01: Mengetahui Nama Satu Sama Lain dan Takdir yang Kacau

462 58 8
                                    

Hyunjin tahu nama orang yang menolongnya karena saat tersadar, aroma yang tadinya dikira adalah parfum Yeji—yang ngomong-ngomong aromanya masih diasosiasikannya seperti bumbu dapur—dan saat itu, hanya ada lelaki itu.

"Eum hai," sapanya yang jelas tampak canggung, "tadi kamu pingsan dan kebetulan aku lewat. Jadi begini begitu, akhirnya kamu dirawat di rumah sakit."

Juga dari semua hal yang bisa Hyunjin tanyakan saat bisa memproses perkataan lelaki itu, hal pertama yang dikatakannya adalah, "Apa kamu Alpha?"

"Hah?" Hyunjin tahu pertanyaannya memang aneh, tetapi reaksi yang tidak pernah didengarnya tentu membuatnya merasa di keanehan yang tidak bisa dijelaskan. "Maksudku ... serius aku terlihat seperti Alpha?"

"Apa mak...?"

"Oh my god...," reaksi dramatis lelaki itu membuat Hyunjin bingung harus merespon seperti apa. Namun, Hyunjin tidak menduga kalau dirinya didekati dan juga tangannya digenggam olehnya. Satu-satunya orang yang pernah menggenggam tangan Hyunjin adalah Yeji dan tadinya dia pikir rasanya akan sama jika dengan semua orang, tetapi ternyata tidak. "Serius aku kelihatan seperti Alpha bukan Beta? Sumpah, kamu lagi gak bohong, 'kan? Aku udah terlanjur senang ini dengernya karena baru kali ini ada yang menganggapku Alpha dan bukan Beta karena aromaku tipis."

Hyunjin hanya bisa mengerjapkan matanya karena sejujurnya bingung harus bereaksi mulai dari mana. Dari reaksi lelaki itu yang terlalu berlebihan atau dari kecepatan berbicara lelaki itu seperti rapper dalam satu tarikan napas atau dari reaksi tubuhnya yang tiba-tiba membuat jantungan berdebar tidak karuan hanya karena sentuhan tangan mereka. Rasanya Hyunjin tidak pernah terpikirkan skenario komik cantik Yeji yang ikuti dibacanya semasa SD akan benar-benar terjadi kepadanya.

"Ngomong-ngomong...," suara itu membuat Hyunjin mengerjap dan menatap lelaki di depannya, "Namamu siapa? Namaku Jisung, Han Jisung."

"Hyunjin, Hwang Hyunjin," dia melihat lelaki itu menganggukkan kepalanya dan sepertinya tidak ada niatan untuk melepaskan tangannya. "Aku bukannya tidak suka perlakuanmu, Jisung, tetapi apa kamu tidak ada niatan untuk melepaskan tanganku?"

Setelah perkataan Hyunjin itu, Jisung menunduk sedikit untuk melihat tangan mereka yang bertautan dan lelaki itu langsung melepaskannya. Berjalan mundur selangkah dan wajahnya tampak panik. Sementara Hyunjin tidak pernah menduga akan merasakan kehampaan yang tidak bisa dijelaskan olehnya.

Suasana di antara keduanya mungkin akan canggung kalau pintu kamar tidak tiba-tiba di buka dengan kasar. Membuat keduanya menoleh dan ternyata Yeji dengan wajah kesal. Menyeret koper pink norak—Hyunjin tahu sebenarnya itu shocking pink, tetapi dia tetap senang menyebutnya pink norak—dan ingin mempertanyakan kali ini ada masalah apa sehingga kembarannya itu datang dengan suasana hati yang buruk.

"Oh, kamu masih ada di sini?" Yeji menatap Jisung dengan malas. "Aku pikir kamu akan pulang. Bukannya urusanmu sudah selesai, Jisung?"

"Iya, ini...."

"Yeji, gak usah galakin orang kalau lagi berantem sama orang lain!" Hyunjin menegur kembarannya itu. "Berantem sama siapa lagi sekarang? Sini cerita, tapi gak usah galakin Jisung." Decihan Yeji membuat Hyunjin menghela napas dan bersedekap. "Minta maaf, Yeji."

"Hei, aku lebih tua darimu ya Hwang Hyunjin!"

"Cuma beda lima menit, gak usah mengungkit kenyataan jadi noona."

