Selenophile S19🍃

693 32 1
                                    


Awalnya aku tegar
Namun lambat laun tegarku pudar
Sampai akhirnya aku sadar
Bahwa semuanya sudah benar-benar kelar

Jihan Haneula Siregar
🍃❤___________❤🍃


Mereka pulang pukul 18: 6 menit. Jihan turun dari motor Sam ia masuk kedalam rumah. Di meja makan hanya ada Tania yang sedang menyiapkan makanan. Jihan mendekati memangil Tania, namun perempuan itu tidak meliriknya sedikitpun.

"Ma, Maaf aku udah pergi tanpa pamit." Jihan menunduk, matanya siap untuk mengeluarkan cairan bening itu. Saat Tania tidak menoleh sedikitpun, Hati Jihan semakin sakit. Seolah keberadaanya tidak dianggap.

"Apa? Kamu nggak mau bicara lagi kan sama Mama, mending masuk kamar sana." Usirnya tanpa memandang wajah Jihan. Jihan menelan ludahnya kasar. Dia telah melakukan kesalahan yanh sangat fatal.

"Mama kok ngomongnya gitu sama aku?  Aku tadi kan masih emosi. Lagian Mama juga yang nggak izinin aku pergi."

"Bicara dong Ma sama aku." Jihan merengek, ia menyentuh tangan Tania. Menggengam tangan perempuan itu. Tania berbalik ia melepaskannya dengan pelan. Melihat putrinya yang sudah seperti ini rasanya dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Jihan marah karena Tania terlalu mengekang. Namun Tania melakukannya semata mata untuk menjaga gadis itu. Tapi sepertinya tidak berjalan sesuai rencana. Jihan menolak hal itu dan bebas melakukan apa yang gadis itu mau. Tanpa memperdulikan ocehan Tania yang semakin menjadi. Seperti tadi siang contohnya. Menolak dengan keras.

"Mandi abis itu kita makan malem bareng."

Arkie baru selesai mandi, ia keluar kamar dengan menyisir rambut ke belakang menggunakan sela-sela jarinya. Tadi Tania masuk kedalam kamarnya saat Arkie masih membersihkan kamar. Mamanya menyuruh kalau sudah selesai mandi segera turun untuk makan malam.

"Ar, sini duduk. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu, nanti makan yang banyak."

Tania mempersilahkan Arkie duduk. Jihan mengernyit melihat mantan pacarnya berada dirumah Jihan. Dan keluar dari sebelah kamar Jihan, Tania juga terlihat antusias melihat laki-laki itu.

"Ma, ngapain sih ngajakin dia makan malem bareng kita? Ka lo juga ngapain keluar dari kamar itu?"

"Jihan yang sopan. Mama nggak pernah ngajarin kamu  kaya gitu. Kasihan Arkie,"

"Kasihan? Sejak kapan Mama punya perasaan Kasihan? Bukannya dari dulu nggak pernah?" Sindir Jihan menatap Tania dengan lekat. Wajah Arkie datar, dia tidak berani menatap Jihan yang sudah pasti menangis.

"Jihan, Arkie itu kaka kamu. Mulai sekarang kamu harus nurut sama dia, jaga perasaanya. Mama nggak mau denger kamu ngomong kaya tadi."

"Ka Arkie emang kaka kelas aku Ma, bahkan dia mantan pacar Jihan. Terus Mama ngapain bawa dia kesini ha? Aku sama dia udah nggak ada hubungan apapun."

Rasanya ingin marah dan lelah bercampur jadi satu. Sejak kemarin Tania dengan Arkie sangat dekat. Jihan hampir tidak percaya Tania membawa mantan pacarnya ke rumah ini. Dan mengajaknya makan malam bersama. Apa yang dilakukan oleh Mamanya.

"Sadar Jihan! Dia kaka kandung kamu. Kaka kamu bukan hanya Sam saja Arkie juga. Mulai sekarang dia akan tinggal disini sama Mama."

Deg

Gadis itu menelan ludahnya susah payah. Dia tidak bisa berpikir jernih, mentapa kosong ke arah Arkie yang tidak berani membalasnya. Sedangkan Tania menghela napas berat. Ia memberikan piring pada Arkie, menyuruh cowok itu agar segera makan.

