Chapter 35

57 21 106
                                    

Mendiamkan diri, sama sekali tak melawan. Gerombolan gagak yang mengerumuni, membola mengelilingi ini pun tak banyak bereaksi selain mengurung dan memutuskan pandangannya dari Yue Ming yang yakinlah berseru memanggil. Namun, Ji Yu tak mampu menangkap seruan tersebut. Kehampaan dan juga dengungan, hanya itu yang memenuhi sepasang indra pendengaran, kala suara hati berucap.

Inikah akhirnya? Akhir dari hidup melelahkan dari sejak dilahirkan sebagai budak. Terkurung dalam tempat yang jauh sekali dari bayangan jikalau akan menewaskan diri sedemikian rupanya, menjadi santapan dari roh jahat. Apakah mungkin inilah hukumannya? Telah menyukai bahkan membawa kabur seseorang yang tak seharusnya ia sukai, membuat kehidupan wanita itu terjerat ketidakberuntungan pula.

"Berhenti berpikir demikian dan cepatlah keluar. Jika terjebak di sini, justru itulah kesialan sesungguhnya dalam hidup Hui Yan, Ji Yu. Apa kau sungguh ingin melihat Hui Yan hidup dan berakhir seperti Xiao Zhi?!"

Air mata seketika meluruh, tapi sesuatu jelas saja bergejolak dalam diri Ji Yu yang menyeka pergi luruhan tersebut. Benar, aku tidak bisa berakhir begitu saja. Jikalau ingin mati, maka aku harus pastikan dahulu Hui Yan keluar dari desa terkutuk ini." Netra terpejam, otak berputar keras. Jika harus menerobos kerumunan gagak, maka tampaknya mustahil. Lihatlah betapa padat dan kokohnya burung-burung ini mengurung, kian pula mempersempit area kosong yang ada.

Namun, jika dipikirkan dan diperhatikan lebih lagi. Asal gagak-gagak ini jelas datang dari cakupan area Hutan Malam Abadi. Lantas, adakah melihat hadirnya burung tersebut dalam hutan tadi? Bukankah hanya suara koakan belaka yang terdengar? Selain itu, burung-burung ini sama sekali tidak menyerang, mencakar apalagi mematuk seperti biasanya. Kala di mana .... Semua pasang mata mereka berkedip pada waktu yang bersamaan, mungkinkah ...? Benar tidaknya, Ji Yu hanya bisa bertaruh. Palsu ... ratusan gagak ini adalah palsu.

Tangan dikepalkan erat, sedangkan sepasang tungkai dibawanya bergerak. Hanya untuk setelahnya memperlihatkan kemustahilan, yang mana dengan mudahnya ia melalui lingkaran kurungan gagak untuk kemudian berlari menggapai uluran tangan Yue Ming, melewati perisai penghalang tepat pada detik-detik terakhir proses penyelesaian penebalan. Menyaksikan pula bagaimana ratusan gagak tersebut menghilang secara ajaibnya, berubah menjadi asap hitam bergabung dalam kepingan udara area terlarang sana.

Pun Ji Yu berusaha mengatur napas, mengontrol pula rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Yang mana Yue Ming, pria ini malahan tertawa-tawa kecil seraya menepuk-nepuk pundak Ji Yu yang kian mengerang kesakitan. Namun, tak membuat kekasih Hui Yan ini marah, melainkan ikutan tertawa tanpa lupa pula mengucapkan terima kasih pastinya.

"Apa setelah ini kau masih berani masuk ke sana?" Alih-alih menjawab, Ji Yu kembali menjatuhkan pandangan pada hutan terlarang tersebut. Mendapati betapa indahnya sinar kemerahan yang terpasang itu, apalagi sinar purnama nan terang saat ini kian mempercantiknya. Hanya saja, kenapa harus yang mendiami hutan tersebut malah makhluk kegelapan. Menghilangkan segala keindahan, terutama keindahan dari malam purnama itu sendiri menjadi suatu mimpi buruk.

"Ji Yu," panggil Yue Ming, membangunkan diri dari duduknya sembari diikuti pula Ji Yu yang barang sejenak saja tak mampu, atau tepatnya tak ingin melepaskan pandangan dari hutan terlarang yang kini bereaksi aneh. "Yue Ming, apa kau tahu situasi apa ini?"

Yue Ming pun menggeleng, sedangkan reaksi berupa percikan cahaya kemerahan dari perisai penghalang kian menguat. Menyilaukan, sukses pula memundurkan langkah dari mereka berdua yang masihlah lekat memerhatikan untuk kemudian terbelalak, membawa langkahan yang ada menjadi larian menjauh.

Namun, terlambat,'kah? Kala sepasang tungkai memaku, napas memberat pun bertingkah seakan baru saja mendapat suatu pukulan keras tepat pada dada. Tak mengherankan pula tungkai yang kokoh tersebut berakhir melemah, bertekuk lutut hanya untuk kemudian menyaksikan pendaran cahaya kemerahan menyelimuti sekujur tubuh, terserap sampai titik di mana gumpalan kehitaman menguasai sepenuhnya pusat dari detak kehidupan mereka yang sontak saja berefek memuntahkan sejumlah cairan merah, hangat nan kental, kala langit sendiri dipenuhi kawanan gagak berkoak-koak riang.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang