Selenophile Q17🍃

666 33 0
                                    

Singkat nggak banyak bacot lebih nunjukin hasil
Atau prestasi itu teladan banget sumpah
Dibanding yang pamer sana-sini tapi ujungnya nggak ada hasil

_Nan_🌼

Sam meletakam makanan Jihan di meja. Duduk di sofa dengan helaan nafas yang terdengar berat. Jihan keluar dari kamar mandi, ia duduk di samping Sam yang terlihat kesal dan tidak mood.

"Abang kenapa? Marah karena gue suruh ambilin makanan?"

"Nggak gitu, tadi kepleset ditangga mau jatuh. Buruan makan, habis ini gue mau pergi. Lo dirumah aja istirahat."

Jihan mengangguk menurut. Ia menghabiskan makan siangnya. Namun terlihat wajah Sam masih kesal ingin bertanya lebih jauh kenapa Sam marah dan seperti itu takut akan dimarahi.

"Bang, besok gue mau sekolah, tapi berangkat sama lo. Motor gue mogok lagi kemarin."

"Nanti abang benerin, besok harus bangun pagi yah. Gue males berangkat siang, panas."

"Iyah, gue mau servis tuh motor gak ada duit. Mama belum kirim dari dua bulan yang lalu kan? Kalua abang nggak ada nggak usah, nanti gue nebeng ka Sean. Kebetulan kita searah "

Sam mengelus kepala Jihan. Setelah ini ia akan membawa motor Jihan ke bengkel, semenjak Tania jarang pulang. Perempuan itu juga tidak pernah mengirimkan uang pada Sam maupun Jihan. Sam yang harus banting tulang mencari uang untuk menghidupi Jihan.

Seperti ikut balap motor, lumayan uangnya bisa di gunakan untuk menabung. Jika ia membutuhkan seperti sekarang ini akan mudah. Kadang Sam juga bekerja part time di cafe. Hanya saja Jihan tidak mengetahui, hanya Reynand cowok itu yang mengetahui. Yang lainnya tidak.

Reynand mengerti Sam diperlakukan tidak baik oleh orang tuanya. Kadang Reynand ikut membantu laki-laki itu dengan menjaga rahasianya dan tutup mulut rapat-rapat soal Sam yang bekerja pada teman-temannya.

"Abang nggak dikasih duit sama Mama tapi kok bisa belanjain gue? Nggak main di ring kan?"

"Nggak dong, kalau abang main di ring, nanti muka pada bonyok. Emang kamu mau punya kaka yang jelek?"

"Ihh abang! Maksud gue bukan gitu. Nanti kalau abang uda nggak punya uang bilang sama gue. Gue bakalan ngirit dan nggak boros. Bila perlu kerja part time."

"Kok gitu? Lo cukup belajar aja yang rajin, biar dapet beasiswa nanti lanjut kuliah."

Setelah menyelesaikan makan siangnya. Jihan hendak meletakan piring nya kebawah. Namun Sam mencegahnya dengan alasan Jihan masih lemas dan sakit. Tidak diperbolehkan naik turun tangga karena beresiko cepat lelah.

"Gue aja sini, sekalian mau pergi. Lo serius dikamar aja yah. Jangan sampe keluar rumah."

"Ih bawel banget sih, udah sana pergi. Jangan lupa tutup pintu."

Jihan berbaring di ranjang. Ia melihat banyak notifikasi dari grub wa nya. Dan pesan dari Sean yang beberapa menit yang lalu. Jihan tersenyum membuka room chatnya dengan sean kemarin malam.

SeanAlkhilo
Katanya sekolah, kok tadi gue cariin nggak ada?

JihanHaneula
Masih lemes, susah buat jalan

SeanAlkhilo
Bohong yah?

JihanHaneula
Buat apa?? Emang gitu ka

SeanAlkhilo
Mau apa? Gue bawain ke rumah lo
sekarang

JihanHaneula
Ha? Lo mau kerumah gue?
Ngapain?

SeanAlkhilo
Numpang mandi, yah main lah
Udah buruan, gue otw nih

JihanHaneula
Lo juga lagi sakit
Nggak usah aneh-aneh

SeanAlkhilo
Gak apa-apa, itung-itung sedekah

JihanHaneula
Mata lo sedekah! Nanti kalau pigsan
Gue yang repot, udah lo dirumah aja

SeanAlkhilo
Nangung udah dijalan, ada penjual
Seblak sama martabak nih, mau nggak?

