☁️5: Di Balik SMA☁️

182 32 2
                                    

The love I'm working on
Is the love she's runnin' from

- From a song: Lover Stay -


Di Balik: Bintang⭐

/Sekolah Menengah Atas/

SMA ini punya reputasi terfavorit seantero kota. Jadi aku merasa punya hak untuk merasa bangga karena aku berhasil masuk lewat jalur undangan khusus, yang mana merupakan reward untuk penyabet juara pertama lomba kesenian pada event perlombaan akbar yang memang selalu digelar pihak SMA mendekati penerimaan peserta didik baru.

Sebetulnya nilaiku tidak kecil juga. Misalpun aku harus ikut tes seperti pendaftar reguler lain, kurasa aku cukup optimis untuk bersaing. Tapi sudah barangmesti aku pilih jalur mudah. Sia-sia juga kan kalau undanganku engga dipakai.

Hanya saja jangan dikira selanjutnya aku bisa berleha-leha. Undangan yang aku pakai juga mendatangkan tanggung jawab. Karena sepanjang kelas sepuluh tidak kurang dari 5 kali aku harus mewakili sekolah dalam lomba melukis diberbagai tingkat.

Saat kelas sebelas pun aku masih dijadikan kandidat unggulan karena hasil penjaringan siswa berprestasi bidang kesenian yang terbaru dimenangkan oleh seorang penari tradisional. Jadi dia dapat tanggung jawab yang berbeda tentunya. Aku memang engga selalu membawa pulang piala juara 1, tapi seburuk-buruknya aku pasti masih ada dalam 4 besar. Dan tanggung jawab yang kudapat terasa menyenangkan karena bonusnya aku dapat jatah art supplies gratis. Jadi engga perlu keluar uang sendiri.

Sekarang, tanpa terasa semester ganjil tahun keduaku hampir berakhir. Kadang rasanya aneh memikirkan bagaimana masa orientasi masih sangat kuingat, seperti baru kemarin lusa kujalani. Mungkin jadwal akademik dan pembinaan lukis rutin yang porsinya lumayan padat memang ideal buat seorang gadis yang ingin menarik jauh-jauh dirinya dari urusan yang kata orang adalah bagian wajib dari SMA: jatuh cinta.

Haha, kalaupun memang setiap orang dapat setidaknya satu tiket untuk menemukan cerita romatis dibawah bangunan sekolah, maka aku dengan senang hati akan menyumbangkan tiket itu buat siapapun. Aku sudah kapok berurusan sama satu konsep gila ini. Jatuh hati yang pernah menimpaku terjadi secara harfiah. Dan tidak pernah menyenangkan ketika aku harus merasa terhempas, terlempar dan pecah.

Semoga saja siapapun yang mau ambil tiketku engga menyesali keputusan bodohnya.

"Bi!" tepokan Andari bikin aku seketika berjengit. Keterlaluan! Untung aku engga menjatuhkan peralatan lukis dikedua tanganku.

"Tegang amat? Ini mah itungannya cuma lomba dalem kandang sendiri. Lo sambil merem aja udah pasti menang." Tanpa rasa bersalah, Andari merangkulkan lengan kepundakku. Kemudian kami berjalan menyusuri lorong menuju aula.

Classmeeting adalah acara wajib di SMA kami. Biasanya diselenggarakan selepas UAS. Hal yang membedakan acara tahun ini dengan acara tahun sebelumnya adalah kompetisi engga lagi diberi sekat. Kami harus bersaing melawan junior dan senior.

Kelasku dan Andari punya ambisi yang besar untuk merebut gelar juara umum. Hadiahnya wow banget, selain dapat kehormatan untuk memamerkan piala bergilir didalam kelas. Juga ada bonus berupa paket liburan ke candi untuk satu kelas!

Aku menyanggupi kepercayaan wali kelas dan teman-teman sebagai perwakilan di lomba lukis. Semua pencapaianku selama ini tentu jadi modal besar yang membuatku super optimis. Targetku hanya satu: juara pertama. Tentu saja dugaan Andari kalau aku tegang itu salah, tadi aku memang sedang ngelamun nggak jelas saja. Cuma malas kalau harus jelasin panjang-panjang.

Di Balik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang