☁️9: Di Balik Yang Masih Tersimpan☁️

117 28 1
                                    

Di Balik: Angin🌬

Aku menyimaknya dengan dada terkuras. Tidak mengira kalau ternyata reuni teman lama hari ini bukan hanya antara aku, Andari dan Awan. Masalah nomor tidak dikenal yang tanpa sengaja Bintang tanyakan tadi berujung membuka detail kecil lain dari cerita dibalik malam ulang tahunku. Kukira aku sudah mendengar semuanya tapi aku bahkan baru tahu kalau waktu itu Awan membantu Bintang bukan benar-benar sebagai orang asing. Melainkan seorang laki-laki yang menjumpai kembali gadis dari masa SMP nya di sekolah lama.

Menarik bukan? Awan bahkan tidak menyapa Bintang saat berada di dapurku. Bintang pun hanya diam saja. Seolah lewat sekilas lirikan mata, mereka sama-sama bersepakat untuk saling tak menganggap satu sama lain. Dan sekarang aku tidak bisa menyingkirkan pikiran kalau keberadaanku adalah alasan dari sikap mereka itu.

Memangnya bakal kenapa kalau memberitahuku? Aku juga tidak akan bertingkah seperti tikus penasaran yang membongkar-bongkar sesuatu kalau memang tidak ada yang disembunyikan. Justru cara Awan berbelit-belit mengenai Bintang begini yang rawan membuat salah paham.

Aku menyetel radio. Mencari pengalihan dari apapun yang masih coba Awan terangkan. Buatku ini sudah cukup terang. Satu kebohongan bakal menciptakan kebohongan lain. Aku sendiri salah karena mempercayainya terlalu banyak.

"Aneh juga Bintang. Masa nomornya nggak ganti sama sekali." Celetuk Awan ketika kami melewati gerbang masuk perumahan. Aku tidak menyahut sampai mesin mobil ia matikan setibanya kami di depan rumah.

"Wan aku jadi ikut ke Bali sama Tante Farah." Kusibukkan diri dengan urusan seatbelt agar tidak perlu membuat kontak mata.

Tante Farah cuma punya satu tiket tersisa untuk hadir dipagelaran busana rancangannya. Wanita yang sudah jadi sosok ibuku selama bertahun-tahun itu terus membujuk agar aku mau ikut, sekalian holiday katanya. Sepanjang minggu ini aku masih pikir-pikir. Bali dan holiday tentu perpaduan dua kata yang terdengar seratus persen menyenangkan, tapi kalau harus pergi tanpa Awan atau Angkasa prosentasenya jadi bukan seratus persen lagi. Nanti pas sibuk-sibuknya Tante, pasti bosan sekali hanya di hotel seharian tanpa teman.

"Loh kok jadi?"

Pertanyaan Awan membuatku bertambah jengah. Memang masih kurang jelas siapa penyebab aku tiba-tiba berubah pikiran begini?

"Terserah aku dong!" sungutku. Tidak tahan lagi untuk tidak mengirim pesan pada Tante Farah saat itu juga. Mengabarkan padanya kalau aku memutuskan untuk ikut. Aku sengaja membiarkan Awan melihat pesan tersebut terkirim. Paham kan, Awan? Aku mau liburan ini. Hari tanpa Awan. Aku butuh jauh-jauh dulu dari kamu dan semua sikap membingungkan itu. Karena jujur aku kewalahan.

"Kamu marah." Awan cepat-cepat menahan tanganku yang berusaha meraih bukaan pintu mobil, "Iya, Di?" dedasnya. Selalu menggunakan tanda tanya untuk hal yang sudah jelas.

"Aneh kan ya?" aku tertawa kering. Bingung bagaimana meminta Awan agar berhenti memperumit percakapan kami, "Kamu masih simpan nomor Bintang, setelah kamu pindah dan nggak ketemu dia lama?"

Dia langsung mengangkat kedua lengan ke udara setelah menyadari aku menyelidiknya balik. Sejurus kemudian ia mulai berceloteh membela diri. Semalam ia sedang bermaksud membersihkan kontak di ponsel dan ia tidak ingat nomor siapa yang tersimpan disana dengan identitas tujuh tanda titik. Jadi Awan iseng menelpon nomor tersebut, maksudnya untuk sekedar cek saja. Tidak tahunya itu nomor Bintang. Kata Awan, dia juga kaget karena ternyata nomornya masih aktif. "It doesn't mean anything."

Tapi setahuku kalimat tersebut memang selalu jadi andalan bagi orang-orang yang sedang 'ketahuan'?

Aku mendengar decakan Awan sebelum ia merogoh saku dan menyodorkan ponselnya padaku, "Hapus aja."

Kalau dia pikir aku menganggap tawaran barusan sebagai solusi, sayang sekali dia keliru. Mempersilahkanku tidak akan membuatku merasa dihargai. Sebaliknya, sekarang aku muak. Rasanya Awan hanya sedang berusaha membujukku untuk menghapus jejak kenakalannya agar tidak menambah panjang daftar kebohongan cowok itu sejak Bintang muncul.

"Kok aku? Kamu hapus sendiri nggak bisa memangnya?" Kuakhiri ini dengan membanting pintu. Awan selalu meminta bantuanku untuk hal yang nggak ingin dia lakukan. Dan bukankah itu hanya memperjelas kalau nomor Bintang masih tersimpan karena Awan tidak pernah ingin menghapusnya?

☁️☁️☁️☁️

Ay's: Hiyaaak😆 setelah menyuguhkan romance sekuat baja dalam cerita Lovakarta, sekarang aku memilih tema yang sebaliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ay's: Hiyaaak😆 setelah menyuguhkan romance sekuat baja dalam cerita Lovakarta, sekarang aku memilih tema yang sebaliknya. Drama percintaan yang deket-deket aja. Tentang seberapa rapuh sebuah hubungan itu. Apalagi kalau yang ngejalanin masih sama-sama reckless, wah salah paham dikit bahkan cuma gara2 ga sengaja nge-like pun bisa jadi prahara😭😭

Di Balik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang