Chapter 65

51 17 96
                                    

Titah telah diserukan sang tuan, pengikut serta merta bergerak menukik. Mempertunjukkan secara lebih jelas lagi bagaimana cakar-cakar serta paruh menajam tersebut siap mencabik-cabik target sasaran yang dititahkan.

Hanya saja, di antara ketiga sasaran ini, kenapa satu di antaranya malah dibiarkan begitu saja? Terus melemparkan pandangan pada sang tuan yang masihlah setia bertengger melayang di atas sana, mendapati akan bagaimana keinginan sang tuan ini untuk mengoyak dan mengeluarkan habis isi dari dada yang menampung degupan pusat dari kehidupannya dengan sangatlah berlebih.

"Jangan sentuh dia!"

Dialihkan sudah pandangan pada Ji Yu, tapi target sasaran tidak akan berubah. Lagian apa yang bisa dua pria itu lakukan di saat kawanan gagak sukses membuat mereka kewalahan, membawa sedikit demi sedikit menjauh dari Hui Yan. Setidaknya jarak telah tercipta, dan saat itu pula kesempatan bagi makhluk kegelapan yang mendiami tubuh Kwan Mei ini tiba.

Bahkan Hui Yan tak lagi heran akan kecepatan dari pergerakan tak tertangkap pandangan ini, tahu-tahu saja makhluk kegelapan itu menghilang sudah dari posisi bertengger di atas sana. Yang mana tahu-tahu pula napas Hui Yan tercekat sudah, netra terbelalak seraya lihatlah akan keberadaan dari kuku-kuku menghitam runcing telah berada pada area lehernya, tatkala musuh menyeringaikan bibir memerah seterang darah ini seraya mempertunjukkan akan bagaimana ia berhasil menyandera Hui Yan, entah itu kepada Tang Yuan ataupun Ji Yu selaku suami dari wanita berdarah bangsawan ini.

"Kalian pikir selama apa kalian bisa bersembunyi dari perisai lemah itu?" Mempererat cekikan, mendekatkan pula wajahnya pada Hui Yan yang setidaknya masihlah mampu bernapas. "Tidakkah lebih baik menyerah saja? Jelas-jelas tahu tidak akan menang, lantas buat apa berusaha? Bukankah itu tindakan bodoh?"

Ji Yu mengarahkan pandangan pada Tang Yuan, memperlihatkan pria tersebut berjuang mempergunakan belati es mata iblis untuk menahan serangan kawanan gagak, perisai pelindung berupa pendaran cahaya kemerahan yang siap kapan saja menghilang dalam kondisi lemah fisiknya saat ini.

"Jangan dengarkan dia, Ji Yu. Aku baik-baik saja, masih mampu melawan dan berjuang," ucapnya penuh keyakinan dan tekad, tapi suara jelas saja goyah seiring akan deruan napasnya yang memberat. "A'MEI! Masih,'kah kau di sana?!" Cairan bening siap meluruh, tapi sejadinya tertahankan.

"Dia sudah tertidur, aku menjadikannya tertidur untuk selamanya. Sekarang! Tubuh ini sepenuhnya milikku, tak akan kubiarkan dia mengambil alih lagi!"

Tertawa-tawa Hui Yan dibuatnya, merasa sangat konyol akan bagaimana roh jahat bernama Mo Shan ini mampu berucap demikian. Padahal tubuh itu adalah milik Kwan Mei, tapi ia malah bertindak seakan Kwan Mei-lah yang selama ini merebut dan mempergunakan tubuhnya. Tidakkah ini lucu? Tidakkah makhluk kegelapan ini bertindak jauh lebih konyol dan tak masuk akal?

Menyedihkan, sangatlah menyedihkan. Jauh lebih menyedihkan dari posisi mereka bertiga yang siap kapan saja meregangkan nyawa, dan Xue Jing sangatlah menyetujui pemikiran Hui Yan ini. Kala di mana Hui Yan menyudahi tawanya, keseriusan pun mengambil alih. "Aku, Liu Hui Yan, sepanjang usiaku hanya satu dosa terbesar yang pernah kulakukan." Air mata meluruh, diarahkan pula pandangan pada Ji Yu. "Yaitu meninggalkan ayahku seorang diri, menjadi anak tak berbakti. Namun, jika waktu kembali membawaku ke saat itu ... aku pun tetap akan pergi, karena itulah keputusanku." Mendesah, kedua tangan yang tersandera ini pun dikepalnya kian mengerat, sembari netra berairnya ini ditajamkan. "Sama seperti keputusanku ... keputusan yang tidak akan membiarkan iblis sepertimu menguasai tubuh Kwan Mei!"

Sinar keunguan mendominasi, terpancar begitulah kuat dari sekujur tubuh Hui Yan yang berakhir terlepas dari sanderaan. Bagi siapa pun yang memaksa untuk membukakan sepasang netra, maka bersiaplah mengalami kebutaan. Kala kawanan gagak musnah sudah, tak lagi perlu bagi Tang Yuan menciptakan perisai untuk berlindung. Namun, bukan berarti segalanya terselesaikan. Apalagi di saat pancaran sinar keunguan ini mulai meredup dan kian meredup, memperlihatkan secara jelas lagi akan bagaimana suatu pertarungan sengit di antara dua wanita berlangsung sudah.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now