04. Lamaran

4.2K 289 6
                                    

Jangan lupa vote😘
.
.
.
.
.
Skuy Baca🏃
———————
Sudah empat hari ini aku menunggu kedatangan Mas Arbi, entah kenapa aku percaya dengan kata-katanya yang akan melamarku 'tunggu tiga hari lagi' huh! Itu hanya omong kosong, seharusnya aku sadar bahwa Mas Arbi tak akan pernah melamarku, janjinya tiga hari tapi sampai sekarang dia tak datang, sungguh menyebalkan!

Waktu itu mungkin Mas Arbi hanya bercanda atau hanya kasihan padaku karena diancam oleh Pras, tapi wajahnya menunjukan bahwa ia tak bercanda mangkanya aku percaya pada kata-katanya.

Tidak tau saja, bahwa aku ditipu.

"Nduk, Evi." Panggilan dari Ibuku membuat aku tersadar dari lamunanku, yang tadinya aku berada di kamar lansung keluar saat mendengar suara Ibuku yang memanggil.

"Iya Bu, ada apa?" kataku saat sudah berada dihadapan Ibuku.

"Kamu jadi pergi?" Oh iya tadi aku berpamitan pergi pada Ibuku tapi kenapa aku masih di sini? Ini semua gara-gara memikirkan Mas Arbi!

"Jadi Bu, ini Evi udah siap, Evi pamit dulu ya, Bu Assalamualaikum," pamitku pad Ibu sambil mencium punggung tangannya, setelah itu aku benar-benar keluar dari rumah menuju motorku yang sudah siap aku gunakan, lagi-lagi aku kepikiran tentang Mas Arbi, perlu kalian tau aku benar-benar menunggu kedatangannya sampai-sampai aku tidak pergi ke toko hanya ingin memastikan bahwa Mas Arbi benar datang apa tidak.

Tiga hari ini aku hanya berdiam diri di rumah, membantu Ibuku menjaga warung sebenarnya Ibu sudah menyuruhku untuk mengecek toko tapi aku tak mau dengan beralasan bahwa aku ingin di rumah saja dan membantu Ibu, tentu Ibuku hanya pasrah toh aku juga memantau toko baju lewat HP dan aku memilih mengurus pesanan online  yang banyak memesan dari luar jawa maupun dalam jawa.

Aku mengerutkan keningku saat melihat mobil warna putih masuk ke dalam halaman rumahku yang terbilang cukup luas, tidak, ini bukan mobil—Kak Abi—kakak iparku karena jadwal datangnya besok, tapi ini mobil siapa?

Masih dengan mengerutkan dahi aku memerhatikan tiap orang yang keluar dari mobil itu, dan saat orang yang berada dikursi kemudi keluar barulah aku tau siapa pemilik mobil ini.

Aku terdiam sekaligus terkejut saat yang keluar itu adalah Mas Arbi, ya Mas Arbi bersama kedua pasangan paru baya yang aku tak kenal, mereka berjalan ke arahku dengan senyumnya namun aku masih mencerna maksud kedatangan Mas Arbi ke sini.

"Tante Evi! Kalau mau pergi aku mau ikut ya!" Suara dari Rara penokanku yang umurnya dibawahku namun sudah menikah dulu dan dia sudah dikarunia anak berusia satu setengah tahun, Mbak Eva dan Rara pun duluan Rara yang menikah jadi wajar bila anaknya sudah besar sedangkan anak Mbak Eva masih berumur 8 bulan.

Aku menoleh pada Rara dan menganggukkan kepala, lalu dia masuk ke rumahnya yang tepat berada di samping rumahku dengan riang, mungkin dia mendengar aku akan pergi dan meminta ikut.

"Assalamualaikum Nak Evi." Salam dari orang itu membuatku tersadar bahwa ada Mas Arbi, lekas-lekas aku menoleh pada wanita paru baya itu yang sedang tersenyum manis padaku, yang posisinya tepat berada di depanku diikuti oleh pria paru baya dan Mas Arbi di belakangnnya.

"Ah ya walaiku'salam, maaf menunggu," ucapku sambil mencium punggung tangan wanita itu dan juga pria paru baya itu, sedangkan pada Mas Arbi aku hanya tersenyum yang dibalas senyum juga olehnya.

"Ini Abah sama Umi Mas, dek." What! Jadi kedua orang ini adalah orang tua Mas Arbi, ih sumpah! Aku malu ketahuan bengong tadi, apa lagi liat pad Mas Arbi datang.

"Ibumu ada Nduk?" tanya Umi Mas Arbi padaku, aduh suaranya bener-bener lembut memperlihatkan bahwa dia memang benar-benar wanita,  berbeda denganku yang kadang-kadang blak-blakan saat berbicara.

Untukmu ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang