Chapter 13

93 31 190
                                    

Hari cukuplah terik, sang penguasa siang pun tergantung seakan duduk begitulah mantap di singgasana tertingginya. Semacam kejadian apa pun di bawah sana tidak akan membuat ia beranjak sedikit pun dan akan memilih menonton seraya tersenyum kian melebar. Menjadikan pula seruan jangkrik-jangkrik sebagai peramai suasana atas pertunjukan yang entah apa itu. Namun, sangatlah menyenangkan untuk berlama-lama disaksikan.

Bagaimana tidak, pasalnya sebagai seorang putri bangsawan yang sudah sepatutnya menjaga sikap agar tetap anggun malah kini terlihat sedang asyik memanjat pagar tembok area belakang kediaman rumahnya sendiri. Berusaha pula semampu mungkin hanya untuk kemudian kebingungan harus bagaimana turun ke bawah sana tanpa bantuan tangga atau apa pun, karena memang tembok pagar ini tidaklah begitu tinggi hingga membutuhkan bantuan. Namun, setelah berada di atasnya, kenapa justru terlihat cukuplah tinggi?

"Apa kau benar seorang wanita bangsawan?"

Serta merta, wanita bangsawan yang akan segera menjadi istri Tuan Muda Da Lin ini menoleh ke asal suara. Mendapati Ji Yu malah dengan mudahnya memanjat, bahkan melompat turun semacam pagar tembok ini bukanlah apa-apa.

"Ji Yu, cepat bantu aku turun."

Akan tetapi, pria ini malah terkekeh dan bukannya membantu. Sukses pula mengundang gelak tawa dari burung-burung kecil yang sedang bertengger santai pada sebatang pohon persik. Yang mana Hui Yan sendiri tidaklah terlalu memedulikan burung-burung tersebut karena kendala turunnya ini harus sesegera mungkin diselesaikan, atau jikalau tidak, malah akan ada pelayan rumah yang menangkap dan tak akan mengizinkan ia keluar berkat hari pernikahannya besok.

Bukankah sudah menjadi tradisi? Jikalau seseorang yang akan segera menikah akan dimintai untuk terus-terusan saja berdiam diri di dalam rumah. Bukannya keluyuran keluar, apalagi bersama dengan pria lain pula.

"Melompatlah," pinta Ji Yu kemudian, tepatnya setelah puas mentertawakan Hui Yan. "Percaya padaku, aku tidak mungkin membiarkanmu jatuh."

"Huff ... baiklah, pastikan kau menangkapku dengan baik. Pastikan," tekan Hui Yan, mendapati pria ini tersenyum seraya mengangguk yakin. Yang mana Hui Yan sendiri berakhir memejamkan sepasang mata sembari membawa tubuhnya benar-benar melompat turun seakan sedang terbang bersamaan dengan dedaunan kering yang lepas dari pohon persik.

Herannya, kenapa pula burung-burung kecil ataupun jangkrik-jangkrik begitulah diam? Apa sebegitu tegangnya mereka akan situasi saat ini? Ataukah barangkali terpesona akan kecantikan Hui Yan yang diterpa tiupan angin? Di mana rambut sebagian yang tergerai memanjang menutupi punggung itu tersibak nan indah, berkilau kehitaman menunjukkan betapa terawatnya rambut itu sendiri.

Jikalau bukan itu alasannya, lantas hewan-hewan itu justru iri, 'kah? Tepatnya iri pada Ji Yu yang menjadi sosok penangkap, menggendong mantap wanita memesona ini. "Ayo pergi, mari kita habiskan waktu bersama." Barulah wanita memesona ini membuka kembali sepasang matanya, mendapati Ji Yu masihlah tersenyum manis pun hangat. "Jika putri bangsawan lainnya melihat sikapmu barusan, kau sudah pasti dicoret dari kelompok mereka," godanya seraya menurunkan Hui Yan dengan hati-hatinya.

"Baguslah, aku memang menginginkan gelar bangsawan itu sendiri dihapuskan," timpal Hui Yan, bahkan menyunggingkan senyuman yang mampu memancarkan sebuah ketulusan di balik sepasang mata yang ikut pula tersenyum. "Ayo, pergi dan nikmati waktu ini," ucapnya lagi seraya menerima uluran tangan Ji Yu, dan berakhir sudah sepasang kekasih ini menelusuri jalanan yang barangkali akan menjadi jalanan terakhir bagi mereka untuk mampu bergerak sesantai ini.

Lantas, ke mana sekiranya mereka akan menghabiskan waktu bersama? Atau barangkali inilah yang disebut kencan? Tepatnya kencan ala-ala zaman dulu seperti yang dipahami Xue Jing dan He Ting yang diam-diam pula akan menanti seperti apa jadinya kencan di kala zaman ini.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now