50 - Tentang Amsterdam

549 42 18
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Hai! Jangan lupa bacanya sambil dengerin mulmed🖤

Jangan lupa follow akun wattpadku duluu hihii

Gak bosen nih aku buat ngingetin kalian untuk jangan lupa untuk vote, komen, dan share cerita ini sebanyak-banyaknyaaaa

Jangan lupa pencet tombol bintang sebelum bacaa <3

Udah belomm??😃

Siap untuk komen di setiap paragrafnyaa?

Happy reading, readers kesayangan akohh ^^

***

Mimpi itu jangan cuma dibicarakan, tapi juga harus diusahakan.

SEMESTA

❄👑❄

Laras

Ta, ke ruang kepsek skrng

sama ren juga ya

Dikta mendengus pelan. Pasti soal beasiswa itu. Dulu, ia memang sangat menginginkan beasiswa itu, tapi sekarang entah mengapa sulit rasanya untuk meninggalkan Indonesia.

Benda pipih berbentuk persegi panjang itu, kembali ia masukkan ke dalam saku celananya. Ia pergi ke kelas Ren untuk mengajak laki-laki itu ke ruang kepala sekolah bersama.

Sesampainya di kelas Ren, yang mana juga merupakan kelas dari kekasihnya— Agritha. Dikta mengetuk pintu kayu berwarna coklat tua dengan plakat "XII IPA 4" itu.

Orang yang dicari pun menampakkan batang hidungnya. Ren keluar dari kelasnya. Diikuti oleh Agritha, Melda, dan Letta yang juga berada di kelas itu.

"Ada apa?" tanya Ren.

"Ke ruang kepala sekolah," kata Dikta.

Ren mengerutkan sudut matanya. "Beasiswa?"

Dikta mengangguk. "Ayo."

"Oke!" Ren menoleh pada Agritha dan dua temannya. "Duluan, ya," pamitnya kepada mereka.

Ketiganya hanya mengangguk dan tersenyum. Setelahnya dua laki-laki berprestasi itu melenggang meninggalkan kelas.

***

Dalam ruangan berukuran 5m x 7,5 m tersebut, sudah ada Laras yang duduk di sofa panjang dan kepala sekolah mereka yang duduk di kursi kebesarannya.

SEMESTA (END) Where stories live. Discover now