☁️13: Di Balik Keluh Kesah☁️

114 31 3
                                    

Di Balik: Bintang⭐

Urusan laptop memang nggak pernah gagal bikin aku stress. Seingatku terakhir kali kupakai perangkat elektronik berwarna rose gold ini masih normal-normal saja, terus kok sekarang nggak mau menyala ya?

Meskipun mood-ku buat mencicil revisi sudah nggak terselamatkan, aku berusaha tetap berpikir dengan kepala dingin. Jangan-jangan laptopku cuma sedang habis baterai. Aku membongkar tas dan begitu kutemukan kabel hitam berkepala persegi yang kubutuhkan, tanganku bergerak cekatan menghubungkan charger tersebut pada laptop dan sumber listrik. Aku menggigit kuku karena menyadari sesuatu, lampu indikatornya tidak menyala.

Berusaha menekan panik, kujelajahi browser dengan mengetik keyword paling sesuai. Mulai dari rekomendasi website teratas lalu dua website lagi di bawahnya sama-sama menyimpulkan kalau kemungkinan ada yang salah dengan charger, baterai atau socket laptopku. Aku nggak paham soal istilah yang terakhir, tapi aku paham kalau ini berarti laptopku memang butuh di servis.

Yah... keluhku memerosotkan bahu. Belum juga selesai masalah profit yang mengacak-acak tabel perencanaan hargaku, sudah datang lagi satu alasan yang bikin hati tambah uring-uringan. Walaupun aku nggak perlu sepenuhnya risau karena aku selalu menyimpan file backup dalam flashdisk dan Google Drive, itu juga nggak membuatku kehilangan hak untuk memperpanjang keluhan. Maksudku, harus sekarang banget ya rusaknya? Nggak bisa gitu tunggu aku rampung TA dulu? Ternyata kabar yang beredar memang benar. Hidup sebagai mahasiswa wajib siapkan mental mahasabar karena kamu bakal melewati hari-hari yang penuh bercandaan nggak asik semacam ini.

Stop! Aku mengetuk dahi dengan ujung ponsel agar pikiranku tidak semakin kemana-mana. Sekarang lebih baik aku segera cari cara supaya benda yang sedang penting-pentingnya ini bisa selamat.

Terlalu memakan waktu untuk meminta Andari datang, lagipula dia mungkin nggak terlalu tahu soal tempat servis laptop dekat daerah kostku, jadi dengan dua pertimbangan itu aku menepikan Andari dari pilihan. Selanjutnya ada Anfal. Tapi 30 menit lalu orangnya habis bikin story Whatsapp yang memperlihatkan kalau ia sekeluarga dalam perjalanan menuju gedung resepsi pernikahan saudara. Berarti Anfal juga nggak bisa. Aku terus mengusap ibu jari pada screen ponsel, menggulir daftar perpesanan ke bawah sambil meneliti setiap nama. Siapa lagi ya yang sekiranya bisa kasih solusi?

Mas Iyan Print

Aha! Ini dia jawabannya! Siapa lagi kenalanku yang paling akrab sama peralatan elektronik kalau bukan Mas Iyan? Karena printer dan mesin fotocopy sudah seperti makanan sehari-harinya, nggak menutup kemungkinan Mas Iyan juga mengerti urusan laptop bukan? Andaipun ternyata tidak, pasti Mas Iyan punya beberapa kenalan yang mau membantu atau mungkin rekomendasi tempat servis yang dekat, terpercaya dan cepat. Aku mengetik panjang menceritakan masalahku dan langsung mengirim pesan tersebut tanpa memeriksa typo. Semoga tempat print tidak terlalu ramai jadi Mas Iyan sempat membaca pesanku.

Kak Bi nih jarang chat tapi sekali chat ketikannya panjang beneeeer, wkwk

Sebentar ya, mau dibaca dulu

Ah, sori Mas urgent soalnya huhu:’

Okay

Setelah jawabanku, nggak ada lagi tanda-tanda pergerakan dari Mas Iyan. Status di profilnya masih online tapi sampai 5 menit berlalu, Mas Iyan nggak kunjung mengetik sesuatu. Jempolku gatal ingin kirim sebuah pesan lagi untuk bertanya jadi aku harus bagaimana? Cuma tidak jadi kulakukan karena kesannya aku terlalu nggak sabaran. Agak kurang sopan pastinya mengingat saat ini aku yang sedang minta tolong.

Di Balik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang