59 - Untukmu, Semestaku

869 45 19
                                    

Hai! Jangan lupa bacanya sambil dengerin mulmed🖤

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Hai! Jangan lupa bacanya sambil dengerin mulmed🖤

Jangan lupa follow akun wattpadku duluu hihii

Gak bosen nih aku buat ngingetin kalian untuk jangan lupa untuk vote, komen, dan share cerita ini sebanyak-banyaknyaaaa

Jangan lupa pencet tombol bintang sebelum bacaa <3

Udah belomm??😃

Siap untuk komen di setiap paragrafnyaa?

Happy reading, readers kesayangan akohh ^^

***

Aku selalu berdoa agar kamu baik-baik saja. Tapi, sepertinya semesta tak akan mengabulkannya.

SEMESTA

❄👑❄

Hampir saja kondisi Dikta drop lagi. Tapi, untungnya dokter dengan cepat menanganinya. Kata dokter, mungkin itu hanya efek karena benturan saja.

Helaan napas lega kembali terdengar. Untunglah tak ada hal yang serius. Setelah beberapa menit diperiksa, kini Dikta sudah kembali tertidur.

Agritha menatap laki-laki itu dengan tatapan kosong. "Gue takut," gumamnya tiba-tiba.

Melda dan Letta yang berdiri di sebelahnya, memeluknya dari samping. "Nggak akan terjadi apa-apa sama Dikta," terang Melda.

"Dikta cuma tidur," imbuh Letta.

Agritha mengangguk lemas. "Dikta cuma tidur."

"Mending sekarang kalian para cewek, pulang aja. Biar kita yang jaga di sini," suruh Farel.

Ren dan Adam mengangguk setuju. "Kalian pulang aja, istirahat. Dikta juga istirahat," sahut Ren.

Agritha menggeleng. "Gue di sini aja," tolaknya.

Ren berjalan mendekati gadis itu, menepuk bahunya pelan. "Besok ujian hari terakhir. Pulang, istirahat."

Agritha menyingkir dari Ren, lalu melangkah menuju sisi brankar Dikta. Tangannya terulur mengusap kepala yang masih terbalut perban itu.

"Git, pulang, ya? Istirahat," ajak Melda.

Agritha menggeleng. "Kalian pulang aja," nadanya terdengar dingin.

SEMESTA (END) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu