Dari Pradikta, Untuk Agritha

828 48 31
                                    

Hai! Jangan lupa bacanya sambil dengerin mulmed🖤

Jangan lupa follow akun wattpadku duluu hihii

Gak bosen nih aku buat ngingetin kalian untuk jangan lupa untuk vote, komen, dan share cerita ini sebanyak-banyaknyaaaa

⚠️ : MENGANDUNG HUMOR YANG SANGAT BANYAK (PT. 2)

MENGURAS PITA KETAWA FREN, WARNING AJA SIE 😍

Jangan lupa pencet tombol bintang sebelum bacaa <3

Udah belomm??😃

Siap untuk komen di setiap paragrafnyaa?

Sad reading, readers kesayangan akohh ^^

*happy sie ya harusnya, kan sekarang udah bergelar 😍

Keren. S1 Almarhum.
Pradikta Ganendra Putrabayu, S. Alm

***

Lewat tangan Tuhan kita disatukan, lewat tangan Tuhan juga kita dipisahkan.

- SEMESTA

❄👑❄

Saat mendengar kabar kematian Dikta, Reya langsung terbang ke Indonesia. Ia meminta mamanya untuk menemaninya pergi ke Jakarta dan bertemu teman-temannya.

Hari itu, 29 Juli 2021. Hari yang akan selalu mereka ingat. Hari dimana salah satu dari mereka pergi meninggalkan dunia.

Pukul delapan malam, Reya dan Jessica tiba di bandara. Mereka langsung pergi menuju kediaman Dikta.

Kebetulan malam itu sedang diadakan pengajian untuk mendoakan Dikta. Agritha dan yang lainnya juga ada di sana.

Setelah turut berbela sungkawa kepada Sarah, Reya langsung menghampiri Agritha yang tampak lesu.

Ia memeluk gadis itu erat-erat. Reya tidak bisa bohong. Dikta pernah menjadi bagian dari hidupnya. Tidak mungkin jika dia tidak merasa kehilangan atas kepergian Dikta.

"Yang sabar, ya, Git." Reya mengusap punggung Agritha dengan lembut.

Agritha mengangguk samar dalam pelukannya. Mereka menguraikan pelukan itu. Reya menyingkap beberapa anak rambut Agritha yang keluar dari kerudungnya.

Ia tersenyum simpul. "Sekarang kita doain Dikta aja. Ya?"

Agritha mengangguk. "Thanks, Rey. Oh, iya. Besok gue antar lo ke makam Dikta."

"Thanks, Git." Reya kembali memeluk Agritha.

Dan malam itu, ayat-ayat Al-Qur'an dibacakan untuk mengantar kepergian Dikta. Doa-doa dipanjatkan untuknya. Untuk sosok yang sudah mendahului mereka menuju nirwana.

Segala kesedihan masih menjadi elemen utama pada malam itu. Tangis yang menjelaskan bagaimana sakitnya mereka karena kepergian Dikta.

Pradikta Ganendra Putrabayu. Sosok yang ada dan selalu menjadi panutan bagi mereka. Kini telah tiada. Benar-benar tiada.

Dikta sudah pergi jauh dari mereka. Bukan karena melanjutkan pendidikan di negeri orang, melainkan melanjutkan kehidupan di dunia selanjutnya.

SEMESTA (END) Kde žijí příběhy. Začni objevovat