Chapter 14

100 33 199
                                    

Ramai yang menyakitkan pandangan, ornamen-ornamen serba merah ini begitulah menyilaukan dan tak pula para pelayan ini berhenti mengucapkan selamat atas hari besar besok. Di saat mereka sebenarnya tahu jikalau pernikahan dengan Da Lin jelas bukanlah kemauan Hui Yan. Namun, tidak bisa pula menyalahkan mereka, dikarenakan hari pernikahan memanglah sudah semestinya meriah dan sukacita. Hanya dengan begitu, hal-hal baik dipercayai akan datang untuk menjauhkan hal buruk.

Oleh karenanya, selain terdiam seraya bertanya-tanya pada diri sendiri, kapan kiranya mereka akan menyudahi dekorasi ini? Tidakkah lelah karena sedari pagi tadi sudah sibuk akan pekerjaan? Dan sekarang masih pula sibuk di saat harusnya kini adalah waktu istirahat mereka.

Sungguh tak paham, kenapa bisa para pelayan dan pengurus rumah ini mampu begitulah rajin. Tidak bisakah sehari saja bermalas-malasan? Yang mana Hui Yan sendiri berakhir membangunkan diri dari duduk sembari mendekati jendela kamar yang terbuka, menghirup sejadinya udara malam nan menyegarkan sembari menikmati terangnya purnama yang ada.

Pun Aching yang menyaksikan punggung nona mudanya itu, malah terlihat tak senang. Tak mengherankan jikalau Chiang Man yang sibuk pun sukses berhenti, mendekati Aching pun barangkali menegur untuk tidak memasangkan wajah cemberut seperti itu di kala hari membahagiakan akan segera tiba.

Namun, bukannya Aching merespons baik-baik, malah keterdiaman dengan embusan napas panjang yang malah menjadi respons Chiang Man. "Sudahlah, kau memang tidak perlu tahu." Menjauhi Chiang Man, gantinya Aching mendekati nona mudanya. "Di luar cukup berembun, udara pun cukuplah dingin, Xiaojie. Apa perlu aku persiapkan pakaian yang lebih hangat untuk kau kenakan nanti?"

"Tidak perlu," jawab Hui Yan, meminta Aching mendekat lebih lagi. "Aku hanya akan mengenakan pakaian yang dibelikan Ji Yu siang tadi," bisiknya, tersenyum. Kembali pula menikmati keindahan rembulan yang menggantung. Sampai di mana kini, satu demi satu kamar ini ditinggal pergi oleh pelayan hanya untuk kemudian sepi menyisakan Aching seorang yang masih setia menemani nona mudanya. Hui Yan yang berakhir menutup jendela, seakan sudah puas menikmati rembulan. "Sudah waktunya ... aku harus ke kediaman utama menemui Die."

Yang mana Aching menghentikan, menghalangi jalan. "Benarkah harus seperti ini? Sungguh tidak ingin berpikir lagi?"

"Menurutmu?" tanya balik Hui Yan, mengeluarkan cincin pemberian Ji Yu siang tadi yang disisipkan pada ikatan lingkar pinggang pakaiannya, menunjukkan kemudian pada Aching. "Akankah aku menerima benda ini jika masih ragu?" Dan Aching serta merta menghela napas berat, netra berkaca-kaca pun wajah ditolehkan ke samping sembari berhenti menghalangi jalan nona mudanya ini. "Maaf, Aching."

Yang mana Aching sendiri tak mampu mengucapkan apa-apa lagi, jikalau memang inilah kebahagiaan nona mudanya, lantas apa yang bisa dilakukannya, bukan? Menghentikan, bukankah hanya kian membuat nona mudanya menderita? Lagian menyukai seseorang bukanlah suatu kesalahan, dan mampu bersama dengan pria pilihan hati jelas saja suatu berkah dan berkat luar biasa dalam kehidupan para bangsawan.

Oleh sebab itu, seperginya Hui Yan dari kamar ini dengan membawa baki berisi aneka camilan. Aching, sontak mempersiapkan pakaian pemberian Ji Yu siang tadi, mengeluarkan pakaian indah nan mahal tersebut keluar dari tempat persembunyian. Menjadikan pakaian ini sendiri sebagai suatu benda terunik dari kamar yang didominasi kemerahan sepenuhnya. Keunikan yang menjadi pilihan hati nona mudanya.

Lantas, bagaimana dengan Hui Yan yang kini telah tiba di kediaman sang ayah? Tak melangkah ataupun mundur, ia malah terpaku memandangi pintu tertutup ini. Jikalau bukan karena embusan angin yang menyibakkan rambutnya, mungkin ia akan tetap berdiam diri seperti itu sampai beberapa lamanya.

Tok! Tok! Tok!

Hening. Tidak mungkin ayah telah tidur, bukan? Hendak mengetuk kembali, dan saat itu pula suara sang ayah mengizinkan ia masuk. Mendapati sang ayah sedang duduk santai ditemani sebuah buku. Setidaknya tidak ada sepiring camilan atau apa pun yang menemani, dan itu berarti Hui Yan cukup beruntung. Biar kata sang ayah bukanlah tipe orang yang suka memakan pencuci mulut apalagi di jam-jam malam begini. Tidak sehat, begitu katanya.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon