yang aku mau tampa meminta pada ibuku.

Dulu orang bilang aku dan kakaku tidak akan menjadi siapa-siapa, namun aku dan kakakku membuktikan itu semua, kakakku membuka kafe impiannya yang juga sukses karena nuansa remaja, eiits,  jangan salah walaupun tempat tinggalku adalah desa namun desaku desa maju. Jadi tak salah bila kafe milik kakakku dan toko baju milikku terus bergerak baju.

Aku dan kakakku sama-sama sukses dalam hal lain namun dalam soal pencintaan aku ... ah sudahlah aku tak ingin membahasnya untuk sekarang.

"Ev, ayo kita pulang, jangan terus liatin mas Arbi," ujar temanku yang bernama Aisyah yang membuat aku kembali dalam duniaku, aku menggelengkan kepalaku agar aku tak terus memikirkan mas Arbi yang bukan mahramku.

"Apasih, siapa juga yang liatin," elakku padanya, tentu aku akan mengelak selama ini tak ada yang mengetahui kalau aku menyukai mas Arbi, kecuali kakakku pastinya karena aku selalu terbuka padanya.

"Halah! Ketahuan kok kalo kamu liatin dia," ujar lagi Aisyah yang kini membuatku terdiam karena tak sengaja melihat mata yang selalu aku tatap secara diam namun kini mata itu menatapku walau dari jauh. Oh good aku kini sedang bertatapan dengan Mas Arbi ... Tuhan tolonglah jangan sadarkan Mas Arbi dulu untuk membuang muka karena hambamu kini sedang menikmati ciptaanmu.

"EVI!" Teriakan spontan dari Aisyah membuat mas Arbi lansung buru-buru masuk ke dalam masjid, namun sebelum itu aku sempat melihat dia tersenyum tipis yang membuat jantungku berdegup dua kali lipat lebih cepat. Akh sial! Gara-gara Aisyah sih aku tak lagi berpandangan dengan Mas Arbi.

Siapa didesaku yang tak suka dengan Mas Arbi, Muhammad Aroyyan Arbillah namanya, tutur kata yang lembut, tinggi, dan dengan wajah kalemnya yang barhasil membuat semua kaum hawa jatuh hati padanya termasuk aku pastinya, ibu juga sangat menginginkan mantu seperti Mas Arbi untukku namun aku cukup sadar diri kok jadi tidak perlu dijelaskan kalau aku tidak sepadan dengannya.

"Ayo pulang Ev." Oke sebaiknya aku tak pernah jalan bersama Aisyah karena gadis satu ini yang tak pernah mengerti bila sahabatnya sedang menikmati keindahan Tuhan yang selalu aku sebut dalam doa.

"Iya bawel! Ayo cepet naik!" titahku padanya dengan nada kesal, dia tersenyum lebar yang menampakan deretan giginya yang rapi lalu tanpa disuruh dua kali ia lansung naik ke atas motor matic ku, dan akupun melajukan motorku menuju rumah Aisyah untuk mengantarkannya.

°UkMu°

Malam ini aku hanya duduk sendiri di depan toko milik ibuku yang berada di depan rumah, toko ini adalah impian dari ibuku dan dengan uang yang aku satukan dengan uang Mbak Eva aku berhasil membuat toko untuk ibuku, toko sembako yang menjadi impian ibu dari dulu dan aku sering membantu ibu untuk menjaganya bila ada orang yang membeli.

"Assalamualaikum," sapa seseorang dari arah depanku sepertinya aku mengenal suara lembut itu, aku yang tadinya sedang memfokuskan arah pandangku pada Heanpone kini mendongak melihat dia pemilik suara halus yang sangat aku hafal.

Deg!

Rasanya aku ingin menjerit bahagia saat ini saat tau pemilik suara halus itu siapa, tapi khm! Aku harus menjaga sikap agar Mas Arbi tidak ilfeel padaku, IYA MAS ARBI YANG MENGUCAP SALAM! Kaget 'kan kalian apalagi aku.

"Walaikum'salam," jawabku dengan ramah tak lupa senyum yang kata orang manis ciahh, Mas Arbi juga membalas senyumku tak kalah manis, sejak kapan sih malaikat ada di dunia ini. Oke Evi, Fokus! Jangan buat Mas Arbi melihat tingkah konyolmu itu.

"Mau beli apa-"

"Evi! Kamu dipanggil sama ibu!" Teriakan dari suara yang tak lain adalah kakaku itu membuat aku harus menelan kata yang tadi ingin aku ucapkan pada Mas Arbi, aku menoleh dan mendapat kakakku yang sudah berdiri di depan pintu warung, aku melihatnya dengan raut datar.

"Udah sana masuk, ibu nunggu loh biar aku aja yang jaga warung." Astaga! Kakakku ini tidak mengerti kode yang aku berikan apa?! Kenapa dia malah melanjutkan kata-katanya yang tak bisa aku tolak, aku melirik sebentar ke arah Mas Arbi yang sedari tadi menyimak percakapan kami

"Sudah temui dulu ibunya, kasian kalau menunggu." Akh suaranya saja berhasil membuat degup jantunng seperti berdisko, ah Mas Arbi, kapan kau akan menjadi imamku?

Aku melirik ke arah kakakku yang masih berdiri di depan pintu yang kini wajahnya berubah terkejut saat mendengar dan melihat siapa pembelinya, kakiku melangkah melewati Mbak Eva yang masih terdiam dengan melihat keberadaan Mas Arbi.

"Mbak sih, jadi gak bisa liat calon imam 'kan." Bisikku padanya, sebelum benr-benar pergi.

--------
Maaf ya kalau boring atau banyak kesalahan maklumlah aku baru pertama kali ini bikin cerita😁

Diketik 1043 kata❤
Follow My Ig👇
@qn_vhi17 Follback? DM aja👌😉

Untukmu ImamkuWhere stories live. Discover now