☁️25(A): Di Balik Gerhana☁️

105 22 5
                                    

But I know in my heart, you're not a constant star
And yeah, I let you use me from the day that we first met
But I'm not done yet
Falling for you, fool's gold

-From a song: Fool's Gold-

Di Balik: Gerhana🌖

Mama gue berhenti kerja setelah keluarga kami dapat titipan seistimewa Lunar. Adik perempuan gue memang terlahir berbeda. Kemampuan komunikasi verbalnya nggak selancar anak-anak lain. Sangat terbatas malah. Kurang lebih, seluruh hidup Lunar memang terjabarkan dalam satu kata itu: terbatas. Seperti bulan yang selalu berada di pangkuan langit, selain kesulitan bicara, adik cantik gue juga nggak bisa kemana-mana dengan bebas. Atrofi otot tulang belakang bikin Lunar nggak bisa lepas dari kursi rodanya.

Tentu saja gue paham memiliki anak berkebutuhan khusus adalah tanggung jawab besar dan Mama mungkin ingin menyanggupi kemuliaan itu dengan sebaik-baiknya. Tapi di satu sisi, setelah belasan tahun melihat gimana Mama nikmatin rutinitas, gue sangat tahu, bagi Mama melepas karir pasti bakal terasa seperti melepas identitas. Orang-orang bilang kalau Mama mengenalkan namanya lewat fotografi, sebaliknya menurut gue. Justru lewat kegiatan memotret yang didalaminya lah Mama belajar mengenali diri sendiri.

Pikir gue, apa Mama memang harus berkorban sebanyak itu?

Tapi supaya nggak salah paham, di sini gue bicara bukan atas dasar cemburu mengingat ketika gue kecil Mama masih suka keliling ke daerah-daerah eksotis entah karena ada pekerjaaan atau sekedar cuma mau muasin hasratnya. Enggaklah. Justru gue bangga lihat Mama sukses mengejar passion tanpa melalaikan prioritas utamanya sebagai wanita berkeluarga. Gue cuma nggak habis pikir aja. Kenapa coba Mama mesti berhenti total sedangkan ada gue yang waktu itu pun udah menginjak bangku SMP. Gue mengerti kok apa tugas seorang kakak laki-laki. Bukan masalah kalau Mama masih mau motret kemana-mana. Toh Mama selalu bisa mempercayakan Lunar ke gue, karena sudah insting alami gue buat menjaga dia.

Lagi dan lagi gue selalu kembali ke pertanyaan yang sama. Apakah adil buat ninggalin gairah terbesar dalam hidupnya demi memenuhi satu peran?

Kemudian, Mama menjawab gue sambil menyelipkan kekehan geli sebagaimana kebiasaannya ketika menyadari obrolan kami lebih serius dari biasa. Kata Mama, wajar saja kalau gue kurang setuju sama pilihannya. Sebab gue memang belum dewasa.

"Ge, ada kalanya hidup memang bukan lagi tentang diri sendiri."

Sepenggal ucapan Mama itu bikin gue beranggapan bahwa jadi dewasa pasti adalah hal yang amat menyebalkan. Yah, anggap saja gue mungkin berlebihan atau malah salah menginterpretasikan maksudnya. Tapi jujur gue memang sekhawatir itu. Iya gue tahu, bertumbuh itu satu hal yang pasti. Cuma, terlalu menyedihkan buat membayangkan kalau masa remaja yang menyenangkan ini bakal tersudahi.

Masalahnya gue nggak punya celah untuk menghindar. Jadi satu-satunya cara... ya dengan mengulur waktu biar gue nggak cepet-cepet dewasa. I'm being reckless since that day. Berulah. Ga mau kalah. Nggak serius bercita-cita. Nggak mau terikat oleh apapun juga. Gue menempatkan kesenangan diatas segalanya. Intinya, gue mau berpuas-puas dulu nikmatin kemerdekaan tanpa bertanggung jawab ini. Kalau setiap manusia nantinya bakal dewasa dan harus menerima bahwasanya hidup bukan lagi tentang dirinya sendiri, buat sementara, biarin dulu gue tersesat dalam ego yang sedang menyala-nyala.

Kalau lo tanya apa gue merasa bersalah? Gue rasa enggak juga. Karena menurut gue, memang udah sewajarnya kalau orang-orang seusia gue dipenuhi keegoisan yang kurang lebih sama.

Gue cukup yakin dengan pemikiran itu sebelum mengenal Bintang. Adik kelas yang gue palak cat airnya pas acara lomba melukis yang sebetulnya nggak berminat gue ikutin. Sekalipun gue suka seni dan orang-orang bilang gue berbakat, semasa itu gue memang hanya melukis buat kepuasan diri sendiri. Nggak ada ambisi lain lagi. Jadi bisa dibilang partisipasi gue itu terpaksa, supaya tunggakan kas bisa dianggap lunas sama bendahara kelas. Walaupun pada akhirnya gue bersyukur karena ada di sana dan nggak melewatkan keberadaannya.

Di Balik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang