Flame of Fear

26 3 0
                                    

Ketakutan menyelimuti dirinya. Dia menggigil, dan merasakan sakit yang tak terkira di sekujur tubuhnya. Pandangannya gelap dan hanya remang-remang yang dapat dijangkau matanya. Rasanya seperti dikuliti dari ujung kaki hingga rambut yang dicabut satu persatu. Sakit yang tak terkira. Tubuhnya terbakar oleh api ketakutan. Pikirannya pun kosong dan telah terambil alih oleh kesakitan demi kesakitan yang dia rasakan. Dia lumpuh dan tak berdaya. Begitu lama, hingga kehampaan, kesunyian dan kegelapan merasukinya.

Perlahan rasa sakit itu berkurang dan matanya kembali dapat melihat. Tetapi percuma. Yang dilihatnya hanyalah penderitaan dan kepulan asap gelap dengan sosok raksasa yang memakan manusia. Dia mendengar jeritan demi jeritan manusia yang dimakan raksasa itu. Siksaan para pendosa. Wabah yang menyebabkan kulit mereka ruam. Para pembohong. Para pembangkang. Mereka ada yang tanpa kaki, tanpa tangan, bermata sebelah, tanpa telinga, tanpa wajah dan mereka berteriak dengan harapan yang kosong. Dia telah melihat Neraka. Dia telah mendengar jeritan Neraka. Dia telah merasakan Neraka.

Apa ini? Mengapa semua jadi begini?

Batinnya mulai bertanya.

Dimana aku? Dia menatap kedua tangannya yang lusuh, pucat dan dipenuhi debu. Siapa aku?

Dia tidak memperoleh jawaban dan akhirnya tenggelam dalam keputusasaan....

"Tinggalkan semua harapan, wahai engkau yang masuk kedalamnya... " Suara itu berbisik halus dan perlahan tenggelam diikuti kesadarannya yang kian menjauh.

Sesaat kesadaran Violet hilang setelah di terhempas akibat serangan Morgana. Tubuhnya dipenuhi luka dan memar. Pedangnya tergeletak.

"Violet!" Teriak Louis dari kejauhan. Louis, Philip, Darius dan Titus menghadapi Morgana yang telah dirasuki Abaddon. Kekuatannya sudah di luar nalar. Mereka berempat pun hampir tak bisa menyamai kekuatan Morgana.

"Hanya satu cara untuk mengalahkannya" Kata Titus sambil membentuk Sigil cahaya di tangannya.

"Bagaimana?" Tanya Philip

"Kita harus mengeluarkan paksa Abaddon darinya." Sahut Titus.

"Apa kau punya rencana?" Tanya Darius.

"Aku punya, tapi ini perlu melibatkan Violet tapi saat ini dia tak sadarkan diri." Titus menatap Violet yang tergeletak pingsan. Kemudian beralih menatap Louis, "kau cepat sadarkan Violet!"

"Bagaimana dengan kalian?" Tanya Louis gugup.

"Kami bisa menahannya sementara, lagi pula disini ada dua pemegang pedang Durendal dan Clarent." Titus menatap kakak adik elf, Darius dan Philip.

"Baiklah" Louis langsung berlari kearah Violet.

Philip menyapu pedang Durendal, pedang angin yang dulunya pernah dipegang Charlemagne. Gerbang surga perlahan menutup dan manifestasi Archangel Auriel perlahan menghilang karena wujud ketakutan menjadi lebih kuat.

"Kau tahu kan kalau tidak ada yang bisa mengalahkan Abaddon sang wujud ketakutan kecuali cahaya harapan Auriel?" Kata Philip.

"Aku tahu, saat ini perantara kekuatan Celestial adalah Violet kita hanya bisa mengulur waktu sampai dia sadar." Sahut Titus.

"Baiklah," Philip kembali mengeluarkan sayap putihnya. Sepasang sayap besar rajawali. Dia memanfaatkan cahaya surga yang tersisa dan menampilkan wujud sang kesatria suci Paladin. Dilengkapi dengan kekuatan Durendal, yaitu angin, dia dapat terbang dengan kecepatan tinggi dan menghujam Morgana.

Darius tidak mau kalah dari kakaknya. Dia mengeluarkan Clarent disertai dengan lidah api yang memancar luas. Darius tidak seperti kakaknya yang dikaruniai kekuatan Paladin tetapi dia mampu menyaingi kekuatan bertarungnya.

A Song of Light and Dark: Archmage and the Darknessحيث تعيش القصص. اكتشف الآن