05. Sweet Sebelum Halal

4.3K 270 3
                                    

Hari ini aku pergi ke kafe Mbak Eva menggunakan mobilnya, kalau kalian bertanya emang bisa aku menyetir mobil? Jawabannya ya, aku bisa menyentir mobil, dulu aku sempat belajar pada Mbak Eva yang sudah terlebih dahulu diajari oleh suaminya, kak Abi.

Mobil yang aku gunakan pun milik Mbak Eva hadiah dari Kak Abi dulu, mobil berwarna merah dengan gaya yang sangat elegan sangat cocok dengan  karakter Mbak Eva yang sedikit keras kepala, canda Mbak.

Tring!

Suara itu muncul saat aku membuka pintu kafe, dari sini aku bisa melihat orang-orang yang sedang makan atau sekedar nongkrong karena kafe ini sangatlah cocok untuk anak muda, Mbak Eva sangat pintar memilih desain kafe ini, sampai-sampai menjadi kafe favorit bagi kalangan anak muda.

Kakiku berjalan seiring mataku yang menelusuri pengunjung kafe ini, mataku tak sengaja melihat Mbak Safira di sana yang sedang berbicara serius bersama seorang lelaki, senyumku perlihatkan seiring kakiku berjalan ke arahnya hanya ingin sekedar menyapa saja.

Namun tunggu! Perawakan sang lekaki sangatlah aku kenal walau dia membelakangiku tapi aku bisa tau siapa dia, dia pria yang baru kemarin melamar ku, ya! Mas Arbi lah pria yang sedang berbicara serius dengan Mbak Safira, tapi apa yang mereka bicarakan? Sampai-sampai Mbak Safira ingin menangis seperti itu.

Ku ayunkan kakiku ke depan kasir di sana aku bisa mendengar jelas obrolan dua orang itu, Tasya sang penjaga kasir ingin menyapaku namun aku memberi isyarat untuk dia tidak menyebutku, sambil mendengar aku pura-pura bermain HP sambil menunduk agar Mas Arbi tak tau kalau ada aku di sini.

"Arbi, kamu gak mungkin 'kan ngelamar orang lain, kamu cuman mau nikah sama aku 'kan Bi? Iya 'kan Arbi? Ayo Arbi, jawab!" Mataku melirik ke arah mereka dan aku bisa melihat Mbak Safira mengenggam tangan Mas Arbi sambil memohon, hey apa ini? Kenapa Mas Arbi diam saja diperlakukan seperti itu!

Menyebalkan!

"Maaf Fir, itu benar, saya udah melamar wanita lain dan dua minggu ini kami akan menikah, jadi tolong hapus perasaanmu, karena saya tidak mungkin membalasnya." Mas Arbi berucap sambil ingin melepas genggaman itu, tapi Mbak Safira masih kekeuh saja ingin mengenggam, tahan Evi jangan sampai kau datang ke sana dan merusaknya, bisa-bisa Mas Arbi tak jadi menikah denganmu.

"Gak mungkin Arbi! Selama ini kamu cuman deket sama aku, gak mungkin kamu melamar wanita lain, bilang sama aku Arbi kalau ini cuman bohongan, kamu ngajak ketemuan aku buat ngelamar aku 'kan?!" Hais PD sekali dirimu wahay Mbak Safira! Jadi kesel deh dengernya!

"Enggak Safira ini bener, Saya mohon gak usah kayak gini, Saya sudah mau nikah dan itu benar, Saya ngajak kamu ke sini biar gak lagi ada kesalahpahaman diantara kita."

"Tapi sikap kamu? Arbi jangan kayak gini, bilang sama aku, pasti perempuan itu yang maksa kamu buat nikah sama dia, atau ini  perjodohan 'kan? Kalau itu bener batalkan Arbi, nikah sama aku, aku cinta sama kamu." Aku tak menyangka kalau Mbak Safira mencintai Mas Arb,  dan kini aku tidak bisa tenang takut kalau Mas Arbi berubah pikiran untuk menikahiku karena pangkuan cinta dari Mbak Safira, jelas aku akan kalah dengan Mbak Safira, mereka berdua itu digadang-gadang cocok, jadi apalah dayaku yang hanya serpihan batu diantara mereka berdua yang berlian?

"Maaf Safira, rencana pernikahan ini bukan perjodohan atau calon saya yang memaksa, tapi ini memang keinginan saya dan untuk soal sikap saya selama ini kamu salah mengartikannya, karena selama ini Saya hanya memperlakukanmu sebagaimana saya memperlakukan seorang perempuan, tapi tidak dengan cinta. Saya tidak mencintai kamu, maaf kalau pengakuan saya membuat kamu sakit hati, tapi ini memang kenyataannya." Senyumku terbit tampa diminta saat Mas Arbi membelaku, memang benar 'kan aku tak memaksa Mas Arbi untuk menikahiku, itu kemauannya sendiri loh.

Untukmu ImamkuWhere stories live. Discover now