Selenophile V22🍃

864 33 0
                                    

Jangankan untuk di cintai
Berharap tidak ada yang membenci saja
Sudah lebih cukup

_🌼Nan_

Jihan terbangun saat lukanya sudah di jahit oleh dokter. Mata Jiha perlahan terbuka, Sean orang pertama yang dia lihat. Terlihat tatapanya begitu khawathir dan cemas. Jihan bersender pada dinding ranjang, ia tersenyum menatap Sean.

"Maaf bikin ka Sean khawatir. Maaf juga karena udah ngerepotin," bisik Jihan dengan pelan. Kepalanya terasa pening ia melirik jam yang menunjukan pukul 10.00 pagi istirahat baru dimulai.

"Kenapa bisa luka kaya gini sih Han? Lo berantem sama Arkie? Dia udah apain lo?"

"Gue nggak berantem ka, tadi kepleset pas mau naik tangga karena gue bawa buku banyak jadi jatuh. Lo sendiri ngapain disini?"

Sean berdecak saat mendengar Jihan berkata seperti itu. Sudah jelas ia di UKS menemani Jihan saat pingsan tadi. Tapi kenapa cewek ini justru tidak peka? Apa memang dari dulu Jihan seperti itu. Semua hal yang Sean lakukan semata-mata karena menyukai Jihan, dan berniat menjaga gadis itu dari orang lain.

"Bego lo! Jelas-jelas disini gue nemenin lo yang pingsan dari tadi, dasar nyebelin!" Sean menyentil jidat Jihan pelan. Gadis itu meringis dan mengusapnya pelan. Sean menyodorkan makanan pada Jihan, Jihan menerimanya dengan baik.

"Makasih ka Sean baik deh," jawab Jihan terkekeh ia memakan pemberian dari Sean, satu mangkuk bubur ayam dan air mineral.

Sean memandangi wajah jihan yang sedang makan. Entah kenapa saat Sean melihat Jihan langsung tersenyum, gadis itu membawa pengaruh baik untuk dirinya. Bahkan Danu dan yang lainya pun bingung karena melihat sifat Sean yang berubah.

Mulai dari berangkat sekolah tepat waktu, tidak merokok, selalu mengikuti pelajaran di kelas. Membantu guru dan masih banyak lainnya. Guru-guru yang mengajar Sean menatapnya bingung, seakan sosok di depannya bukan Sean. Bahkan Sean mendapatkan nilai 100 di bahasa indonesia saat ujian kemarin.

Sean sekarang menurut dan sudah berubah hanya karena Jihan. Padahal Jihan tidak pernah menyuruh Sean untuk melakukan semua hal itu. Sean di kendalikan oleh cintanya pada Jihan.

"Pulang nanti gue jemput,  lo istirahat aja disini. Habis bel gue mau masuk ke kelas "

Uhuk uhuk

Jihan tersedak, buru-buru Sean membukakan air mineral dan memberikanya pada gadis itu. Jihan meminumnya hingga seperempat botol. Tenggorokannya terasa sakit mendengar Sean akan mengikuti pelajaran di kelas. Saat main dengan geng Sean Jihan selalu mendengar dari Danu kalau Sean jarang masuk kelas. Bisa dihitung satu minggu dua kali.

Berangkat sekolah hanya untuk menongkrong dan membuat masalah. Maka dari itu ia terkejut karena Sean berbicara seperti tadi. Mustahil cowok di depan ini akan mengikuti pelajaran, kalau membolos baru Jihan percaya.

"Lo nggak ngelindur mau masuk kelas? Bukanya kata ka Danu lo nggak pernah masuk yah?" tanya Jihan memincingkan matanya ke arah Sean. Sean yang di tatap seperti itu tersenyum ia mengacak rambut Jihan gemas.

"Udahlah gue mau masuk ini udah telat lima menit yang lalu. Istirahat yang cukup biar cepet sembuh princes," ucap Sean menutup pintu UKS. Seketika hati Jihan meronta-ronta karena perlakuan manis dari Sean. Ia menahan senyumnya yang hampir terlihat. Demi apa Jihan sangat baper karena ulah Sean.

Sepuluh menit saat kepergian Sean, Jihan berbaring ingin bermain ponsel tapi pintu UKS terbuka, Seorang laki-laki masuk dan memberikan sebungkus pelastik di meja. Ia hendak pergi lagi, tanganya di cekal oleh Jihan.

"Bawa makanan lo gue nggak butuh!" ujar Jihan menyuruh Arkie untuk membawa makananya kembali  karena mulai sekarang Jihan tidak akan menerima pemberian apapun dari Arkie. Sebisa mungkin ia menghindar agar tidak berurusan dengan laki-laki itu.

"Gue disuruh Sam, lagian lo kenapa sih?" balas Arkie bingung melihat tingkah Jihan yang berbeda. Tadi saat Arkie ingin membawa Jihan ke UKS gadis itu menolak dengan histeri. Sekarang ia memberikan makanan untuknya di tolak mentah-mentah oleh Jihan. Apa Jihan masih marah karena pagi tadi.

"Gue nggak peduli, mau itu dari Sam sekalipun kalau lo yang ngater gue nggak mau!" balasnya lebih jelas, karena Jihan memang sedang belajar membenci cowok ini.

"Lo marah sama gue karena tadi pagi? Jangan egois kenapa Han, gue kaya gitu karena kasihan sama Mama. Lo terlalu kekanak-kanakan tauh nggak?!"

Jihan melepas tangan Arkie, dadanya kembang kempis. Urat lehernya tercetak jelas bahwa gadis itu marah saat Arkie membicarakan Tania lagi di hadapanya. Mati-matian Jihan mennghapus ingatanya untuk masalah tadi pagi. Tapi Arkie mengungkitnya lagi.

"Egois? Lo nggak tauh apa yang udah Mama lakuin dari dulu sama gue. Mending lo diem ka, gue capek dengerin lo yang selalu belain Mama. Ataupun sebaliknya, gue mau hidup tenang tanpa adanya rasa sakit karena perlakuan Mama!" Air mata Jihan turun, ia dengan cepat menghapusnya agar Arkie tidak melihat kalau sebenarnya Jihan rapuh karena Tania.

Rasanya Arkie ingin memeluk tubuh mungil itu dan menenangkanya. Tapi tak semudah yang dibayakan Arkie, Jihan sudah membencinya. Dia tidak bisa melakukan hal itu lagi. Karena Arkie serba salah di mata gadis itu, apalagi Arkie selalu memarahi Jihan saat berdebat dengan Tania.

"Jangan ngehindar lagi dari gue Han. Gue mohon," bisik Arkie tepat di telinga Jihan yang tertutup oleh rambutnya.

Bukannya bahagia ataupun senang Jihan justru tersenyum sinis melirik Arkie yang tengah bersender pada dinding. Raut kelelahan dari wajah Arkie pun terlihat jelas di mata Jihan.

"Gue itu benci sama lo, inget kita itu kaka adik. Hapus perasaan sayang lo sama gue. Gue juga sama ka belajar mati-matian buat benci dan lupain lo. Dan sekarang gue bisa kan, bahkan gue udah sayang sama oran lain."

Arkie mendongak, bagaikan jarum yang menancap pada hatinya. Ia tidak rela ketika mendengar Jihan sudah berhasil melupakan Arkie dan tidak menyukainya. Lantas bagaimana dengan Arkie? Dia masih terjebak dalam hubunganya dulu saat masih dengan Jihan. Arkie masih menyayangi gadis itu dan belum bisa melupakannya.

"Karena kita mustahil untuk bersatu lagi, jangan harapain hal lebih sama gue karena hal itu tidak akan pernah terjadi," lanjut Jihan menyuruh Arkie keluar dari UKS.

"Han, nggak ada kesempatan kedua buat gue?" tanya Arkie menunduk, ia memohon di hadapan Jihan.

"Keluar ka! Jangan paksa gue buat pake cara kasar. Lo mau Mama semakin marah karena tauh lo masih sayang sama gue? Yang ada nanti gue sama Sam yang jadi korban!" ujar Jihan mendorong bahu Arkie dengan kuat, cowok itu bangkit berjalan keluar dari UKS dan pergi.

SELENOPHILE🍃|| TAMAT||Where stories live. Discover now