Son of the Sun God

29 4 0
                                    

Di dunia ini segala sesuatu yang indah dan baik jika telah diketahui oleh manusia, di samping itu pasti ada yang buruk dan jahat.
Setelah kebaikan diketahui manusia sebagai kebajikan, tentu muncul kejahatan. Maka timbullah keseimbangan ada dan tidak ada. Terjadilah saling keterkaitan antara sesuatu yang sukar dan mudah.
Perbandingan antara panjang dan pendek, antara tinggi dan rendah. Suara tinggi dan suara rendah memiliki keselarasan. Yang di depan dan yang di belakang saling mengikuti.
Maka dari itu, Orang suci berada dalam kedudukan yang diam. Memberikan pelajaran dengan tanpa berkata-kata. Bagaikan alam yang menciptakan segala benda dan segala makhluk dengan sewajarnya, menghidupi segalanya tetapi tidak menganggap sebagai miliknya.
Berkerja tetapi tidak membanggakan kepandaiannya. Oleh karena mengakui tidak mempunyai apa-apa, maka ia tidak kehilangan apa-apa.

Merlin, seorang penyihir yang sangat tersentuh dengan penderitaan yang dia lihat di sekitarnya. Dia melihat pria dan wanita, anak-anak dan orang tua, semua menderita tidak hanya oleh bencana-bencana yang sesekali terjadi, seperti perang dan wabah, tetapi juga dari kecemasan, frustasi, dan kekecewaan, semua tampak menjadi bagian tak terpisahkan dari kondisi manusia. Orang mengejar kekayaan dan kekuasaan, mencari pengetahuan dan harta benda, dan membangun rumah-rumah serta istana-istana. Namun tidak peduli apa pun yang mereka capai, mereka tidak pernah puas.

Mereka yang hidup dalam kemiskinan memimpikan kekayaan. Mereka juga dihantui oleh kepedulian dan kecemasan tiada henti, sampai sakit, usia tua, dan kematian membawa akhir pahit bagi mereka. Segala sesuatu yang dikumpulkan orang telah lenyap seperti asap. Hidup itu seperti perlombaan yang sia-sia. Namun siapa yang bisa lolos darinya?

***

Candi Borobudur yang biasanya ramai pengunjung tiba-tiba menjadi sepi. Suasana di kota juga sepi. Para penduduk berdiam di rumah, menutup pintu-pintu dan jendela mereka serta telungkup dalam selimut ketakutan.

Sang Master berdiri di atas kuil. Dia lah yang selama ini menjaga candi dalam bayangan. Samaratungga, raja Mataram kuno. Dia bermeditasi selama ribuan tahun dan selalu menanti saat-saat seperti ini. Setelah selama itu ia berdiri menatap hal yang pertama kali dilihatnya setelah muncul dari bayangan. Matahari yang tenggelam. Di balik zirah emas khas dinasti Syailendra, ia berharap bahwa ini bukanlah akhir dunia.

Begitu juga dengan Notre Dame. Penduduk Paris pergi mengungsi ke tempat-tempat penginapan yang disediakan pemerintah. Dan menyisakan kota mati dari keindahannya yang biasa di kunjungi orang dari berbagai belahan dunia.

Billy tiba lebih awal. Dia langsung memasuki gerbang. Sesekali ia mendengar nyanyian Gregorian menggema di seluruh ruangan. Begitu ia lihat dari dekat, tidak ada siapapun. Kecuali seorang pria paruh baya yang sedang menatap langit-langit.

"Di tengah perjalanan hidup kita, aku tersesat
dari jalan lurus dan terbangun mendapati diriku
sendirian di hutan yang gelap."

Pria itu berbalik dan mentap Billy, "Abandon all hope. Ye who enter here." Dia mengutip kalimat pembuka dari Devine Comedy, Dante Alighieri.

"Sementara aku tersesat di jurang antar masa, kau telah berubah menjadi penyair, Maurice?" Kata Billy.

Beberapa langkah pria itu berjalan mendekati Billy. "Tidak ada kekuatan yang dapat menyainginya, kecuali cahaya."

"Aku tahu. Dimana Flamel? Kita memerlukannya sekarang!"

"Dia ada di kandangnya. Bersama Prenelle." Sahutnya dengan nada datar.

"Kita harus melindungi tempat ini. Bangunkan mereka yang telah lama tertidur. Semetara aku akan pergi menjemput Nicholas Flamel dan istrinya Prenelle."

A Song of Light and Dark: Archmage and the DarknessWhere stories live. Discover now