"Nggak lucu, Mama nggak usah bohong yah sama Aku. Nggak mungkin dia itu kaka aku, kaka aku cuma Sam!" Jihan terduduk lemas di lantai. Sam yang sempat membantu pak satpam menutup gerbang rumahnya yang macet baru kembali. Ia melihat Jihan terduduk di lantai dengan air mata yang mengalir. Sam segera menghampirinya, membantu Jihan berdiri.

"Bilang bang sama Mama kalau lo itu cuma kaka gue satu-satunya nggak ada yang lain."

"Han, tenangin diri lo oke? Yang dibilang sama Mama bener. Arkie kaka kandung lo, dia adek gue."

Melihat respon Jihan yang terdiam Sam panik. Ia menangkup kedua pipi Jihan, jari-jemarinya menghapus air mata itu yang mengalir. Jihan terisak dalam diam, masih tidak menyangka kalau sosok yang dia cintai, Jihan memperjuangkanya setengah mati. Ternyata kaka kandungnya?

"Nggak mungkin, lo bohong pasti, lepasin gue!" Sentak Jihan melepaskan pelukan Sam yang semakin erat. Jihan memberontak, ia berhasil melepaskan pelukannya dari Sam. Sebelum Jihan menaiki tangga ia sempat melirik Arkie dengan tajam.

"Brengsek, lo udah tauh tentang hal ini tapi nggak pernah bilang itu sama gue? Kenapa ka? Lo suka lihat gue menderita karena hal ini?!"

Jihan menaiki tangga dan menutup pintu kamarnya cukup keras. Arkie yang melihat itu ingin mengejarnya namun ditahan oleh tangan Sam yang mencekalnya.

"Biarin Jihan sendirian, percuma kalau lo mau jelasin semuanya, nggak akan di dengerin." Ujar Sam meninggalkan meja makan. Arkie terduduk lemas di kursi. Tania mendekati, ia mengelus punggung anaknya yang terlihat kecewa. Memberikan semangat pada putra nya agar bisa menerima takdir ini.

Sam masuk ke kamar Jihan. Gadis itu sedang terduduk di balkon. Isakan tangisnya semakin terdengar nyaring di telinga Sam ia duduk di samping Jihan. Membawa tubuh adiknya ke pelukan Sam.

"Salah gue apa sih Bang? Kenapa semua orang jahat sama gue. Arkie cowok yang gue sayang, ternyata kaka kandung gue sendiri?"

"Takdir Han. Gue juga masih nggak nyangka kalau adek gue sih Arkie. Pantes sifat Mama kemarin kaya gitu."

"Gue capek buat sekarang, kalau besok gue diem. Plis jangan banyak tanya, gue masih belum nerima ini semua "

Jihan menghela napas berat, Sam mengecup kening gadis itu dan beranjak pergi dari balkon.

"Jangan tidur malem-malem. Besok pagi gue tungguin di garasi, jangan kepikiran buat ngehindar dari gue, atau lo nyesel."

Sam menutup pintu kamar Jihan, Arkie yang sedaritadi menguping pembicaraan mereka berdua sempat tertegun. Buru-buru ia berlari masuk kedalam kamarnya. Sedangkan untuk Jihan ia memilih tetap duduk dibalkon.

Suara panggilan tak terjawab dari Sean sedaritadi Jihan hiraukan. Hingga benda persegi itu berbunyi untuk keempat kalinya.

"Hallo Han? Lagi sibuk yah? Sorry gangu kalau gitu gue matiin telfonnya."

"Nggak usah mau ngomong apa?" tanya Jihan berusaha kuat dan tidak menangis. Namun sepertinya Sean mengerti kalau Jihan sedang menangis karena cowok itu berada tidak jauhdari Jihan. Jelas Sean mengetahuinya karena Jihan duduk dibalkon memudahkan Sean untuk melihat

"Nggak apa-apa sih kangen aja. Gue kira lo sibuk gitu makanya nggak angkat telfon gue daritadi."

"Gue nggak mood buat ngomong sama siapapun untuk sekarang ini. Lanjut besok pagi aja yah ka."

"Tapi Han lo serius nggak apa-apa kan?" Tanya Sean dengan nada khawatir."

"Iyah ka Sean, besok jam jemput gue yah. Kita berangkat bareng "

SELENOPHILE🍃|| TAMAT||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang