Selenophile🍃H8

692 33 1
                                    

Aku hanya ingin mempunyai hubungan
Yang tidak pernah berakhir

Mikael Lansaldon Arkiesna Ares
🍃❤_________❤🍃

Emosi Jihan meningkat giginya saling bergesek, buku-buku jarinya memutih. Menandakan cewek itu benar-benar marah. Dan ingin menghabisi keempat perempuan tadi.

"Lo iri sama gue yang bisa dapetin semuanya? Sedangkan lo sendiri? Cuma bisa diem-diem suka. Nggak berani ngungkapin perasaan lo sendiri, jadi pengecut aja! Kalau suka sama seseorang itu harus berani ngungkapin! Jangan cuma di pendem dan berakhir begitu aja."

Salah satu cewek yang berdandan menor itu menoyor kepala Jihan kuat-kuat." Kita nggak bilang sama seseorang yang kita suka itu karena sadar diri, sadar sama apa yang kita punya. Nggak kaya lo, suka sama Ka Arkie nggak sadar, padahal ka Arkie suka sama lo karena kasihan dan terpaksa. Kasihan banget yah!"

Seluruh penjuru kantin menertawakan Jihan yang hanya diam tak berkutik. Keempat cewek itu tersenyum sinis dan angkuh. Seakan memang benar adanya kalau yang dibicarakan mereka.

"Kenapa diem ngerasa jadi cewek murahan, karena terlalu mengejar? Atau emang yang dibilang sama bu Yuyuk itu juga bener kalau lo itu jalang kelas atas? Parah sih!'

Plak

"Jaga mulut kotor lo sialan! Lo iri kan karena nggak bisa bersaing sama gue? Jadi cewek tuh dijaga ucapannya. Menjijikan!"

"Han udah yuk pergi gue beliin es krim." Suara lembut Sean menarik perhatian semuanya. Jihan tertegun, bahkan Arkie hanya menatap kosong. Tanpa berniat membantunya dari para cabe itu. Kenapa harus Sean? Padahal ia berharap kalau Arkie yang menolong dan menjauhkan nya dari mereka.

Setelah kepergian Jihan, Arkie bangkit menatap tajam keempat adik kelasnya yang menunduk takut karena melihat Arkie.

"Kenapa diem? Tadi sama Jihan aja lo teriak-teriak dengan lantang, bilang dia murahan, segala hal lo caci sama dia. Lari kelapangan 500 kali sampe bel pulang berbunyi. Kalau kalian berusaha kabur, siap-siap besok angkat kaki dari sekolahan ini."

Arkie pergi dengan Sam dan Reynand serta lainnya. Keempat gadis itu saling menyalahkan, mereka tidak mengira kalau Arkie akan menghukumnya seberat itu. Jangankan 500 kali, Pak Hasan kalau menyuruh lari 10kali dilapangan saja mereka menolak keras. Sedangkan Arkie dengan mudah berkata 500 kali, bisa jadi mereka akan mati karena kelelahan. Ini murni kesalahan mereka.

Sean membawa Jihan di taman. Mereka duduk berdua, mentapa lekat satu sama lain. Yang Jihan inginkan Arkie menolongnya, bukan Sean.

"Makasih ka, lain kali nggak usah. Gue belum selesai sama sih Nela dan antek-anteknya. Nanti mereka pikir gue lemah."

"Buat apa sih Han gitu? Yang ada nanti lo semakin rendah dimata mereka. Gue lihat lo digituin sama Arkie aja nggak rela, apalagi orang lain yang bukan siapa-siapa lo!"

Jihan mengangguk mengerti kalau diteruskan seperti ini Sean akan semakin menyukainya. Dan berharap besar pada Jihan untuk diterima. Apalagi status Jihan sekarang sendiri tanpa pacar, rasa untuk menolak sepertinya sulit.

"Besok kita kan camping, kelas X sama Xl di gabungin, bebas mau duduk sama siapa aja. Kalau gue mau duduk sama lo boleh nggak? Seyna udah bilang sama gue kalau nanti kita satu bus sama angota OSIS. Soalnya Kane ngotot harus duduk sama Jean. Lo nggak keberatan ka Han?"

"Boleh tuh, nanti malem gue juga sama temen-temen mau nyari perlengkapan yang kurang. Sey sama Kane mau berangkat bareng. Nanti kita kumpul di parkiran aja besok."

