Chapter 37

58 22 98
                                    

Bisikan ini, bukankah? Bermaksud segera membuka, tapi Ji Yu menghentikan. Gantinya, ia malah menggenggam sebelah tangan Hui Yan sembari meraih kait pintu. Namun, tidak pula ia membuka seolah ingin memastikan lebih lagi benarkah bisikan yang didengarnya ini sesuai dengan apa yang ditebaknya.

Memastikan lagi tentu lebih baik, bukan? Karena siapa yang tahu jika penjaga desa licik nan misterius itu sedang memainkan suatu sandiwara atau apalah namanya untuk menangkap, lantas siapa yang rugi? Kala di mana tamu lainnya yang dimintai bersembunyi, tapi tidak dilakukan ini tampaklah percaya jikalau bisikan itu memanglah datang dari seseorang yang dikenal, dan yang pasti ... harusnya tak akan berbahaya. Terlebih, Tang Yuan juga Kwan Mei, mereka-lah yang justru terlihat paling percaya.

Oleh karena itu, tak ada pula alasan bagi Ji Yu untuk tak ikut percaya, bukan? Pun bisikan yang dua kali tertangkap pendengaran, mengatakan 'ini aku, Jing Shin', pada akhirnya tergantikan sudah oleh deritan yang seirama dengan kecepatan yang dilambatkan Ji Yu dalam membuka pintu. Mendapati jikalau memang benar, Jing Shin-lah sosok tersebut.

Namun, bukan berarti ketukan yang seakan siap mendobrak masuk sebelumnya memanglah bukan penjaga desa yang melakukan. Lihatlah di sana, tepatnya beberapa langkah dari teras rumah. Dua penjaga desa yang memunggungi jelas saja sedang berbicara dengan Azhuang, atau barangkali justru Azhuang-lah yang mengajak mereka berbicara. Kala suami Jing Shin ini beberapa kali akan melirik, wajah semringah sembari mulut terus mengeluarkan kata 'terima kasih dan terima kasih', yang mana setelahnya dua penjaga desa pergi begitu saja semacam lupa awal kedatangan mereka kemari untuk apa. Ataukah mungkin, penjaga desa memanglah tak tahu apa-apa? Lalu benarkah itu artinya Ji Yu, Hui Yan dan lainnya telah berpikir dan mengkhawatirkan sesuatu terlalu jauh?

Entahlah apa itu, setidaknya untuk saat ini situasi telah aman. Bahkan Jing Shin dan Azhuang ikut bergabung dalam rumah. "Kalian benar-benar berani melakukan pertemuan seperti ini di saat hari masihlah terang, apa kalian semua ingin segera tertangkap?" oceh Jing Shin, mendengkus pula. Sungguh taklah terlihat seperti Jing Shin yang biasanya ramah ataupun murah senyum.

Tak heran Hui Yan berakhir menanyakan kondisi pasangan ini, sungguhkah benar telah baik-baik saja? Karena biar bagaimanapun, cukuplah cepat bagi mereka untuk terlihat tegar seperti ini, bukan?

"Penjelasan disampaikan oleh temanku sendiri, dan bukti ... aku dan Azhuang saksikan sendiri pagi tadi. Bagaimana mungkin kami bisa tak percaya? Selain itu, aku tak bisa memungkiri jika desa ini memanglah aneh dari sejak awal, dan semua jelas setelah mendengar perkataanmu dan Xia Chia, Hui Yan. Lantas bisa apa aku sekarang? Selain percaya dan menerima kenyataan," ungkapnya, sebelah tangan sibuk meraba dan mengelus perut yang belumlah terlalu membuncit itu dengan pasang mata penuhi kesenduan.

"Jadi, sekarang harus bagaimana?" sela Azhuang, setidaknya penyelaannya ini mampu menyadarkan mereka yang hadir dalam rumah ini untuk kembali menghadapi kenyataan, bukannya terus-terusan tenggelam dalam kesedihan ataupun keprihatinan. "Kami tidak ingin anak kami terlahir ke dunia ini hanya untuk menjadi santapan roh jahat itu. Katakan, setidaknya kalian punya rencana, bukan?"

Rencana? Andai memang memiliki. Akan tetapi, rencana itu usai sudah sejak dari kemarin, dan sekarang yang ada jelaslah terhantam kebuntuan kembali. Sukses pula mendiamkan Hui Yan dan Ji Yu, bahkan Xia Chia sendiri untuk akhirnya mendudukkan diri. Sedangkan Kwan Mei dan Tang Yuan, sudah sedari tadi terpaku memandangi perut Jing Shin dengan netra berembun.

"Tidak ada jalan keluar bagi kita untuk meninggalkan desa, itu benar," ucap Yue Ming, suara direndahkan. Akan tetapi, binar yang terpancar dari sepasang netranya justru terlihat begitu meyakinkan. "Namun, bagaimana jika ada jalan lain yang tak pernah terbayangkan ada di sekitaran desa ini? Bukankah bisa saja hal itu ada?" lanjutnya, menanti setidaknya akan ada semacam respons dari ia yang sukses menjadi sorotan kini. "Bukankah desa ini penuh akan hal mustahil dan tak masuk akal? Karenanya, kurasa kita juga harus berpikir dengan cara demikian pula. Siapa yang tahu ... kalau hal itu justru akhirnya akan membawa kita keluar dari kebuntuan."

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now