Evanescent

117 19 8
                                    

Author's POV

Perang antara Nirvanna dan Agendr atau yang lebih dikenal dengan Malaikat dan Iblis, merupakan perang suci yang berlangsung selama ribuan tahun. Para Iblis, mereka dengan sekuat tenaga berusaha untuk menembus pertahanan para Saint. Mereka ingin merebut serta menghancurkan Crystal Arch, The Birth place our Divine Virtues.

Perang suci itu berlangsung di Midgard atau Bumi. Tepat setelah 7000 tahun manusia pertama diciptakan.

Lalu, pada akhirnya....

Perang suci itu dimenangkan para Nirvanna.

Lord Gideon penghulu tertinggi para Nirvanna dan Mephisto Raja para Iblis membuat kesepakatan.

Diantaranya adalah, untuk tidak menyentuh Bumi serta anak-anak Ëlros Dewa kehidupan.

Atau Manusia.

Seiring berjalannya waktu, tentu ada yang melanggar kesepakatan tersebut. Para Iblis mereka mengajarkan kegelapan melalui simbol-simbol dan pengetahuan rahasia. Mereka memanfaatkan energi negatif yang ada pada manusia. Keserakahan, dari sifat itu para Iblis menciptakan sebuah entitas baru, besar, bermata 4, dialah Triton.

Apakah hanya Iblis?

Tidak.

Bahkan salah satu kekuatan suci juga ikut melanggar, dia adalah pemimpin daripada pasukan keteraturan, Lord of Order.

Dia melihat wanita itu dengan pandangan yang berbeda. Tapi sayang, wanita itu adalah manusia. Dia tahu, mencintai manusia itu salah. Malaikat yang berhubungan dengan manusia, tanpa menerima izin dari Sanctuary, akan dikutuk, menjadi Fallen Angel.

Akan tetapi, dia tidak berani mengambil resiko kehilangan kekuasaannya sebagai Makhluk yang paling suci.

Apa berteman lebih baik? Mungkin begitu. Pikirnya.

Dia menghampiri wanita itu, yang tengah sendirian. Dia menyimpan keempat sayap emasnya serta tubuh bercahayanya dalam wujud lelaki yang tampan.

Sungai itu dihiasi hamparan bunga Tulip dan bunga Matahari. Tiap sudutnya terdapat pohon sakura putih. Dia menghampiri wanita itu, yang tengah duduk sendirian menikmati pemandangan.

"Maaf ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu.

"Oh! aku hanya kebetulan lewat. Apa kau keberatan?"

"Ah! tidak, lebih menyenangkan melihat pemandangan seperti ini jika ada yang menemani." Wanita itu tersenyum.

"Begitu ya, kalau boleh tau siapa namamu?"

"Namaku Evelin."

Rambutnya panjang dan berwarna pirang. Iris matanya biru, wajahnya oval dan sedikit runcing di bagian dagu, hidungnya tidak terlalu menonjol.

"Boleh aku mengatakan sesuatu tentangmu?"

"Apa itu?"

"Kau begitu cantik."

Dia tertawa dan memperlihatkan giginya, "Wah, termakasih. Kau belum mengatakan namamu."

"Namaku ya, namaku Galeon, panggil saja aku Leo."

Penglihatan Galeon bukan hanya fisiknya, akan tetapi sampai ke jiwanya. Galeon mengetahui kalau dia terlahir berbeda dari manusia lainnya.

"Kau menyukai ketenangan, benarkan?"

"Ya, andai saja aku tahu siapa yang menciptakan pemandangan yang indah ini, apa lagi di musim semi."

Dia tidak mengetahui, bahwa Galeon adalah salah satu Nirvanna yang menabur keindahan di Bumi bersama Apollo.

A Song of Light and Dark: Archmage and the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang