Chapter 59

58 15 98
                                    

Angin berembus, begitu pula dengan Tang Yuan yang ikut mengembuskan napasnya sembari sepasang daun telinga tak lagi berkedut. Meskipun tak tahu pasti maksud dari embusan napasnya ini apa, tapi kalau melihat dari sorot sepasang netra menajam itu sendiri mampu terlihat jikalau ia, Tang Yuan, memberitahukan bahwa di hadapan mereka kini tak dihadiri musuh.

Oleh karenanya, ia mulai membawa sepasang tungkai kembali bergerak maju, memimpin mereka bertiga yang mau tau mau ikut pula menerobos, membelah ketebalan kabut memerah yang seakan gumpalan awan ini dengan kewaspadaan kian ditinggikan. Yang mana sebenarnya, Ji Yu dan Hui Yan, termasuk pula Kwan Mei kurang setuju akan keputusan ini. Kala tujuan mereka yang sebenarnya adalah Hutan Malam Abadi, bukanlah rumah warga yang jelas saja telah tertidur. Atau barangkali telah terkena mantra untuk tak sadarkan diri hingga pagi menjelang nanti.

Siapa yang tahu apa kebenarannya, bukan? Karena purnama saat ini begitu dan teramatlah spesial untuk diizinkan bagi orang lain menyaksikan, belum lagi jikalau ada kemungkinan lainnya. Seperti misalnya, perisai yang memenjarakan desa melemah sudah, setidaknya hal itu memampukan sejumlah warga untuk kabur ataupun menerobos pergi, bukan? Dan tentu hal tersebut tidak akan menguntungkan Mo Shan, selaku pemangsa.

Namun, mari singkirkan dahulu pemikiran yang ada, termasuk keinginan Tang Yuan yang entah kenapa pula ingin kemari. Kala di mana Ji Yu mulai menghentikan langkahnya, mengedarkan pandangan tanpa mengurangi sedikit pun kewaspadaan, atau tepatnya tak mampu barang sejenak saja.

"Ada apa?" tanya Tang Yuan, mengikuti arah edaran Ji Yu. "Kau merasakan sesuatu?"

Akan tetapi, yang ditanya malah bertingkah seperti tak mendengar sama sekali. Justru kegelisahan-lah yang dirasakan, kala lihatlah bagaimana keningnya mulai berkerut, pun sepasang netra dibiarkan memicing. Dan saat di mana semilir angin menerobos, Ji Yu serta merta menutupi penghidunya yang seakan menangkap aroma tak menyedapkan. "Ada yang aneh dengan tempat ini." Barulah kemudian mengalihkan pandangan pada Tang Yuan. "Terasa seperti tidak ada aura kehidupan."

Keheningan serta merta melanda, embusan demi embusan napas penuh kegelisahan-lah yang tertangkap pendengaran. Tanpa mereka sadari pula akan bagaimana reaksi tubuh mulai saling membelakangi, mundur untuk kemudian berkumpul ke dalam satu titik. Dan benar saja ... seperti yang disampaikan Ji Yu, area rumah warga desa ini sangatlah tak biasa. Kala di mana terasa sangatlah kuat suatu tekanan dari aura kematian.

KWAK! KWAK! KWAK!

Kawanan gagak lagi,'kah? Menengadah, tapi tak mampu menangkap apa pun. Ketebalan kabut ini sungguhlah sangat tak menguntungkan, mengharuskan mereka suka tidak suka haruslah mulai menajamkan pendengaran ketimbang penglihatan. Kala kini koakan tak lagi ada, melainkan sekelebat bayangan seakan melewati mereka yang mulai panik. Lantas, kawanan gagak,'kah sekelebat bayangan berseliweran ini?

"Bagaimana jika bermain-main denganku?"

Tidak! Sepertinya memang bukan kawanan gagak, melainkan ... seseorang. Hanya saja, kemampuan bergerak yang secepat ini sungguhlah di atas rata-rata. Bahkan jauh lebih cepat dari pergerakan Pak Tua.

"Lemah! Sangat lemah! Apa kalian pikir bisa memusnahkan kami?! HA HA HA HA HA HA HA ...! Anak-anak memang hanya anak-anak, sungguh konyol!"

"Siapa? Kaukah itu, A'Gui?!"

"Tebaklah, aku suka bermain-main ... Tang Yuan, pengkhianat!"

"Seorang pembunuh dan makhluk kejam sepertimu tidak pantas meneriakinya!" sahut Kwan Mei, geram melingkupi suaranya.

"Kalian pun sama, pembunuh layaknya diriku. Jadi tidak perlu menganggap diri kalian yang paling benar."

Dua, kini dua bayangan berkelebatan, mengelilingi mereka dalam suara tawa yang menyakitkan telinga. Bahkan gagak-gagak yang tak terlihat kembali menyuarakan suara nan menyebalkannya, bergema seakan menertawakan. Sontak, entah karena kebetulan saja atau memang sudah diatur. Bulan berdarah, tertutupi sudah oleh awan. Mengharuskan Kwan Mei menciptakan perisai, melingkupi mereka semua dalam pendar cahaya putih kebiruan energi khas miliknya ini.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Where stories live. Discover now