Chapter 6

186 49 223
                                    

"Ketemu! Liu Hui Yan."

Serta merta Xue Jing mencari-cari nama wanita tersebut di antara banyaknya coretan tulisan tangan yang ada sembari mulut pun menanyakan di mana tepatnya penemuan yang dikatakan He Ting ini.

Benar saja, nama Liu Hui Yan sungguh tertera dalam buku catatan berusia tua ini. Jika dibilang terpukau, tentu saja Xue Jing terpukau bukan main. Melihat hal seperti ini, bukankah terasa sekali sejarah itu masihlah hidup? Di kala Liu Hui Yan sendiri adalah sosok yang sering dijumpai dalam mimpi.

Namun, lupakan dulu rasa terpukau tersebut, karena apa yang ditunjukkan He Ting dengan jari telunjuknya kini tampaknya bagian terpenting dari kisah hidup Liu Hui Yan sendiri.

"Ayahnya menjabat sebagai Sekretaris Kerajaan, dia putri satu-satunya," ucap He Ting, masih berfokus membaca catatan tersebut seakan tidak puas dengan apa yang ditemukan. Pun He Ting membalik ke halaman berikutnya, dan hasilnya .... "Tidak ada?"

"Aneh, catatan ini mengatakan bahwa Hui Yan diculik dan akhirnya meninggal di tangan penculik itu." Membalikkan kembali ke halaman sebelumnya, Xue Jing masih berfokus membaca. Bahkan, tak sadar bahwa ia kini berada dalam posisi sangat dekat dengan He Ting yang juga tak kalah fokusnya. Padahal hal ini bukanlah ajang siapa yang fokus maka itulah yang menang. "Aneh, bukan?" tanya Xue Jing kemudian, mengembuskan napas.

Jika memang benar Hui Yan diculik, maka bukankah itu berarti Ji Yu-lah si penculik yang dimaksud? Namun, di dalam mimpi jelas saja Hui Yan secara sukarela mengikuti Ji Yu. Tidak pula terlihat adanya suatu paksaan atau apa pun, melainkan hanya kerelaan. Lantas, kenapa isi catatan malah seperti ini?

"Kau benar, ini sangat aneh. Bahkan tidak ada catatan lebih lanjut mengenainya setelah kematian. Sedikit pun tidak ada, termasuk pemakamannya," tambah He Ting, menoleh ke samping hanya untuk bertemu pandang dengan Xue Jing kemudian. Jujur saja, hal ini bukanlah yang pertama, bukan? Tapi kenapa rasanya seperti baru pertama kali? Dan mengundang kecanggungan pula yang barangkali saja debaran aneh pun ikut hadir di dalamnya.

Dirasa situasi semakin canggung, segera keduanya menjauh secara bersamaan, berusaha mengontrol kecanggungan masing-masing dalam ruangan yang hanya terdapat mereka saja. Yang mana detik demi detik jarum jam kian pula terdengar jelas, setidaknya mampu meredam kesunyian yang ada atau bisa dikatakan sedang berusaha dihilangkan Xue Jing dengan menanyakan terkait benarkah Ji Yu si penculik yang dimaksudkan dalam buku catatan tersebut. Padahal, Xue Jing tidak perlu menanyakan karena sudah tahu jikalau bukan Ji Yu pelakunya. Namun, situasi canggung ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus ada, bukan?

"Kurasa bukan, jelas itu tidak mungkin. Malahan aku menebak jika Hui Yan dan Ji Yu adalah pasangan yang kawin lari." Pun He Ting mengingatkan kembali, jikalau Ji Yu tampak seperti seperti seorang pelayan. Tidak tahu pasti apakah pelayan rumah Hui Yan atau bukan, setidaknya satu hal yang mampu diyakini. Jikalau perbedaan kasta dua orang ini sangatlah berbeda. Lantas, jika memang tebakan He Ting benar, maka sangat besar kemungkinan kawin lari itu benar adanya, bukan? "Ingat pula bagian dari saat mereka melompat dari jurang, tampak suatu kesepakatan telah ada dan dilakukan pula dengan sukarela," tambahnya lebih lagi.

"Apa catatan ini bohong? Apa karena itu Hui Yan dan Ji Yu muncul untuk memberi tahu kita kenyataannya?"

"Atau bisa saja ...." Menggantungkan ucapan, He Ting menelengkan sedikit kepalanya sembari berpikir dalam. "Mereka ingin memberi tahu atau menunjukkan kita suatu rahasia. Suatu hal yang tidak diketahui siapa pun sebelumnya, bukan karena malu atau dianggap aib, melainkan karena memang murni tidak ada yang tahu. Makanya tidak tercatat pula," lanjutnya, seakan ia begitu paham situasi dan kondisi kisah dari Hui Yan dan Ji Yu ini. Karena setiap ucapan pria ini, entah kenapa terdengar sangatlah masuk akal.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now