14 - Retak

1.2K 136 17
                                    

Hai!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai!

Yang lagi patah, semangat! Kamu harus bangkit untuk jadi lebih baik lagi. Jangan menyerah, karena hidup terus berjalan ^^

Yang lagi kecewa, gapapa. It’s okey, kecewa itu kadang perlu. Supaya kita tau, mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita. Tapi, harus tetep semangat, okei?

Yang lagi sedih. Jangan berlarut dalam kesedihan terlalu lama. Ayo, bangun lagi! Semangat ^^

Jangan lupa pencet tombol bintang sebelum baca <3

Happy reading y'all <3

❄👑❄

Agritha berjalan gontai dengan perasaan yang kacau. Wajahnya bahkan terlihat sedikit pucat, matanya sembab, dan terdapat dua lingkaran hitam pada mata cantiknya.

Semenjak kejadian kemarin, gadis itu sudah seperti tak memiliki semangat lagi. Nafsu makannya pun hilang, hatinya juga seperti mati rasa.

Sepanjang malam hanya ia habiskan untuk menangis, dan menangis. Rasanya sangat teriris saat ia kembali mengingat kejadian itu. Dimana pertama kalinya ia menerima kebohongan besar dari lelaki yang sangat ia percaya tak akan mematahkan hatinya.

Bahkan puluhan pesan dan panggilan dari Dikta tak ia pedulikan.

Walau sudah berusaha memaafkan keadaan, namun sakit itu masih tetap dirasakannya. Melupakan pembohongan besar pertama Dikta cukup sulit untuk ia lakukan. Bahkan walau sudah memilih untuk tetap percaya dan kembali berjuang dengan lelakinya itu, namun ego nya tetap memaksanya untuk tak cepat memberi kesempatan begitu saja pada lelakinya.

"Git, lo kenapa?" tanya Melda setelah Agritha berhasil sampai kelas.

Agritha hanya menggeleng lemah, ia tak sanggup jika harus menceritakan semua dari awal dan kembali mengingat kejadian yang membuat hatinya tersayat kemarin.

"Git, lo bisa cerita sama kita. Kalo ada apa-apa jangan disimpen sendiri," Letta menambahi.

Melda hanya mengangguk setuju. "Lo sendiri, 'kan, yang bilang kalo susah senang itu harus berbagi. Kita kan sahabat, jadi apapun itu kita harus cerita."

"Lo juga yang bilang, kalo sahabat bukan hanya ada saat senang doang, tapi disaat sedih juga ada," sambung Letta.

Agritha menoleh menatap Melda dan Letta bergantian, perlahan senyum manis dapat kembali menghias wajah ovalnya yang manis.

"Makasih ya, Mel, Te. Kalian emang baik banget sama gue," ujarnya seraya menatap sendu kedua sahabatnya itu.

Melda dan Letta pun hanya mengangguk, dan membalas senyumnya.

SEMESTA (END) Where stories live. Discover now