Chapter 43

52 17 119
                                    

Pak Tua tak lagi berdiam diri, tapi sepasang netra menyaksikan ini tak mampu menangkap jelas bagaimana pria tua itu mampu bergerak dengan begitu dan teramat cepatnya. Tiba-tiba saja telah berada di hadapan Azhuang, menghalangi seraya berseru meminta Ji Yu dan Yue Ming untuk membawa pria menyedihkan ini sesegera mungkin menjauh.

"Kau benar-benar ingin bertarung denganku? Lewat tubuh tua dan lemahmu itu?" Menggeleng-geleng meremehkan, A'Gui bahkan bersila tangan menunjukkan betapa santainya ia tanpa sedikit pun merasa khawatir apalagi ketakutan. "Baiklah, kau bisa mulai duluan mengingat hubungan kita di masa-masa lalu."

Sementara Pak Tua, sama sekali tidak berucap apa-apa. Namun, melihat dari gerak-gerik yang ada, A'Gui mampu menebak jikalau jawaban atas pertanyaannya tadi adalah 'iya'. Lihatlah bagaimana Pak Tua bereaksi, menggigit jari telunjuk kanan untuk kemudian melemparkan darah tersebut ke udara. Pun dalam sekejap, yang mana sudah pasti hal ini bukan lagi kebetulan.

Langit cerah nan biru hilang sudah, tergantikan oleh kegelapan yang tak bisa disamakan dengan kegelapan malam. Kala pusaran angin ikut serta di dalamnya, mengundang hadirnya gemuruh bahkan sambaran petir terlihat begitu jelas berkelebatan. Seolah inilah cambuk langit yang sedang mengamuk liar. Lantas, Pak Tua ini ... sekuat apa sebenarnya ia? Dan jenis serangan seperti apa pula yang akan ia keluarkan kala kedua tangan kembali dilebarkan, cahaya merah kehitaman pun terpancarkan sudah dari tangan kanan kosongnya, seperti ... mungkinkah akan membentuk suatu benda?

"Sudah lama pedang ini tak merasakan darah," ucapnya mengagumi, menyentuh sepanjang bilahan pedang yang berukiran lima kuncup bunga ini dengan netra mengintimidasi. "Pasti sangat haus sekarang," lanjutnya, tersenyum licik semacam ia-lah yang sebenarnya haus akan darah, bukan pedangnya. Yang mana barangkali ucapannya hanya suatu alasan belaka.

Mungkinkah, aura pembunuh yang tertekan dalam tubuhnya terbangitkan kembali kini? Karena tampak memanglah begitu, lihatlah bagaimana sekujur tubuh tuanya itu mulai menguarkan asap-asap merah kehitaman pula. Menari-nari semacam merasakan kembali kebebasan, kala Pak Tua berakhir mengentakkan sebelah kakinya untuk kemudian mendatangkan suatu getaran dari dalam permukaan tanah pijakan yang ada.

A'Gui yang bersila tangan santai, serta merta menyudahi. Menitahkan tiga penjaga desa pengikutnya untuk waspada, ataukah barangkali tidak?

Pasalnya, tiga penjaga desa mulai membentuk suatu formasi yang tak begitu dipahami buat apa. Yang pasti, pergerakan aneh mereka sukses membawa A'Gui melayangkan tubuh berbalutkan jubah kemerahannya pada ketinggian tertentu. Pun lihatlah bagaimana petir tak sama sekali berani mendekat, kala A'Gui, pemimpin penjaga desa ini juga ikut mengeluarkan pedang. Hanya saja, cara yang dilakukan tampak cukuplah menyakitkan. Kala pedang entah bagaimana justru tersimpan dalam tubuhnya, tertarik paksa dari dada A'Gui yang mengerang.

Namun, apa ini? Pedang yang serupa sekali dengan Pak Tua, seakan pedang tersebut tak lain adalah pasangan. Ataukah kembar?

Meskipun begitu, tak menutup kemungkinan jikalau pedang milik A'Gui lebih terlihat mewah dan kuat. Bahkan energi pembunuh dan aura kegelapan lebih terasa kental, mungkinkah karena efek ia masihlah aktif menjadi penjaga desa? Ataukah memang ia lebih kuat dari Pak Tua? Entahlah, kala lihatlah A'Gui sekarang, menyalurkan sejumlah energi terang kemerahan pada pedangnya. Yang mana perhatikanlah pula, bagaimana kuncup bunga yang terukir mulai bermekaran memancarkan cahaya kemerahan untuk kemudian dihantamkan langsung pada pusaran angin ciptaan Pak Tua.

BOOM!!!

Pekak, berdenging pula pendengaran ini. Ji Yu terus berusaha memaksa sepasang netranya untuk tetap terbuka, memandangi kekasihnya, Hui Yan, sekiranya baik-baik saja atau tidak tanpa melepaskan Azhuang yang masihlah labil emosinya. Setidaknya beruntung langit taklah runtuh berkat ledakan dahsyat barusan, bahkan pusaran angin hilang sudah. Namun, bukan berarti kilatan petir ataupun pertarungan berakhir sudah. Malahan ... ranting-ranting bambu yang meruncing bermunculan, berterbangan cepat menghunjam keempat penjaga desa yang menghindar dengan mudahnya. Semacam pandangan dari pasang netra nyala kemerahan mereka mampu melihat dalam suatu perlambatan.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now