"Iya Han, kemarin Danu bilang ternyata lo sama Sam kaka adik? Kenapa gue baru tauh?"

"Iyah karena males aja gitu."

"Kalau besok Sam atau Arkie duduk sama lo gimana?" Tanya Sean masih setia menatap Jihan dari samping.

Jihan menghela napas." Yah gue tinggal bilang mau duduk sama lo. Gitu aja ribet."

Sean mengulum senyum, baru saja ingin menghapus perasaanya pada Jihan. Sedetik cewek itu sudah putus dengan Arkie. Sebenarnya ia tidak rela ketika mendengar Danu bercerita tentang Jihan yang dikatai perempuan murahan oleh Arkie. Dan lebih mengejutkannya cowok itu hanya pura-pura menyukai Jihan.

Satria berjalan mondar-mandir mencari Sean yang lenyap dengan Jihan. Ia mengatur nafasnya, bertanya pada salah satu adik kelas dan cewek berponi itu memberitahukan bahwa Sean berada pada taman dengan Jihan. Dengan langkah lebar ia mengejutkan keduanya.

Dor

"Setan! Ihh ka Satria gue kaget bego!" Ujar Jihan memukul lengan Satria yang meringis kesakitan.

"Yah sorry Han, takut gangu tadinya."

"Lo pikir ini nggak gangu?" Tanya Sean sengit moodnya untuk berduaan dengan Jihan terpotong karena kedatangan makhluk halus ini.

"Keparat lo! Tadi bokap lo kesini dia masuk ruang bk, lo dipanggil kesana sekarang."

Sean mengernyit ia berpikir kenapa papanya datang kesekolah? Padahal Sean tidak melakukan kesalahan. Atau jangan-jangan papanya akan memindahkan sekolah Sean keluar negri? Atau bertukar pelajar? Tapi Sean hanya Murid dengan kapasitas minim ragu jika benar karena hal itu.

"Perasaan gue nggak bikin masalah deh, kenapa dia pake acara kesini?"

"He dugong lo pikir tawuran kemarin di depan SMA ini nggak kelihat sama bu yuyuk? Dia lihat bego! Sama Pak Nirman juga. Cuman mereka berdua diem."

Jihan memutar bola matanya malas, Sean terlihat seperti orang dungo yang tiba-tiba tidak mengerti sesuatu. Lebih jelasnya sih orang tolol.

"Yah udah kuy cabut, paling bentar lagi nyokap lo juga dateng kesini." Ajak Sean yang bangkit dari duduknya.

Sean bangkit menarik tangan jihan pergi dari tempat itu diikuti oleh Satria dibelakangnya. Setelah mengantar Jihan masu kelas, ia melihat perempuan paruh bayah berjalan ke arahnya dengan tatapan tajam seakan membunuh. Siapa lagi kalau bukan Mamanya Satria.

"Siang Tante, cari satria?"

"Sean, Tante juga melihatnya dia dibelakang kamu." Ujar Indi-Mama Sean yang terlihat kesal. Satria tersenyum kecut, ia keluar dari persembunyiannya dari balik punggung Sean.

Bukan hanya Mama Satria, orang tua dari, Danu, Abi, Arkhan, Mario dan Revan juga semuanya sudah masuk di ruang Bk. Mereka masuk di sambut hangat oleh Bu yuyuk dan lainnya. Sean menghela napas berat, ketika tatapan matanya beradu dengan Haris papanya. Ia menelan ludahnya bulat-bulat.

"Selamat siang bapak ibu yang terhormat, Panggilan untuk orang tua murid kali ini masih sama saja dengan sebelumnya. Tentang Tawuran yanh dilakukan antar sekolah, yang saya sendiri tidak mengerti."

"Kami sudah berusaha untuk memarahi anak kami bu, tapi tidak ada hasil." Ujar Indi mama Satria."

Bu Yuyuk tampak frustasi mendengar wali murid berbicara seperti tadi. Jika kedua orangtuanya saja tidak berhasil mendidik anak-anaknya
Bagaiman dengan ia sendiri yang bertugas hanya seorang guru? Pasti yang ada mereka hanya mengangap ucapan bu yuyuk sebagai angin saja.

SELENOPHILE🍃|| TAMAT||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang