Atlantis

78 9 0
                                    

Daniel Pendragon membuka mata. Tubuhnya menelungkup di atas rumput yang hijaunya tidak alami dan bertekstur seperti sutra. Di bawah wajahnya terimpit berbagai bunga dari jenis yang tidak pernah tumbuh di bumi, bunga ungu besar yang dipuntir.

Dia berguling hingga terlentang dan memandang ke atas, kemudian segera mengatupkan mata rapat-rapat. Beberapa saat lalu dia masih tidur di tempat tidurnya, di kuil Amon. Udara yang dihirupnya sama seperti udara di kuil, bersih dan segar, penuh dengan aroma esksotis, dan matahari terasa hangat di wajahnya, meninggalkan jejak bayangan yang menyilaukan retinanya.

Daniel membuka mata lagi dan melihat sesuatu bergerak melintasi permukaan matahari. Kereta terbang dengan empat kuda Pegasus yang menariknya. "Oh!" dia melihat sesosok yang mengenakan baju coklat hasil rajutan terbaring di sampingnya.

Dia menggoyang tubuh orang itu. "Hey" tubuhnya menjadi terlentang dan menampakkan wajah yang tidak asing baginya.

"Alex?"

Dia terus menggoyang tubuhnya. "Alex bangun!" Sekejap ia teringat bahwa Alex masih belum sadar dari pingsannya.

Alex menggerakkan tangannya dan berbaring terlentang. Dia membuka mata dan mengeram saat cahaya matahari menyergap wajahnya, lalu saat kesadaran akan yang dilihatnya muncul, dia bergegas bangkit dan duduk tegak. "Itu kan...."

".... kuda Pegasus," Daniel menegaskan. "Kapan kamu sadar?"

"Apanya?" Dia tidak mengingat apapun tentang kejadian kemarin yang menimpanya.

"Ah sudahlah.." Daniel masih bingung, tetapi yang penting dia baik-baik saja. Ada yang lebih penting, mereka tiba-tiba muncul di tempat ini tanpa sebab yang jelas. "Apa ada yang menbuka gerbang Ley?"

"Maksudmu kita berteleportasi?"

"Kemungkinan iya." Daniel merasakan ada jejak-jejak dari gerbang Ley yang belum lama ini terbuka.

Ada gerakan di belakang mereka dan keduanya berbalik mendapati mereka tidak sendiri di tebing berumput itu. Gilgamesh berlutut di atas tangannya sembari melihat langit, sementara Imhotep duduk bersila di sisinya, jubah sutranya melambai diembus angin.

"Methrion," Gilgamesh menarik napas. "Tak pernah terpikir aku akan ke benua tersembunyi ini lagi. Dia merangkak di atas rumput, menatap penuh takjub dengan apa yang dilihatnya.

"Apakah ini salah satu dari bagian sembilan dunia?" tanya Daniel, berganti memandang Gilgamesh dan Imhotep.

Imhotep menggeleng tipis. "Bukan, ini masih di Bumi."

Alex berdiri dan melindungi matanya, melihat pemandangan jauh di depan sana. Seperti ada kota yang megah, bukan, sesuatu yang lebih, karena begitu luas. "Apa tujuan kalian membawaku ke sini?"

"Ada sesuatu yang harus kalian ketahui tentang tempat ini." Kata Imhotep.

Mereka berjalan menuruni tebing berumput itu. Baju mereka melambai-lambai di tiup angin. Begitupula dengan bunga-bunga asing yang selama ini belum pernah mereka lihat.

Alex meraba rerumputan yang menjulang dengan tangan kirinya. Semua yang ia lihat sangat asing baginya. "Daniel, kita ada dimana?" Bisik Alex.

"Bukan dimana... dimasa apa," gumamnya. "Pegasus itu hanya ada jaman dulu sekali dimana jumlahnya masih banyak."

Alex memandangi bagian belakang Imhotep dan Gilgamesh yang berjalan di depannya. "Jaman apa ini?"

"Waktu disini sama dengan waktu di dunia luar. Artinya ini sejaman dengan peradaban luar. Hanya saja tempat ini tidak pernah terjamah manusia di luar." jelas Gilgamesh.

A Song of Light and Dark: Archmage and the DarknessWhere stories live. Discover now