Nephilim

157 25 3
                                    

Nyanyian Agung dipanjatkan para Seraphim, tanda bahwa perang suci telah dikumandangkan. Para Saint suci berbaris, melindungi tempat yang paling suci di Alam Semesta. Para komandan Legiun mereka, Archangel, telah bersiap melawan para Iblis dari Muspellheim. Crystal Arch, tempat kelahiran para Divine Virtues adalah incaran mereka, untuk menenggelamkan alam semesta dalam kegelapan abadi.

Mamon membawa Dark Soul Stone untuk mengotori dunia yang paling suci itu dengan dosa. Para Saint sedikit demi sedikit jatuh dalam lembah kutukan. Posisi Crystal Arch semakin terancam, hal ini memaksa Lord Gideon, raja para Nirvanna turun tangan. Dari istana megahnya Sanctuary, sang penghulu tertinggi mengambil benda yang terlahir dari kebijaksanaan Dewa Ëont. Spear of Destiny tombak yang mampu mengubah takdir.

Angel vs Demon, Siapa yang akan menang......?

"Master," Darius memanggil, "Master kau baik-baik saja?"

"Hah!" lelaki tua itu terbangun dari tidurnya, "Apa yang baru saja terjadi?"

"Ku pikir kau pingsan" Darius menunjuk buku yang ada di meja tempat pria tua itu terlelap, "Sepertinya kau tertidur saat menulis, Master."

"Begitu ya" Baltazar terus mendapatkan mimpi itu, para Nirvanna dan Agendr yang berperang. "Apa ini sebuah pertanda?" ucapnya pelan.

"Pertanda apa?" tanya Darius.

"Ah, bukan apa-apa." Baltazar meraih penanya dan mulai menulis lagi.

"Master, aku ingin keluar. Jika kau perlu sesuatu, panggil saja aku di luar."

"Oh ya, Silahkan."

Baltazar mencelupkan penanya ke dalam tintah, dan beralih ke lembaran berikutnya untuk kembali ia tulis.

Hidup selama ribuan tahun telah membuka pandanganku terhadap dunia yang fana ini. Tidak ada yang namanya kebahagiaan sejati, selalu ada saat di mana dirimu akan merasakan yang namanya 'keputusasaan'. Jangan pernah menyerah, hiduplah dengan keyakinan dan harapan. Salah satu saat paling membahagiakan dalam hidup adalah ketika kau menemukan keberanian untuk melepaskan apa yang tidak dapat kau ubah.......

Tiba-tiba dia terhenti untuk melanjutkan tulisannya. "Darius, bisakah kau mengambilkan tintah untukku."

"Maaf Master, saat ini persediaan tintah sedang kosong."

"Bukankah di gudang ada 50 botol tintah?"

"Anda membelinya 2 bulan yang lalu, dan sekarang sudah habis."

"Begitu ya," Baltazar memegang kepalanya, "Sepertinya daya ingatku berkurang lagi." Dia menggulung kertas tulisan yang dia tulis dan ditempatkannya di samping buku-buku kuno dan beberapa karya tulis karangannya. Lalu dia mengambil buku tebal dengan panjang 34cm dan lebar 17cm, sampul birunya bertuliskan 'Keturunan Suci' dalam bahasa Yunani.

"Sudah lama aku mencari seorang Nephilim," dia membuka halaman pertama buku itu, "tapi, aku tak kunjung menemukannya." Alfabet Yunani terlihat menari-nari di telunjuknya. "Dari sekian banyak Referensi yang ku punya, tidak ada satupun yang mampu menunjukkan keberadaanya."

"Suatu hari nanti anda pasti akan menemukannya, Master."

"Ya suatu nanti, tapi entah mengapa aku merasa kalau dia berada di dekat titisan Merlin."

Darius memasang wajah heran "Memangnya Nephilim itu apa? sampai kau rela bertahun-tahun mencarinya."

"Nephilim adalah titisan para Nirvanna, atau anak-anaknya. Mereka pernah menguasai bumi selama ribuan tahun, nama mereka terpampang jelas diberbagai legenda." Baltazar mengarahkan pandangannya ke buku yang ia pegang. "Yunani mengenalnya dengan nama Titan, Anunnaki bagi bangsa Sumeria kuno, mereka memiliki banyak nama disetiap legenda dunia."

A Song of Light and Dark: Archmage and the DarknessWhere stories live. Discover now