Chapter 44

60 17 124
                                    

Pusing melanda, mual tak terhindarkan. Perpindahan macam apa sebenarnya ini? Yang tahu-tahu saja sudah tak lagi mendapati adanya hutan bambu, kala masing-masing dari mereka sempat dibuat kebingungan, di mana dan seberapa jauh jarak kabur tak biasa yang Pak Tua ini berikan. Apakah sekarang sungguhlah benar telah keluar dari cakupan area desa?

Lihatlah semilir angin ini menderukan hamparan ilalang berbunga putih setinggi betis, batang dan daun berwarna kekuningan layaknya rerumputan mati. Selain itu, area ini dikelilingi oleh perbukitan hijau yang seakan hampir menggapai langit. Tatkala Pak Tua yang dengan sempoyongan mulai mengedarkan pandangan sembari napas memburu, memberat pula.

Namun, kenapa reaksi Pak Tua malah seperti ini? Semacam bukan di sini tempat yang seharusnya ia ingin datangi. Yang mana tubuh tuanya tak lagi mampu menahan, memuntahkan sejumlah darah segar kala Ji Yu serta merta menghampiri, memapahnya yang seolah akan segera ambruk.

"Aku tahu kalian sedang berduka, tapi jangan jadikan nyawa teman kalian berakhir sia-sia. Jika ingin menangis, maka menangislah sepuasnya pada tempat yang aman." Pak Tua mengalihkan pandangan pada salah satu bukit, tepatnya bukit tertinggi dari bukit lainnya yang ada. "Kita harus bergerak cepat sebelum A'Gui menemukan kita. Pada saat itu terjadi, aku tidak menjamin bisa melawannya lagi ... energiku hampir habis dan kini butuh meditasi," tambah Pak Tua.

Setiap orang yang tertunduk, termenung dalam tangisan seketika menolehkan pandangan pada Pak Tua. Bertanya-tanya melalui pandangan tersebut, apa benar A'Gui masihlah akan mengejar? Dan meskipun Pak Tua tak berucap apa-apa, tapi melalui sepasang sorot netra pria tua ini, tertampilkan sudah jawaban jikalau mereka tidak akan bisa lepas dari A'Gui. Kala ingatlah kembali, ada sesuatu yang merupakan milik A'Gui kini berada di tangan Pak Tua, atau katakan saja ... Pak Tua mencurinya selama A'Gui disandera tadi.

Jikalau sudah seperti ini, lalu bagaimana bisa masing-masing dari mereka masih mampu bersedih-sedih merasakan duka, bukan? Keadaan, situasi dan kondisi memanglah tidak memungkinkan mereka, atau parahnya lagi tak mengizinkan barang sejenak saja untuk menghormati mendiang yang baru saja berpulang menyusul istri dan anaknya. Belum lagi, tubuh mereka belumlah mendapatkan asupan makanan apa pun selain air yang diberikan Pak Tua dihampir seminggu lamanya mereka tak sadarkan diri oleh serangan kabut. Tidakkah ini terlalu kejam? Dan dengan kondisi tubuh dan suasana hati bercampur aduk inilah, mereka semua berakhir mengikuti jejak Pak Tua yang benarlah mendekati kaki dari bukit tertinggi.

Mendaki dan terus mendaki, kewaspadaan dan kehati-hatian tak lagi mampu dilepaskan barang sejenak saja. Setidaknya hanya itu hal yang bisa dilakukan, entahlah sampai kapan, mungkin sampai ketika telah tiba pada tempat yang Pak Tua ini sangat yakini akan aman. Puncak bukit.

Hanya ... kenapa bukit yang terlihat biasa ini mulai terasa aneh dan begitulah senyap? Sama sekali tak ada suara serangga, decitan burung-burung kecil bahkan sampai seekor semut saja taklah tertangkap penglihatan. Belum lagi angin, jelas-jelas terasa embusan angin menerpa, tapi kenapa dedaunan dari pepohonan bukit nan subur ini malah diam seakan angin sama sekali tak menyentuh.

"Ada perisai pelindung yang kupasang dalam bukit ini, tapi perisai itu sudah sangatlah lemah. Jika A'Gui datang, maka akan sangat mudah baginya menghancurkan," ucap Pak Tua, yang mana bahkan suaranya sendiri terdengar tak begitu jelas. "Namun jangan khawatir, di puncak bukit sana akan sangat aman. A'Gui tidak akan bisa memecahkan mantra pelindung yang ada."

Maka kini jelas sudah, lagian dari sejak datang dan bergabung ke dalam Desa Weiji, kapan memangnya tidak pernah disuguhkan dengan segala keanehan, bukan? Dan sekarang, dua orang teman menghilang sudah, mayat ditinggalkan begitu saja, tak mengucapkan maaf apalagi terima kasih. Yang bisa dilakukan hanyalah kabur, melanjutkan kembali perjalanan yang entah kapan akan mencapai akhir. Tak tahu pula ke depannya akan mengalami kejadian apa lagi, kala nyawa masing-masing dari mereka tidak memiliki cadangan.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang