Hades and Tartarus

77 9 5
                                    

"Mimpi itu terus menghantui, teman lamaku. Itu selalu dimulai dengan perjalanan ke negeri yang jauh. Di sana aku menemukan sebuah kota terbakar. Jalanan tercekik oleh mayat. Kehancuran yang tak terpikirkan. Aku menyaksikan pembantaian yang tidak masuk akal. Kakak laki-laki membunuh saudaranya. Kebencian yang murni. Dan kemudian penderitaan mengepung, hingga sampai giliran ku datang. Ini membakar mata ku, mematahkan tulang-tulang ku, aku bangun dalam ketakutan. Tidak ada yang tersisa untuk melawan mereka. Kau pikir aku gila, teman lama? Tapi aku tahu ini mimpi. Mereka menceritakan masa depan. Neraka akan datang, saudara. Neraka akan datang!"

Dia berusaha lepas dari ingatan masa lalunya. Akan tetapi terus saja menghantuinya. Sesaat ia berdiri di atas tebing dan membiarkan pikirannya mengalir.

Tartarus begitu mengerikan dalam bentuk fisiknya, menjulang sangat tinggi, dagingnya berupa api yang berkilauan beriak dengan otot. Jari-jarinya berujung dengan cakar hitam setajam silet. Namun, yang paling menakutkan dan menonjol adalah wajahnya sebagai pengganti wajah normal adalah pusaran air berputar dan spiral kegelapan yang dalam, dan suaranya terdengar seperti sedang ditarik kembali ke dalam daripada memproyeksikan ke luar. Sepatu bot besi hitam Tartarus masing-masing seukuran peti mati, dan tangannya sebesar eskavator.

"Argh!" Sang Warlock mengerang. Wujud itu yang sering muncul dalam ingatannya.

Perlahan ia menenangkan pikirannya. Ia harus fokus dengan perintah Raja. Dia bangkit dari duduknya dan melihat ke bawah tebing itu.

Jutaan tentara kegelapan telah siap berperang dan menuju benua selatan. Wilayah pertama yang akan mereka kuasai. Dengan mengambil alih benua di selatan, akan mempermudah Lazarus the Lich King membawa badai di Bumi.

Naga-naga besar dibelakangnya sedang memperebutkan makanan. Mereka mendorong satu sama lain demi dua ekor domba gosong yang di bakar lewat napas api mereka.

Sang Warlock memberi isyarat kepada salah satu Orc untuk naik membantunya mencarikan makanan kepada naga-naga besarnya yang merepotkan. Komandan Orc itu pun pergi dengan cepat.

Partikel-partikel roh berkumpul di sisi lain tebing itu. Sang Warlock sedikit terusik, tetapi dia bisa menebaknya.

"Kau datang ingin menceramahi ku lagi?" Kata sang Warlock dingin.

Sebuah lingkaran sihir teleportasi, dan memunculkan seseorang di balik kilatan cahaya. "Tidak, aku hanya ingin menemui mu."

Sang Warlock berbalik menghadapnya. Yang ada dihadapannya adalah Sorcerer Supreme yang menjaga perbatasan Dunia.

"Bagaimana kau bisa tahu aku ada disini?"

"Kau terlalu bodoh untuk tidak menyadari kalau aku tidak memiliki kemampuan itu." Sahut Lord Ahran.

Sang Warlock mengambil pedang besar yang terikat di balik jubah hitamnya. Dengan cepat dia menghujam dada Lord Ahran. Terlihat Lord Ahran hanya diam di tempat. Tetapi sang Warlock terlambat menyadari kalau keahlian Lord Ahran adalah ilusi, dan yang ditusuknya hanya kumpulan dedaunan.

"Bagaimana dengan Seth?" Dengan ajaib Lord Ahran berdiri di belakangnya.

Sang Warlock yang menyadarinya, tahu serangan fisik tidak akan mempan padanya. Dia menyarungkan pedangnya kembali.

"Apa urusanmu?"

Naga-naga kegelapan itu mulai risih dengan kehadiran Lord Ahran. Mereka menjadi lebih berisik dan mengeluarkan suara yang memekik tajam. Lord Ahran tidak menghiraukannya dan mengambil langkah mendekati pria tinggi yang dibalut jubah hitam itu.

"Apa tidak ada cara lain selain kau melakukan ini semua?" Tanya Lord Ahran.

Pria berjubah hitam itu tidak mengeluarkan sepatah katapun. Aura hitam pekat menyelimutinya, disertai lolongan gagak hitam yang bertebaran di langit.

A Song of Light and Dark: Archmage and the DarknessWhere stories live. Discover now