Death and Meaning of life

67 9 2
                                    

Perlahan Daniel menyusuri lorong gelap itu. Suasananya benar-benar berubah dari suasana yang diluar. Dari yang ramai tiba-tiba menjadi mencekam. Kakinya menapak perlahan, diikuti pula oleh nyala obor di sudut lorong yang memercikkan sedikit cahaya. Suara-suara itu kembali terdengar, tepat mengarah ke ujung lorong yang gelap gulita. Pikirannya selalu menolak dan berusaha mengabaikannya. Tetapi dalam intuisinya, dia yakin bahwa suara itu adalah erangan kesakitan.

Daniel mulai mengaktifkan sihirnya. Perlahan Mana mengalir dari tubuhnya dan memancarkan Aura hijau muda. Ketika bergesekan dengan udara memunculkan aroma melon pekat. Cincin hijaunya bersinar dan menerangi beberapa bagian dari lorong itu. Samar, tapi terlihat beberapa lukisan kuno yang menghiasi tembok lorong itu. "Cnotes" lukisan suku maya kuno.

Lukisan itu terlihat seperti cerita. Seorang Dewi yang terlihat begitu menawan dan didepannya terdapat sekelompok orang yang menyembahnya. Dewi itu memberikan air, hujan, kesuburan serta kemakmuran kepada rakyatnya. Tiba-tiba datang kelabang raksasa yang mengalahkan Dewi itu dan mengurungnya. Tertulis "Quetzalqoatl" nama sang wujud kehancuran tersebut. Dia datang membawa kesengsaraan dan membuat kelaparan merajalela. Bahkan dia duduk di atas tahta piramida Matahari dan memperbudak tiap manusia.

"Trak!" Puing-puing bebatuan berjatuhan. Hal itu mengusik Daniel. Perlahan ia menjauh dari tembok itu. Perlahan angin dingin berhembus dari kegelapan. Suara erangan itu kembali terdengar dan semakin jelas. Ketika Daniel ingin melanjutkan langkahnya, perhatiannya teralihkan oleh dua ekor yang menjuntai. Dia pernah melihat ekor ini sebelumnya. Tepatnya bukan ekor tetapi antena, antena kelabang tetapi berukuran sangat besar. Di langit-langit terdapat ketukan kaki-kaki yang banyak. Dan di balik kegelapan itu terdapat sesosok kelabang dengan panjang 10 meter mengelilingi lorong itu.

Daniel yang menyadarinya langsung berbalik dan berlari. Dia berlari sekuat tenaga dan berusaha meraih pintu keluar. Seketika pintu itu tertutup oleh kegelapan dan tidak ada jalan keluar.

"Sshh..." Suara desisan menggema di langit-langit.

"Siapa itu?!" Daniel berteriak.

Perlahan kelabang itu turun ke bawah dan memperlihatkan sepasang mata kuning yang menyala di kegelapan.

"Kukira setelah melihat lukisan itu kau langsung mengetahui siapa aku." Suara kelabang itu bernada khas pria yang berkharisma.

"Mau apa kau?!" Daniel bergumam.

Dari kegelapan itu memperlihatkan sesosok pria ramping dengan kulit kuning langsat, lengkap dengan pakaian khas Amerika abad ke-18. Dia mengambil wujud Humanoid. Daniel langsung mengetahui hal itu. Dia selevel dengan Iblis purba yang telah tinggal lama di Bumi.

Daniel merapalkan mantra pertahannan, seketika Aura hijau menyelubunginya.

"Penyihir" pria itu mendekati Daniel, "yang barusan kau ucapkan itu bahasa Eragon kan?"  Daniel hanya diam mematung dan tidak melepaskan pandangannya dari pria itu. "Itulah kesalahan kalian, para penyihir. Kalian selalu mengandalkan kekuatan di luar diri kalian."

Ketika pria itu semakin dekat, Daniel langsung menembakkan sihir ke wajahnya dan sesaat mengaburkan pandangannya. Dengan cepat Daniel berlari.

"Kau pikir sihir rendahan ini bisa mengelabui ku?" Pria itu perlahan berubah menjadi Kelabang raksasa dengan mata kuning yang menyala. Dengan kaki-kakinya yang besar, dengan cepat dia mengejar Daniel.

"O lux iluminet huius mundi" sihir cahaya melingkar di tangan kanan Daniel, "Gor oh sen intima" lingkaran sihir api melingkar di tangan kirinya, "Engraifeite fos o" dia mengombinasikan dua jenis sihir sekaligus.

Kelabang itu sedikit lagi berhasil meraih Daniel. Tetapi selubung cahaya melingkari Daniel dengan pancaran pilar-pilar api, membuat Kelabang itu terpental.

A Song of Light and Dark: Archmage and the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang