22. Ulah Lisa

3.1K 196 8
                                    



"Ini ya Mbak laporannya." Perkataan dari salah karyawan ku itu hanya aku balas anggukan, setelah dia pergi aku kembali mendesah lelah.

Mengingat Mas Arbi semalam membuat aku masih tak menyangka, dia yang dulu terlampau lembut bisa berubah kasar dan mengerikan, memang Mas Arbi tidak memukul ku tapi rasanya terlalu menyakitkan bila mengingat sifatnya.

Hari ini semua berubah hanya gara-gara Mas Arbi marah pada Lisa, benar kata Mas Arbi dia tidak akan menyapa Lisa sebelum Lisa menganggapku ada di kehidupan kakaknya, pagi tadi Lisa mencoba untuk bicara pada Mas Arbi tapi tidak ditanggapi sama sekali olehnya.

Aku saja bicara dengannya hanya sepatah kata, karena terlalu kecewa dengan kelakuannya semalam, area wanitaku masih sedikit sakit dan lecet akibat Mas Arbi semalam, pintar-pintar aku harus menyembunyikan tanda merah dileher agar tak diketahui orang rumah.

Hari ini juga aku memilih pergi ke toko, dari pada berdiam di rumah dengan keadaan seperti itu, tadi Abah dan Umi juga Mbak Risma meminta maaf padaku soal semalam, yang aku balas dengan kata 'tidak apa-apa kok' munafik sekali bukan?

Walau aku marah pada Mas Arbi tapi tidak semerta-merta aku melupakan kewajibanku sebagai seorang istri, menyiapkan keperluannya sebelum ia pergi mengajar, bersalaman padanya sebelum dia pergi, juga meminta izin padanya untuk pergi ke toko.

Sebenarnya kalau boleh jujur aku ingin pulang saja ke rumah Ibu, tapi aku tak berani buka suara dihadapan Mas Arbi, jadi untuk mengindari orang rumah aku lebih baik ke toko.

Drrrttt!
Drrrttt!

Lamunanku buyar saat dering ponselku berbunyi, dengan malas aku mengambilnya dan melihat nama yang tertera, namun tak ada nama hanya nomor yang tertera.

"Halo, assalamualaikum."

"Walaiku salam, maaf ini siapa ya?"

"Maaf mengganggu sebelumnya, apa benar ini ibu Evi kakak iparnya Lisa?"

Lisa? Apa yang dimaksud adalah Lisa adik Mas Arbi, kalau ia siapa orang ini sampai tau kalau aku istrinya Mas Arbi?

"Iya, ini dengan siapa ya?"

"Saya Fatim, selaku ibu guru dari sekolah Lisa, jadi gini bu Lisa tersandung masalah yang cukup berat di sekolah, dan harus ada wali murid yang datang, saya tanya Lisa dan dia memberikan nomor ibu untuk jadi wali nya yang datang ke sekolah."

Lisa tersandung masalah?

"Maaf sebelumaya, apa boleh saya bicara dengan Lisa dulu?" Aku menggigit kuku tanda kecemasan, rada takut juga kalau ini hanya penipuan semata.

"Halo, dateng aja gak usah bangak tanya, kalo lo bener anggep gue adik ipar dan pengen gue anggep lo kakak ipar gue, dateng sekarang dan jangan kasih tau siapapun."

Ini benar suara Lisa, walau suara itu kecil seperti berbisik karena takut di dengar oleh gurunya, tapi aku tetap mengenalinya, perkataan Lisa itu seolah membuatku harus datang ke kesekolahnya.

"Halo bu, apa ibu akan datang atau tidak?"

"Em bu guru, kalau boleh tau masalah apa yang dibuat Lisa?" Ya rasa penasaran ku tinggi terhadap Lisa, apa lagi baru kali ini orang asing menelfonku atas permintaan Lisa sendiri, biasanya remaja itu tak akan pernah mengakuiku sebagai kakak ipar di depan orang-orang.

Untukmu ImamkuWhere stories live. Discover now