07.Pernikahan

5K 262 2
                                    

Bersatu dengan orang yang selalu kita sebut dalam doa dan mencintai dia secara diam adalah hal yang paling membahagiakan bukan? Itulah yang aku rasakan sekarang, hari ini adalah hari pernikahanku dengan mas Arbi, setelah menunggu cukup lama sekarang kita sudah disatukan diatas pelaminan disertai kata halal yang menyelimuti kami berdua.

Hari ini adalah hati sakral untukku semua doa sudah aku panjatkan agar acara hari ini berlangsung dengan baik, tak ada hambatan atau kejadian yang tak terduga, senyum bahagiaku pun tak bisa aku sembunyikan saat ini karena hari ini aku akan bersatu dalam ikatan halal bersama mas Arbi.

Tok!
Tok!

Aku menoleh pada pintu yang diketuk dari luar, jantungku berdetak begitu cepat saat ini, gugup sudah pasti aku rasakan siapa sangka aku akan berakhir bersama mas Arbi.

"Itu pasti Arbi, wes ya nduk ibu keluar dulu, inget pesan ibu tadi jangan pernah membantah ucapan suami kamu dengarkan selalu ucapannya, ya." Tak terasa air mataku jatuh mendengar pesan dari ibu, iya itu pasti mas Arbi karena acara ijab qabul sudah selesai, aku berada di kamarku yang sudah didekorasi sedemikian rupa oleh orang-orang, di sini aku ditemani ibu, mbak Eva dan Alfa pastinya.

"Wes toh nduk gak usah nangis, tar hilang make up-nya," ucap ibuku lagi, aku terkekeh mendengar nya, ibu bangkit dari ranjang ku dan berjalan ke arah pintu membukanya dan terpampang lah mas Arbi yang menurutku lebih tampan.

"Assalamu'alaikum bu," ucapnya sambil mencium punggung tangan ibuku, ku lihat mas Arbi melirik ke arahku aku menunduk malu saat tak sengaja juga menatapnya.

"Jaga Evi yang Arbi, ibu percayakan padamu anak ibu yang satu itu, sabar menghadapi tingkahnya yang selalu berubah-ubah, bimbing ia kalau ada salah dan bicarakan baik-baik." Sepintas aku mendengar ucapan ibu pada mas Arbi, aku menangis lagi saat mengingat almarhum bapak yang seharusnya menjabat tangan mas Arbi dan menitipkan aku padanya, sedih rasanya bila pernikahanku ini tak ada bapakku.

"Gak usah sedih, mbak keluar dulu ya nitip ponakan yang gemoy satu." Mbak Eva selalu bisa membuatku tertawa karena-nya, mbak Eva keluar sambil mengendong Alfa.

"Iya bu, insyaallah Arbi bakal jaga dan bimbing dek Evi, izin masuk ya bu." Ibuku mengangguk dan mempersilakan mas Arbi masuk, mbak Eva, Alfa dan ibu keluar menyusahkan mas Arbi dan aku pastinya.

Aku mendengar pintu ditutup, disusul oleh langkah kaki yang berjalan ke arahku, aku masih menunduk sangat tak berani untuk mendongak melihat wajah yang dulu aku impikan menjadi suami dan berakhir menjadi kenyataan.

"Assalamu'alaikum dek," ucap mas Arbi setelah sampai di dekatku, aku bisa mencium bau lemon yang melekat dengan mas Arbi, ragu-ragu aku mendongak melihat pria tampan yang kini tersenyum hangat padaku, mas Arbi menjulurkan tangannya padaku memintaku untuk mencium tangannya yang memang sudah melekat disetiap pernikahan.

Sebagai seorang istri tentu aku tau maksud mas Arbi, aku mengambil tangan kanannya dan mencium dengan haru, setelah itu aku bisa merasakan tangan kanan mas Arbi berpindah pada ubun-ubunku dengan tangan kirinya yang mengadah.

"Allaahumma innii as-aluka khayraha wa khayra mas jabalthaa 'alaihi wa a'uudzu buka min syarrihaa wa min syarrihaa ma jabalthaa 'alaihi."

Aku mengaminkan doa dari mas Arbi tadi, setelah itu hatiku berdesir kala benda kenyal milik mas Arbi mencium kening ku dengan lembut.

"Boleh mas duduk?" Aku mengangguk sebagai jawaban, mas Arbi menarik tanganku untuk ikut duduk dikasurku, tangan mas Arbi yang lain mengambil kotak kecil dari saku jas-nya dan mengeluarkannya.

Itu cincin, cincin pernikahanku dengan mas Arbi, mas Arbi kembali menarik tanganku dan memaikannya di sana, aku tersenyum melihat cincin itu sangat pas pada jariku juga ukirannya yang sangat sederhana membuatku aku langsung suka.

Untukmu ImamkuWhere stories live. Discover now