22 - Reya dan Masa Lalu Dikta

843 99 24
                                    

Hai!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai!

Yang lagi patah, semangat! Kamu harus bangkit untuk jadi lebih baik lagi. Jangan menyerah, karena hidup terus berjalan ^^

Yang lagi insecure. Hei, kamu cantik/ganteng, okei? Gak perlu jadi sempurna, cukup jadi diri kamu sendiri dan katakan bahwa kamu hebat ^^

Yang lagi sedih karena doi. Hei? Cowok gak cuma dia aja. Ayo, jangan sedih lagi. Bangun dan buktikan sama dia kalo kamu bisa bahagia tanpa dia. Inget, kamu berharga di mata orang tepat dan menerima kamu apa adanya ^^

Jangan lupa pencet tombol bintang sebelum baca <3

Happy reading y'all <3

***

"Kita hanyalah serpihan kenangan yang seharusnya tak kembali bertemu dan mencoba menjadi utuh untuk kembali bersatu."

— Pradikta Ganendra Putrabayu

❄👑❄

"Diktaaa!!"

Lengkingan itu terdengar memenuhi lorong utama sekolah.

Dikta yang merasa namanya disebut itu pun sontak menghentikan langkahnya. Menoleh kepada pemilik suara yang meneriakkan namanya.

Bahkan sebenarnya tanpa menoleh pun ia sudah tahu siapa gerangan sosok yang memanggilnya itu.

Dan benar tebakannya. Matanya menangkap bayangan seorang gadis yang tengah berlarian kecil menghampiri dirinya.

"Ih! Kamu kok— aduh, bentar! Capek aku," ujar gadis itu dengan nafas yang tersendat-sendat karena berlarian dari ujung lorong yang lumayan panjang.

Setelahnya, gadis itu menghirup nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.

Ia menatap Dikta kesal. Raut wajahnya seperti ingin menerkam lelaki itu saat ini juga.

"Kamu kok ninggalin aku, sih?!" protes gadis itu tak terima.

Sementara Dikta hanya terkekeh pelan. "Maaf. 'Kan, tadi kamu bilang mau ke toilet, terus nyuruh aku duluan, 'kan?" balas Dikta.

"Dasar gak peka!" cibir Agritha kesal.

Kembali lagi. Dikta tetaplah Dikta. Walau sehangat dan seromantis apapun lelaki itu, sifat dingin, menyebalkan, dan tidak pekanya tetap saja melekat dalam jiwa.

SEMESTA (END) Where stories live. Discover now