Yeji mendelik ke arah Hyunjin. "Untuk informasi, kita beda tanggal lahir, jadi sebenarnya kita beda sehari."

"Beda lima menit!"

"Beda sehari! Aku tanggal sembilan belas, kamu tanggal dua puluh!"

Jisung merasa bersalah karena membuat dua saudara bertengkar karenanya. Namun, Jisung sendiri tidak paham alasan tubuhnya yang refleks melindungi Hyunji dari Yeji dengan menjadikan dirinya sebagai tameng. Bohong kalau Jisung bilang pukulan Yeji tidak sakit, tetapi dia mengernyit saat samar mencium aroma vanilla dan jeruk yang mengingatkannya dengan pengharum mobil Kakaknya yang tinggal di Serawak.

Rasanya Jisung tidak ingat kalau di Korea ada pengharum ruangan dengan aroma persis seperti milik Kakaknya. Juga rasanya Ayahnya benar-benar kekurangan pekerjaan kalau sampai mengimpor pengharum ruangan dengan merek tersebut ke Seoul untuk mengharumkan ruangan pasien. Apalagi Jisung adalah golongan minoritas yang menyukai aroma tersebut di mobil. Setidaknya kalau di media sosial, pengharum dengan aroma samar ini adalah aroma neraka kalau naik mobil dengan kondisi perjalanan jauh.

"HWANG YEJI, KAMU MELAKUKAN APA?! CEPAT MINTA MAAF!" Teriakan Hyunjin membuat lamunan Jisung buyar. Apalagi Hyunjin membuat Jisung berbalik ke arahnya dan mendekatkan wajahnya untuk memastikan dirinya tidak terluka. Namun, aroma samar yang Jisung hirup sekarang sedikit lebih kuat. "Kamu gapapa? Sumpah maafin kelakuan Yeji ya, dia baik sebenarnya, tapi memang barbarnya keluar kalau sedang ada masalah asmara."

"AKU ENGGAK ADA MASALAH ASMARA YA, HWANG HYUNJIN!"

"INI RUMAH SAKIT, BERHENTI BERTERIAK!"

Sementara dua saudara itu kembali bertengkar—Hyunjin menggesernya untuk memastikan lelaki itu tidak menjadi korban amarah Yeji kembali—Jisung justru tenggelam dengan pemikirannya sendiri.

Tidak mungkin 'kan kalau aroma tersebut dari Hyunjin? Dia Beta murni—setidaknya itu yang tertera pada kartu identitas pra-dewasa yang diserahkan Yeji saat mengurus pendaftaran Hyunjin—dan Jisung yakin kalau sejak lahir sudah murni, tidak mungkin bisa bergeser.

Pertengkaran dua saudara ini akhirnya berhenti saat suara pintu terbuka dan mempelihatkan dua perawat datang. Meski berusaha untuk terlihat ramah, tiga orang yang ada di ruangan juga bisa menyadari dengan cepat kalau itu hanyalah kamuflase.

"Maaf kalau menganggu waktunya, tetapi kami mendapat laporan dari dua kamar kalau ada keributan di sini." Perawat pertama tersenyum, tetapi jelas bukan senyuman yang menenangkan. Hyunjin menepuk lengan Yeji dengan punggung tangannya, kebiasaannya kalau merasakan aura mendominasi yang tidak menyenangkan dari seseorang. "Apa ada yang bisa saya dan teman saya bantu untuk menjelaskan seputar hal-hal yang berkenaan tentang pasien atau ruangan ini?"

"Oh tidak ada apa-apa." Yeji tersenyum lebar, tetapi jelas merasa kesal karena merasa tengah diintimidasi. "Kami lupa kalau tidak berada di rumah, jadi mewakili saudara saya untuk meminta maaf."

Jisung sebenarnya bisa mencium aroma kedua perawat perempuan yang ada di ruangan dan menyimpulkan kalau mereka adalah Alpha. Namun, Jisung mengernyit ada aroma dominan yang samar dan tidak tahu jenisnya. Aroma dominan samar yang biasanya hanya ada pada Alpha yang beraroma tipis atau pun Beta ke Alpha yang takdirnya tengah mengalami heat.

Masalahnya, di ruangan ini Jisung yakin hanya ada dua Beta murni.

Cosmic Railway | HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang