Selenophile🍃F6

696 40 3
                                    

Kehilangan seseorang yang tidak mengharagaimu bukanlah sebuah kerugian

Jihan Haneula Siregar
🍃❤________❤🍃

Jihan terisak dibawah guyuran air hujan. Beberapa jam yang lalu Sam menyuruhnya untuk keluar dari toilet tapi ia menolak. Perkataan Arkie tadi sangat jelas menampar Jihan yang tadinya butah akan Arkie yang ternyata pura-pura.

"Karena gue kasihan sama lo jadi gue pura-pura suka sama lo."

Bayang- bayang itu masih membekas di fikiran Jihan, ia meruntuki kebodohannya sendiri karena terlalu mencintai Arkie. Demi apapun dia sangat menyesal, dulu ucapan Sam hanya ia hiraukan. Tapi sekarang ini semuanya seakan memang benar.

"Akhhh, kenapa sih semuanya jadi kaya gini?!"

Sam terduduk bosan di kamar Jihan, ia bangkit mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali sampai suara isakan adiknya berhenti. Jihan membuka pintu tubuhnya yang basah kuyup, dan matanya yang bengkak karena terus menerus menangis. Sam tidak tega melihatnya ia mendekap tubuh mungil itu lalu memberi semangat untuk Jihan.

"Adik abang tersayang nggak boleh nangis, nanti jelek. Gue udah masak nasi goreng buat makan siang kita. Lo mandi dulu yah, gue tungguin disini."

Jihan menghapus air matanya, dia melepaskan pelukan Sam dan masuk ke kamar mandi. Suara bel berbunyi nyaring, Sam melangkah keluar kamar Jihan dan membukakanya. Dua orang cewek tersenyum menatap Sam yang menyapanya dengan hangat.

"Ka bolehin kita ketemu Jihan yah? Gue sama Seyna sampe bolos buat ikutin Jihan pulang."

"Iyah boleh ayok masuk."

Mereka tersenyum mengucapkan rasa terimakasih dan berjalan menaiki tangga mengikuti Sam dari belakang. Hingga memasuki kamar Jihan yang begitu bersih. Seyna duduk merasakan sakit ketika melihat Jihan yang baru saja keluar pintu toilet.

"Sorry yah jadi pada ikut bolos. Pasti nanti besok kita dihukum."

Jihan tersenyum paksa, ia memeluk kedua sahabatnya yang ikut menitikan air mata. Sam mencibir ia melihatnya muak, rada alay. Sadar saat Jihan baru saja terkena musibah, Sam harus kuat melihat adegan seperti ini.

"Kita bakal nginep dirumah lo Han, besok kita berangkat bareng. Lo nggak boleh nangis lagi."

"Makasih Kane sayang, Sey maap yah ngerepotin."

"Nggak apa-apa Han, mending sekarang lo makan dulu gih. Kasihan ka Sam udah nungguin dari tadi. Ouh iyh gue sama Kane nggak bawa baju ganti, boleh lah kita pinjem." Ujar Seyna mengedipkan sebelah matanya menatap Jihan yang tertawa.

"Iyh ambil aja di lemari, gue kebawah dulu yah makan sama Abang. Lo diem-diem aja disini."

"Siap nyonya." Ujar keduanya dengan kompak. Jihan menuruni tangga dengan Sam. Mereka duduk saling menghadap di meja makan. Kemarin Tania sempat pulang sebentar, dan pergi lagi karena urusan mendadak. Jihan hanya menanggapinya dengan senyuman terpaksa.

🍃🍃

Duduk termenung dibalkon, bersyukur kedua orangtuanya tidak ada dirumah. Jadi Arkie tidak perlu susah-susah menjelaskan kenapa ia sudah pulang kerumah. Acara disekolahan pun mendadak rusak karena perbincangan panas tadi dengan Jihan. Untung Nata, Jean dan yang lain mau membantunya.

"BAJINGAN! LO LEBIH BUSUK DARI PADA GUE KA. KALAU NGGAK CINTA SAMA GUE BILANG DARI AWAL. NGGAK USAH PURA- PURA APALAGI KASIHAN KARENA GUE NGGAK BUTUH."

Suara lantang Jihan terdengar nyilu di hati Arkie. Semua yang ia bicarakan tadi hanya pura-pura. Sejujurnya Arkie sangat menyayangi gadis itu, ia hanya mencoba membuat Jihan membenci Arkie dengan cara seperti itu. Mungkin sebentar lagi Jihan juga aka menjauh dan melepas komunikasinya dengan Arkie.

