32. Fakta Bahagia

3.6K 189 2
                                    



(Evi Pov's)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Evi Pov's)

"Maaas, udah ih capek!"

Tubuhku bergerak dibawah selimut dan bergesekan lansung dengan kulit tubuh Mas Arbi, dia sangat jail sekali dengan menggesekan hidungnya di leherku yang sedikit berkeringat juga pasti sedikit lepek.

Karena pergerakanku akibatnya selimut yang menutupi tubuh kita sedikit melorot, lekas aku menarik kembali agar tubuh bagian atasku tak terlihat, tapi percuma saja karena tadi Mas Arbi malah sudah menjelajahinya.

Emm iya, kami habis berhubungan badan dan itu bukan permintaan Mas Arbi melainkan aku, ngak biasanya 'kan? Gak tau juga kenapa bisa gitu tapi tadi habis sholat subuh tiba-tiba aku menginginkan Mas Arbi yang sedang duduk sambil bermain ponsel diranjang, aku lansung duduk dipangkuannya dan mencium bibirnya yang pasti Mas Arbi tak menolak walau ada keheranan kenapa aku mulai duluan, tapi entahlah nafsuku tiba-tiba naik.

Ya gitu deh kita lansung berakhir di ranjang dengan tubuh sama-sama polos tanpa sehelai benang pun, hanya ada selimut yang menutupi tubuh kami walau kadang tersingkap karena ulah Mas Arbi yang masih bergelanjangan ditubuhku.

"Maaass." Berhasil, Mas Arbi berhenti akibat aku menahan bahunya yang ingin kembali menciumku, dia menghembuskan nafas lalu kembali ke kasur setelah tadi menindihku, menelusupkan kepalanya disela leherku sambil memeluk tubuhku.

"Marah?" Itu pertanyaan dariku karena Mas Arbi masih senantiasa bersembunyi dileherku, tanganku ku gerakan lalu mengelus rambut Mas Arbi dan karena pergerakanku dia juga ikut bergerak, yang kini menempatkan wajahnya di dadaku dan semakin bersembunyi dari pandangan ku.

"Masih pengen hm?" Tanganku masih menyisir rambut Mas Arbi dengan jari, rambutnya yang berantakan dan sedikit berkeringat akibat tadi, dia tak menjawab hanya menggumam tapi adegan selanjutnya membuatku sedikit mendesah saat mulut Mas Arbi mengisap salah satu payudara ku.

Ya aku tak bisa menolak dan lebih membiarkan dia menyusu dari pada ngambek, tanganku masih menyisir rambutnya dengan wajahku yang menunduk melihat wajah Mas Arbi yang sangat menempel di dadaku, matanya melirikku dan aku balas dengan senyuman manis, karena itu dia lebih semangat mengisap seakan ada air yang keluar dari sana.

Ting!

Kepalaku menoleh pada nakas di mana ponselku dan Mas Arbi berada, layar ponselku menyala dan ada papan pesan yang terlihat, tanganku ingin menjangkau namun tak sampai karena Mas Arbi mendekap tubuhku erat.

"Mas awas dulu, aku mau ngambil ponsel." Dia menurut dan melonggarkan sedikit hisapannya, tanganku pun lansung bisa mengambil ponsel di atas nakas dan saat berbaring Mas Arbi kembali menyusu padaku.

Untukmu ImamkuWhere stories live. Discover now