JihanHaneul
Boleh yang pedes, dua porsi, yang martabak
Pake cokelat sama kacang

SeanAlkhilo
Tungguin di depan rumah, bentar lagi nyampe

Jihan membaca pesan Sean. Meletakan ponselnya di ranjang. Ia memakai sendal yang berbentuk kelinci dan membuka pintu. Berjalan menuruni tangga dan melihat Mamanya sedang di ruang tamu membaca koran.

"Mau kemana kamu Jihan?"

"Hmm, aku mau keluar sebentar Ma." Jihan melanjutkan perjalananya yang sempat tertunda. Suara Tania yang tegas memberhentikan langkah Jihan yang di ambang pintu.

"Masuk kamar Jihan! Kamu denger Mama bicara apa?"

Jihan membalikan badanya, menatap Tania dengan malas. Ini yang Jihan tidak sukai Jika Tania dirumah. Selalu melarang apapun aktivitas yang Jihan lakukan. Seperti sekarang ini, melarang Jihan untuk keluar dari rumah.

"Aku mau ketemu sama temen aku Ma. Nggak usah egois bisa? Kalau Mama pulang cuma buat larang-larang aku mending nggak usah. Aku sama ka Sam lebih seneng nggak ada Mama, dari pada dirumah tapi kaya gini."

"Kamu ngebantah Mama?" Ujar Tania memandang Jihan dengan air mata yang mengalir. Jihan tertawa ia benci air mata buaya itu. Kenapa sih Tania harus memiliki penyakit kejiwaan? Seakan Jihan hidup hanya untuk merasakan di manipulasi oleh perempuan itu.

"Iyah aku ngebantah Mama puas? Aku capek Ma, dari dulu Mama nggak pernah ngertiin aku sama ka sam sedikit pun. Mama selalu mengekang apa yang nggak aku suka. Terus di lakukan sampe aku pengen nangis."

"Tapi apa Mama bisa mikir sedikitpun, semua hal yang mama lakuin ke aku sama ka Sam itu percuma. Bikin aku sakit hati, pusing karena tindakan Mama yang begitu terus." Lanjut Jihan dengan air mata yang mengalir. Ia berbalik keluar dari rumahnya. Kebetulan Sean sudah sampai. Langsung saja Jihan menyuruhnya untuk putar balik.

"Ka puter balik yah, kita pergi dari sini." Jihan naik diatas motor Sean. Sean menurut ia menjalankan motornya putar balik ke arah rumahnya. Di perjalanan Jihan menangis, dia butuh Sam. Tapi cowok itu sedang pergi entah kemana. Sebenarnya Jihan ingin sekali bercerita dengan Sean. Tapi takut cowok itu justru pergi dan tidak ingin berteman lagi dengan jihan.

Sean membawa jihan ke tempat tongkronganya. Rumah tua yang sudah tak terpakai. Sean turun membuka helm fullfacenya. Melihat mata sembab Jihan, ia menarik tangan gadis yang hendak masuk.

"Lo nangis? Kenapa Han?"

Gadis itu hanya membalasnya dengan senyum paksa, ia menggeleng kuat. Menarik tangan Sean masuk kedalam rumah itu dan berkumpul dengan anggota inti Valeri yang lainnya. Jihan duduk dikursi, ia belum menganti pakainya yang dari tadi pagi.

"Kenapa tadi nggak ganti baju dulu hm?" Tanya Sean melepas jaket miliknya dan memberikan pada jihan.

"Kelamaan jadi males, lagian pasti ka Sean pinjemin jaketnya buat gue. Iyah kan? Ini buktinya?" Balas Jihan dengan tertawa kecil. Ia menutupi pahanya dengan jaket Sean.

"Dasar kalau gue kebetulan nggak bawa gimana?" tanya Sean menatap mata Jihan yang lekat. Sean memajukan wajahnya di hadapan Jihan. Cewek itu terhipnotis seketika lalu mundur

"Tuh masih ada yang lain. Tinggal pinjem deh, gitu aja susah. Ka Sean nggak nyantelan yah?"

"Pinjem sih boleh, tapi nanti sekalian sama lo nya mau?"

SELENOPHILE🍃|| TAMAT||Where stories live. Discover now