Suara ketukan pintu terdengar jelas, Arkie tetap diam. Ia mengerti siapa orang di balik pintu itu, jelas bukan kedua orang tuanya. Vanya masuk kedalam kamar Arkie, setelah tadi menampar Arkie ia merasa bersalah dan menyusulnya pulang kerumah. Ia melangkah duduk disamping laki-laki yang sedang menatap lurus kedepan.

"Maaf Bang gue terbawa emosi tadi pagi, habis gue dongkol sama lo yang kurang ajar."

Arkie tersenyum manis ia mengacak rambut Vanya pelan, mau bagaimanapun ia berhak mendapat tamparan itu dari Vanya. Jelas-jelas Arkie tidak salah di masalah ini.

"Nggak apa-apa Van, gue paham. Sini peluk." Dengan senyuman yang manis Vanya mendekap dalam pelukan Arkie. Ia sangat menyayangi Kaka nya ini lebih dari apapun. Perihal Jihan yang menyebutnya sebagai benalu, ia terima saja. Dari dulu ketika ia masih smp juga banyak yang membicarakan Vanya seperti itu. Ia tidak peduli selagi Arkie selalu menjaganya.

"Van."panggil Arkie menatap Vanya

"Iyah kenapa? Seharusnya gue bilang sama Jihan dari dulu tentang hubungan kita. Gue juga yakin lo bohong kan sama perkataan lo tadi dilapangan?
"

Arkie menghela napas berat." Iya Van, karena gue bukan kaka kandung lo."

Vanya mendongak ia memukul dada bidang Arkie, kenapa laki-laki ini jadi berbicara ngawur. Apa ini karena efek patah hati yang sebenaranya? Arkie jadi gila?

"Maksud lo?"

"Lo tauh alesan gue putusin Jihan?" Vanya menggeleng, merasa ada yang janggal ketika Arkie berbicara seperti itu.

"Dia itu adik kandung gue. Jadi Sam, Jihan dan gue sodaraan. Semalem Mama Tania kesini, cerita semuanya tentang gue yang di bawah Ayah dan hidup sama Bunda. Sabtu depan gue bakal pindah Van."

"Apaan sih nggak boleh gitu dong, lo itu kaka kandung gue bang. Gue nggak izinin lo itu pergi sama Mama. Lo janji sama gue selalu jagain, mana janji lo? Lo ingkar janji kalau gitu?" Tangisan Vanya pecah, gadis itu menangis tersendu-sendu dalam pelukan Arkie. Dari dulu Vanya tidak mengerti masalah ini, semalam ia juga sudah tertidur karena kelelahan. Jadi ia tidak mendengar jelas percakapan keluarganya.

"Van lo harus terima, Mama minta gue buat tinggal bareng sama mereka. Kalau lo nggak izinin, sama aja lo bikin gue menderita."

"Tapi kan nanti lo nggak ketemu gue lagi. Lo bakal dempelan sama jihan terus, lo tauh kan gue suka sama Sam?"

Arkie menganguk pelan." Gue janji bakal dateng kerumah satu minggu satu kali, bila perlu lo yang main kerumah Mama."

Vanya menggeleng, ia menghapus air matanya." Emang lo langsung move on sama Jihan?"

"Gue usahain." Balas Arkie memejamkan matanya rapat-rapat.

"Rasanya masih kaya mimpi ya ka, gue ternyata nggak punya kaka, kalau aja dulu Ayah nggak bawa lo kerumah mungkin gue kesepian. Walaupun rasa nyesel, gue tetep bersyukur dan makasih atas semuanya."

Sejak dulu mereka memang selalu dekat, lebih tepatnya Vanya yang selalu menempel pada Arkie. Saat SMP Arkie sedikit risih, karena ia mempunyai pacar dan pacarnya cemburu pada Vanya. Arkie terus terang bicara pada Vanya agar bisa menjaga jarak, namun yang ada cewek itu menurut. Seminggu kemudian Vanya sakit karena kurangnya perhatian dari Arkie. Semenjak itu Arkie tidak pernah meninggalkannya lagi.

"Gue lebih kecewa lagi kenapa harus Jihan yang jadi adik gue? Kenapa nggak orang lain aja Van?"

--------🍃🍃

SELENOPHILE🍃|| TAMAT||Where stories live. Discover now