Chapter 7

168 46 250
                                    

Kegelapan, segala yang ada di sekitar hanyalah kegelapan sejauh atau seberusaha apa pun melempar pandangan. Tidak tahu pasti apakah berada di luar atau dalam dari suatu ruangan, karena satu hal yang dapat tertangkap penglihatan atau barangkali satu-satunya sumber pencahayaan yang ada. Cahaya yang menyorot tepat di atas kepala, layaknya sedang berdiri di panggung saja.

Tidak mungkin ini masih di ruang penyimpanan Museum Huanjing, bukan? Yang mana cucu pemiliknya saja tampak kebingungan kini, melangkah selangkah saja seakan enggan.

"He Ting, menurutmu kita sedang di mana?" Dan gelengan yang menjadi jawaban Xue Jing. Yang mana detik berikutnya, suara-suara aneh mulai berdatangan memenuhi tempat aneh ini semacam orang-orang sedang berucap atau mengobrol.

Namun, siapa dan apa tepatnya yang dibicarakan terdengar begitulah tidak jelas. Sampai pada akhirnya cahaya sorot ini bertingkah aneh, kian menerang dan menerang hingga menelan habis. Pun suara-suara yang tertangkap pendengaran barulah mulai terdengar jelas, dan terasa sangatlah nyata seakan suara ini berucap tepat di telinga.

"Xiaojie ... Xiaojie bangunlah, Xiaojie!"

Yang dipanggil pun serta merta membuka sepasang mata terpejam, mendapati seorang gadis muda yang barangkali belumlah menginjak usia 20 tahun ini mengambil semacam kain sulaman sutra merah untuk ditempatkan kemudian pada keranjang yang dipenuhi warna-warni benang, tepat didekat dari pinggiran jendela berembuskan keluar masuk angin yang menerpa ini.

"Aching, kenapa kau begitu berisik?"

"Aching? Siapa Aching? Gadis muda berpakaian dan berpenampilan aneh ini?"

"Xiaojie, apa kau lupa hari ini tunanganmu akan berkunjung?"

"Tunangan ...? Apa-apaan ini? Tepatnya aku sedang berada di mana?"

"Ahh ... Zhu Da Lin? Maaf, aku hampir saja lupa akan hal itu, Aching."

"Tidak bisa, kau harus segera berdandan rapi, Hui Yan Xiaojie."

"Hui Yan? Apa barusan, gadis bernama Aching ini memanggilku Hui Yan?"

Aching pun segera membantu nona mudanya ini bangun dari duduk nyaman nan santai hanya untuk membawa ke sisi lain ruangan bergayakan tidaklah modern. Katakan saja, mulai dari setiap bangunan, pintu, jendela bahkan lantai segalanya dibuat secara natural alias dari jenis kayu-kayu yang tidaklah diketahui jenis pastinya apa. Yang jelas, bambu tidak bisa terlewatkan. Seakan bambu adalah ciri khas paling melekat, menjadikan ruangan ini sendiri terlihat asri nan sejuk dipandang atau ditempati.

Tidak banyak pula hiasan yang terpajang, tapi terdapat beberapa tanaman hias tanpa bunga dalam pot putih polos yang barangkali saja porselen. Setidaknya hal itu menunjukkan jikalau pemilik dari ruangan ini memiliki selera sederhana, tanpa melupakan kemewahan dari nilai yang ada.

Belum lagi ruangan ini memiliki cukup banyak pintu yang dijadikan sebagai sekat antar ruangan, di mana Aching kini membawa ke dalam suatu ruangan layaknya kamar tidur. Sibuk pula mengganti pun merapikan hanfu merah muda yang dikenakan Hui Yan untuk kemudian mendudukkan nona mudanya ini pada kursi meja rias.

"Kau terlihat begitulah bersemangat, apa segitu bahagianya melihatku yang akan segera menikah?"

"Aku sudah melayanimu sejak kita masih kecil, tentu aku sangat senang melihat kau akan menikah, Xiaojie."

"Kau tahu aku tidak menyukai Da Lin, bagaimana bisa kau senang?"

"Xiaojie, itu karena Da Lin Shaoye adalah pria idaman di kota Wanjiang ini, juga berasal dari keluarga terhormat. Selain itu, dia terkenal akan ketampanan dan sikap ramahnya. Tentu kau akan menyukainya seiring berjalannya waktu," ucap Aching penuh semangat, tersenyum-senyum penuh keterpukauan seolah dirinya yang justru akan menikah.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now