The Warlock

75 10 0
                                    

Asap hitam mengepul di langit selatan. Tentara Orc berbaris dan tinggal menunggu titah sang Raja. Beberapa diantara mereka menempa senjata di bawah gunung merapi Neze.

Di atas tebing, ia mengawasi pergerakkan pasukannya sambil mengasah pedang. Wajah nya tampan, dengan rambut pirang pendek menghiasi kepalanya.

Ia menatap langit. Cahaya bulan memantul di mata birunya. Perlahan ia berdiri dan menyarungkan pedangnya. Jubahnya panjangnya hitam pekat merumbai.

Dia adalah sang Warlock. Ars Magia terkuat, kekuatannya berbeda selevel dengan sang Raja kegelapan. Namanya El, Lord of Seven Dragon.

"Lahar yang hidup, meraunglah."

Tanah tiba-tiba bergetar.

"Bangkitlah dari tidurmu. Hancurkan kerajaan surga di bumi."

Seketika muncul 7 lingkaran sihir yang memenuhi tebing itu. Dari lingkaran-lingkaran itu bermunculan naga yang sangat besar. Matanya kuning menyala-nyala. Napas apinya menyembur-nyembur.

Sang Warlock menaiki yang paling besar diantaranya. Ia dan ketujuh naganya terbang melintasi langit.

***

"Menghidupkan mumi yang mati?" Daniel begitu kagum melihat kekuatan Tuthankhamun. Mumi-mumi itu merangkak keluar dan bergerak dengan perintahnya.

"Yah, Alchemy bisa menghidupkan orang mati. Tetapi itu bukan bukan mumi sungguhan, hanya boneka yang ku kendalikan dengan sihir ku." Kata Tuthankhamun.

"Begitu ya." Kata Louis.

"Sekarang coba kalahkan boneka-boneka itu."

Mumi-mumi itu dengan cepat menyerang mereka. Pukulan mumi itu sangat kuat, sampai meninggalkan bekas di tanah.

Louis dengan telekinesis nya mengendalikan bebatuan dan kayu-kayu yang ada di sekitarnya. Daniel menembakkan energi sihir, boneka mumi itu dengan mudah menangkisnya.

"Wahai singa api, mengaum lah!" Lingkaran sihir jingga muncul di tangan Daniel dan mengeluarkan ledakkan api. Boneka-boneka itu berhamburan.

"Lumayan." Kata Gilgamesh.

"Pembelajaran berikutnya Transmutasi." Kata Tuthankhamun.

"Apa itu?" Tanya Daniel.

"Mengubah benda ke benda lainnya."

Tuthankhamun mengambil batu di samping kanannya. Di genggamnya batu itu, dan seketika batu itu berubah menjadi pedang.

"Wah hebat! Tapi kau bisa dengan mudah menggunakannya karena cincin itu kan?" Kata Daniel.

"Bukan, kalau menggunakan cincin ini hasilnya berbeda." Kata Tuthankhamun.

Cincin merahnya bersinar. Tuthankhamun menjentikkan jarinya. Batu-batu di sekitar mereka melayang lalu berubah menjadi pedang-pedang melayang diselimuti aura hijau.

Daniel dan Louis hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Pedang-pedang itu bergerak cepat menyerang Daniel dan Louis. Aura jingga merembes keluar dari tubuh Louis, dengan energi Psioniknya, ia menangkis semua pedang itu dan tertancap ke tanah.

"Hyaaa!"

Tuthankhamun terheran, dengan rasa tak percaya dia melihat sihirnya dengan mudah di kalahkan.

Plok....plok....plok....plok

Tuthankhamun bertepuk tangan.

"Luar biasa."

A Song of Light and Dark: Archmage and the DarknessWhere stories live. Discover now