Chapter 8

153 45 245
                                    

Selaras dengan bangunan dari kediaman yang ada, gerbang pun memiliki sentuhan tersendiri yang dapat dikatakan tidaklah biasa. Dengan dikelilingi pula pagar tembok dalam suatu ukiran yang tidaklah diketahui ukiran apa, setidaknya bagi yang melihat akan seketika tahu jikalau pemilik dari kediaman dengan beberapa bangunan dalam cakupan area sama ini pastilah bukan sembarangan orang.

Akan tetapi, kehadiran seseorang dengan rombongan kecilnya saat ini malah terasa mampu menghilangkan aura ketidakbiasaan dari kediaman yang ada. Seakan berpindah pada dirinya yang mengedarkan pandangan untuk kemudian menuruni kuda hitam sembari melebarkan kipas yang dibawanya.

Tidak bisa dipungkiri, wajah rupawan yang dimiliki didukung pula akan penampilan layaknya seorang pelajar kelas atas ini. Siapa memangnya yang tidak akan jatuh hati, bukan? Belum lagi latar belakang yang dimiliki, jelas tidak perlu diragukan lagi.

Pakaian hanfu sutra kehijauan, di bagian pinggang tergantung pula giok putih berbentuk lingkaran dengan ukiran tak biasa yang tidak mungkin akan didapatkan dari penjual-penjual toko apalagi jalanan. Bisa dikatakan, ukiran unik itu sendiri semacam suatu ciri khas yang barangkali menjadi lambang keluarga bangsawan dirinya berada. Pun rambut hitam panjang sepinggang yang dimiliki terkuncir setengah bagian, terikat pula tali pita berwarna senada dengan pakaian yang dikenakan. Sementara untuk usia, harusnya beberapa tahun lebih tua dari Hui Yan sendiri.

"Berapa hari kau berencana akan menginap, Da Lin? Banyak sekali bawaanmu ini."

Pria muda ini pun serta merta menurunkan sedikit wajah rupawannya itu, memberikan sedikit hormat sebagaimana seseorang bertemu dengan orang yang lebih tua. "Paman," sapanya, kembali melemparkan pandangan pada pria yang barangkali berusia diawal 50 tahun dalam balutan hanfu sutra biru muda ini, berkumis dan berjenggot pun seluruh bagian rambut dikuncirnya menjadi cepolan yang ditusuk dengan tusuk konde giok putih. "Semua barang ini adalah hadiah atas kunjungan pertamaku, Paman. Selain itu, sebagian besar disiapkan pula oleh ayahku."

"Aku akan menerimanya jika itu pemberian Perdana Menteri Zhu."

Da Lin seketika tersenyum, mengalihkan pandangannya begitu melihat para pelayan rumah menghampiri. Namun, di antara beberapa pelayan yang ada, entah kenapa ia malah terlihat tertarik pada satu pelayan yang tertunduk ini, tak lain adalah Ji Yu. Yang mana akhirnya, barulah Da Lin mengalihkan pandangan hanya untuk memerhatikan gubuk yang berada tepat di belakang para pelayan ini berdiri.

"Apa mungkin gubuk itu tempat tinggal para pelayan ini?"

"Benar, kenapa kau bertanya?"

"Kenapa tidak ditempatkan di belakang kediaman saja? Setidaknya tidak akan mengganggu pandangan setiap kali tamu datang, juga agar para pelayan tidak menganggap bahwa diri mereka berada di posisi yang sejajar dengan majikan mereka," ucap Da Lin, terkesan menekan dan mengancam ketika pandangan kembali dilemparkan pada Ji Yu yang masih saja menunduk.

Bukan karena takut, melainkan itu adalah aturan bahwa seorang pelayan rendahan tak diizinkan bertemu pandang langsung pada mereka yang merupakan keluarga bangsawan, kecuali telah mendapatkan izin atau perintah langsung.

"Perkataanmu masuk akal, Da Lin, tapi aku juga punya pandangan sendiri untuk membangun gubuk itu tepat di samping bangunan utama. Menyadarkan bahwa mereka tidak akan pernah bisa menjadi setara dengan majikan yang ada."

"Andai aku bisa merekam suara sekaligus mendapatkan foto Sekretaris Kerajaan Liu, pasti akan sangat luar biasa terlebih buat Museum Huanjing. Ini sungguh momen bersejarah untukku, tapi ... kenapa aku merasa Da Lin ini tampak tidak menyukai Ji Yu. Apa aku salah?"

Yang mana seruan seorang wanita terdengar, memanggil ayahnya sembari membawa diri terus melaju mendekat ke area dari halaman di mana Da Lin berada. Tentu, ditemani pula Aching yang seketika memberikan hormatnya pada Da Lin sehormat mungkin.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now